"Apa yang kau pikirkan my Lady?"
Agnia tersentak saat pria itu tiba tiba muncul di belakangnya. Agnia mengalihkan pandangannya dari keindahan New York yang terhalang dinding kaca.
"Aku butuh waktu sendiri Lord Evgene." Agnia tersenyum tipis, nyaris tak terlihat.
"Matamu terlihat sembab, kau menangis?" Tangan Ares terulur ingin menyentuh pipi Agnia, namun dicegah wanita itu.
"Aku hanya kelelahan kurang tidur."
"Katakan apa yang bisa aku bantu?"
"Tidak perlu, terimakasih. Aku permisi."
Langkah Agnia terhenti saat Ares memeluknya dari belakang. "Sebentar saja biarkan aku memelukmu My Lady." Suara Ares terdengar lirih tidak tegas seperti biasanya.
Agnia mengangguk pelan, Ares mengusap perut Agnia lembut. "Aku harap benihku tumbuh disini." Setelah itu mengecup pelan pundak telanjang Agnia.
Agnia langsung melepas pelukannya. "Apa maksud perkataanmu?" Kini ia kembali seperti biasanya, tegas tak ada kelembutan dalam ucapannya.
Ares malah tersenyum, lalu maju selangkah. "Akan ada malam dimana kau berteriak dibawahku, memanggil namaku my Lady." Bisiknya, lalu meninggalkan Agnia begitu saja.
"Areessss!!! Berhenti kau!!"
Pria itu tak menghiraukan, masuk ke dalam ballroom hotel, menyapa beberapa rekan kerjanya. Menyadari tatapan tajam seorang Queen yang memperhatikan geraknya, malah Ares sengaja menggoda beberapa wanita cantik di pesta itu.
"Sayang, aku mencarimu." Kenzo merangkul pundak Agnia.
"Aku ada urusan Ken, kau pulanglah duluan. Ada meeting yang harus ku selesaikan."
"Aku bisa menunggu."
"Ini akan lama."
"Apapun ku lakukan untukmu, baby." Ken menggenggam kedua tangan Agnia lalu mencium punggung tangan wanitanya lembut.
"Aku mohon Ken, kali ini saja." Agnia mengusap dada bidang Kenzo pelan.
"Baiklah sayang, cepatlah pulang jangan buatku merindukanmu." Kenzo mengecup dahi Agnia lalu pamit.
Menatap punggung Kenzo yang menghilang dibalik pintu besar itu, Agnia bersiap seakan ada sesuatu yang besar terjadi. Beberapa saat kemudian, terdengar teriakan para wanita.
Dor !!!
Suara tembakan, mengagetkan banyak orang disana, para petinggi perusahaan itu berlarian terutama wanita yang berteriak kencang.
"Menyerahlah Queen, tidak akan ada korban jika kau menurut padaku." Seorang pria wajahnya setengah tertutup topeng, dengan jaket kulit hitam membungkus tubuh tegapnya. Dibelakangnya terlihat para pria dengan pakaian serba hitam menggunakan topeng menutupi wajah mereka.
Menghela nafasnya, Agnia mendekati pria itu dengan senyum memikatnya.
"Very Beautiful, lebih cantik dari yang aku bayangkan." Kalimat pria itu terdengar oleh Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyes
ChickLitAgnia Gayatri Purwoko, dokter yang membuat para kaum adam rela berpura-pura sakit, hanya untuk disentuh olehnya. Selalu menjadi pusat perhatian karena parasnya bagai dewi Rusia ditengah kota Jakarta. Tatapan mata emerald-nya membuat siapapun tertund...