Pagi itu Agnia dan Ares keluar dari kamarnya, mereka bersiap mau ke perusahaan masing-masing. Ares merangkul pinggang Agnia sambil menggoda istrinya, keduanya tertawa tanpa sadar ada yang memperhatikan dari ruang tamu.
"Oh ini alasan cucu Granpa enggan pulang?" Kalimat sindiran itu membuat Agnia melepas tangan Ares dipinggangnya, wanita itu memeluk kakeknya.
"Grandpa kapan datang? Kenapa tidak memberitau aku?" Wajah cemas yang berusaha ia tutupi dengan ekspresi ceria.
"Kalian terlalu sibuk bulan madu, hingga tidak bisa diganggu." Pria tua namun masih terlihat bugar dengan jas abu-abu menghampiri dari pintu balkon.
"Dad? Bukannya kau ke Swiss ?"Ares terheran melihat ayahnya di apartement nya.
"Kalian tidur satu kamar?"
"Maaf Lord Valero aku bisa jelaskan." Agnia berusaha membujuk Valero.
"Tidak perlu Agnie, Dad tau kalian sudah dewasa." Felix tak sanggup lagi menahan tawanya mendengar Valero yang berpura-pura bijak itu, begitu pula Ares tersenyum.
"Gini dad, Aku hanya—"
"Jadi kapan Agnie?" Valero terus memancing.
"Kapan? Maksudnya?"
"Kapan cucu Daddy lahir?" Goda Valero.
"Sudah Dad, berhenti menggodanya nanti dia pergi dariku."
Agnia selesai meeting di sebuah restaurant, Leo tidak menemaninya kali ini. Begitu banyak yang harus diselesaikan hingga Agnia bingung yang mana harus didahulukan, sejujurnya ia butuh liburan. Menghilang dari semua kerjaan yang menuntutnya profesional.
"Sayang kamu disini juga?"
"Sial, pria gila ini lagi" Agnia mengumpat dalam hati.
"Iya aku baru selesai meeting, ini mau pulang."
"Wajahmu pucat, kamu sakit sayang?" Ken duduk disebelah Agnia memeriksa dahi kekasihnya. "Tidak panas, tapi wajahmu pucat. Kamu sudah makan sayang?"
"Sudah, tapi aku—" Agnia menutup mulut dan hidungnya, rasanya ingin muntah. "Kamu pakai parfum apa Ken? Akuuuu-" Agnia dengan cepat berlari ke toilet, highheels nya tak menghalangi gerakannya. Sesampainya di westafle wanita itu memuntahkan seluruh isi perutnya.
Kenzo yang khawatir mengikutinya hingga pintu toilet perempuan. Sementara Agnia terus saja memuntahkan isi perutnya hingga tidak ada lagi sisa makanan yang keluar. Wanita itu melihat bayangannya di cermin, wajah pucat, bibir kering, tidak segar seperti biasanya.
"Kita ke rumah sakit sekarang ya." Ken membantu Agnia berjalan, saat perempuan itu keluar dari toilet.
"Tidak usah Ken, aku hanya perlu istirahat saja. Supirku sudah menunggu."
"Aku saja yang mengantarmu ya."
"Ke apartement ku saja Ken."
"Baiklah sayang." Dengan cepat Ken menggandeng Agnia masuk ke mobilnya.
Hingga di dalam mobil Agnia baru tersadar, apartement nya sudah lama tidak dihuni, pasti Kenzo curiga.
"Ken, kita ke apartement kamu saja ya."
"Iya sayang kamu tidurlah nanti kalau sudah sampai aku bangunkan" Kenzo memakaikan seatbelt Agnia dan mengelus kepala wanita itu perlahan.
Di Rizell group, ruangan mewah tempat pemilik perusahaan itu Ares telah menunggu Agnia. Mendapat laporan dari supir dan bodyguard Agnia tentang istrinya yang pergi ke apartement mantan pacarnya Ares hampir saja membunuh orang sekitarnya kalau bukan karna Leo yang menahannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyes
ChickLitAgnia Gayatri Purwoko, dokter yang membuat para kaum adam rela berpura-pura sakit, hanya untuk disentuh olehnya. Selalu menjadi pusat perhatian karena parasnya bagai dewi Rusia ditengah kota Jakarta. Tatapan mata emerald-nya membuat siapapun tertund...