"Queen kau sangat sempurna, aku sampai kehabisan kata-kata." Gavriel Davidson pengusaha asal Australia itu menghampiri Agnia."Anda berlebihan Mr. Davidson."
"Aku minta maaf atas kejadian tidak mengenakkan dari negaraku, sebagai tebusannya maukah dinner denganku malam ini?"
"Aku—"
"Aku sangat berharap Queen." Gavriel memohon.
"Baiklah." Agnia memakai Coatnya lagi menuju pintu keluar.
______________________________
Sementara di penthouse Ares menatap dinding kaca dengan meneguk vodca. Pria itu telah menghabiskan tiga botol tapi amarahnya belum reda.
"Res, aku sudah menyelidiki semuanya. Queen tidak memiliki emerald eyesnya lagi." Leo dengan wajah lelahnya menghampiri Ares.
Pria itu berdiri membanting gelas ditangannya hingga hancur berserakan dilantai. Membayangkan saat ini Agnia dinner dengan Gavriel membuat kepala Ares mau pecah. Hari ini Agnia sukses menghancurkan mood Ares. Leo hanya menghela napasnya pelan, Ares yang dikenalnya memang demikian jika sesuatu menyangkut Queen.
"Kalau bukan dari Emerald Eyes lantas darimana dia dapat video itu? Senjata itu? Bahkan pelurunya?"
"Aku sudah membereskan semuanya, tak ada satupun celah Agnia masuk untuk mengambil pistol itu. Aku juga tak habis pikir. Bahkan dia menghabisi semua tersangka dengan pistol yang sama." Leo menjatuhkan bokongnya di sofa, memijat pelipisnya.
"Sifat asli wanita itu telah kembali, jangan sampai dia tau semuanya terlalu cepat. Itu akan membahayakan nyawanya." Ares memukul meja kaca dihadapannya hingga pecah.
"Kau harus tenang, aku akan menyelesaikan semuanya."
"Tenang kau bilang? Saat istriku dinner romantis dengan pria lain? Bahkan semenjak kami menikah belum pernah dinner sekalipun. Kau sinting?" Ares mengacak rambutnya sendiri, terduduk disofa, bayangan senyum Agnia untuk Gavriel berputar diotaknya.
"Kau mau kemana?" Leo melihat Ares pergi menuju pintu keluar.
"Mengambil milikku."
Sementara di restaurant bernuansa gold itu, Agnia tertawa mendengar cerita Gavriel.
"Aku tidak menyangka kau orang yang seru diajak ngobrol." Agnia sulit menghentikan tawanya, karena cerita Gavriel yang konyol.
"Aku senang bisa menghiburmu Queen. Oh ya, kenapa kau lebih senang dipanggil Queen dibandingkan Lady?"
"Aku tidak suka terlihat seperti bangsawan, jika tidak ada grandpa maka aku akan menyuruh semua orang memanggilku Queen saja." Agnia terkekeh.
"Kau wanita langka, beruntung pria yang menjadi pendampingmu."
"Agnia."
Agnia menoleh kesamping, melihat pria dengan kemeja hitam menatap ke arahnya, sejak kapan Ares berdiri disana?
"Ares? Apa yang kau lakukan disini?"
"Menjemputmu."
"Tapi aku masih ingin bicara dengan Gavriel."
"Gavriel?" Ares mengangkat sebelah alisnya, dadanya memanas saat melihat Agnia akrab dengan pria lain.
"Iya, ada yang salah?"
"Kau tidak boleh terlalu akrab dengannya."
"Res, kau jangan memaksanya, aku yang mengajaknya biarlah aku yang mengantarnya pulang nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyes
ChickLitAgnia Gayatri Purwoko, dokter yang membuat para kaum adam rela berpura-pura sakit, hanya untuk disentuh olehnya. Selalu menjadi pusat perhatian karena parasnya bagai dewi Rusia ditengah kota Jakarta. Tatapan mata emerald-nya membuat siapapun tertund...