Ares yang mengira Agnia hanyalah mimpinya, terkesiap mendengar teriakan nyata ditelinganya. Pria itu mendudukkan dirinya menatap Agnia yang juga duduk di sampingnya.
"Kau?" Suara berat itu khas bangun tidur.
"Lord Valero menyuruhku membangunkanmu untuk sarapan bersama." Agnia ingin berdiri namun Ares menariknya, wanita itu jatuh dipangkuan Ares dengan menghadap pria itu.
"Bukan hanya aku yang terbangun." Sudut bibir Ares terangkat sebelah.
Agnia memicingkan matanya. "Kau tidur dengan siapa?"
Ares melirik kebawah, Agnia mengikuti pandangan pria itu.
Wanita itu bersiap berteriak namun tangan Ares lebih dulu membekap mulutnya. Mata Agnia melebar dengan sekuat tenaga mepaskan dirinya dari rangkulan pria mesum itu.
"Ssttt kau lebih baik berteriak dibawahku cantik." Senyum devil terlihat diwajah tampan Ares.
Agnia baru menyadari pria ini hanya memakai boxer hitam ketat tak mampu menyembunyikan tonjolan besar itu.
"Kau merasakannya?" Suara berat itu mengembalikan kesadaran Agnia.
Ares telah melepas tangannya dari mulut Agnia. "Awalnya, aku kira kau pria yang sopan."
"Aku pria normal Agnia." Ares tak mampu menahan senyumnya, melihat wajah Agnia kesal bercampur takut tapi juga terlihat menginginkannya sungguh mengingatkan pada kejadian pertama kali mereka bercinta.
"Pria normal seharusnya menghargai wanita." Agnia tidak sadar malah meletakkan tangannya di dada kiri Ares. Detak jantung kencang tak beraturan itu membuatnya bingung.
Kenapa Lord mesum ini?
"Kau sakit?" Cicit Agnia, wanita itu tidak lupa ia seorang dokter. Rasa empatinya besar pada orang yang membutuhkan pertolongan.
Ares tersenyum. "Iya, aku sakit."
"Mau aku periksa?" Wajah polos Agnia semakin membuat Ares menggeram.
Ares mengangguk sambil mengarahkan tangan Agnia ke bawah, memegang sesuatu yang keras disana.
"Aku sudah lama berpuasa." Bisik Ares dengan suara khasnya menahan gairah.
Agnia berusaha menarik tangannya namun tetap ditahan Ares.
"Tolong aku sayang." Suara Ares terdengar lirih seperti menahan sakit, matanya sayu berselimut gairah.
Agnia menggigit pipi dalamnya, wanita itu harus kabur sekarang juga atau akan terjadi hal yang tak mengenakkan.
Rencana awal Ares untuk mengembalikan ingatan Agnia tanpa menyentuh wanita itu sepertinya hanyalah angan semata, terbukti saat keduanya berdekatan Ares tak mampu menahan gairahnya.
"Kumohon." Ares berbisik didepan bibir Agnia, hampir mencium bibir menggoda itu.
Tapi
Dugh !!
Agnia dengan cepat menendang benda itu dengan lututnya, membuat Ares meringis kesakitan.
Wanita itu pergi tanpa memperdulikan Ares yang berteriak memanggil namanya.
"Agniaa!! Awas kau akan ku buat tak bisa berjalan sayang!!." Ares menggeram memegangi benda pusakanya. Saat lagi mengeras lalu ditendang rasa sakitnya berkali lipat.
Agnia tiba di meja makan dengan wajah tenang seolah tak terjadi apapun. Walaupun sebenarnya Agnia begitu cemas karena sudah menyakiti Lord paling berkuasa itu.
"Kenapa lama sekali?" Zenya menahan senyum saat Agnia duduk disebelahnya.
"Oh, itu karna lord Evgene-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyes
ChickLitAgnia Gayatri Purwoko, dokter yang membuat para kaum adam rela berpura-pura sakit, hanya untuk disentuh olehnya. Selalu menjadi pusat perhatian karena parasnya bagai dewi Rusia ditengah kota Jakarta. Tatapan mata emerald-nya membuat siapapun tertund...