45 - Rencana

5K 164 3
                                    

Leo meringis saat melihat ke dalam penthouse Ares, pria bangsawan itu menghancurkan semua barang di ruang tamunya. Meja pecah, kursi pun terpental, belum lagi vas bunga yang hancur, tak ketinggalan botol wine dan vodca berserakan di lantai.

Apartement mewah itu seperti usai terkena gempa. Leo melihat Ares terduduk di salah satu sofa bersandar dengan bertelanjang dada.

"Kau tak berhasil membawa Queen?"

Ares menoleh dengan mata merahnya, tersenyum sinis. "Keparat itu akan kubunuh secepatnya."

Leo terlonjat, langsung mendekati Ares. "Aku tau kau sangat membencinya tapi jangan gegabah, kita atur rencana."

"Rencana?" Ares berdecih "Kau saja takut bertemu Agnia."

Leo menggaruk tengkuknya. "Kau tau selama ini rencanaku tak pernah gagal. Percayakan padaku." Leo berkata dengan penuh percaya diri.

"Satu minggu waktumu membereskan semuanya."

Setelah itu Ares tak sadarkan diri akibat pengaruh alkohol yang terlalu banyak diminumnya.

Ruang rapat yang berisik seketika hening saat suara hentakkan heals runcing itu terdengar. Semua mata mengarah pada pintu, melihat pemilik perusahaan terbesar di Newyork. Wanita dengan pakaian formal khasnya, rambut panjangnya dibiarkan tergerai indah. Auranya tak pernah gagal membuat semua orang terpana.

 Auranya tak pernah gagal membuat semua orang terpana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Silahkan duduk my Queen." Leo menarik kursi di ujung meja dengan gugup, mengingat kali ini dia tak bisa lagi menghindar bertemu Agnia.

Rapat tahunan seluruh pemimpin perusahaan besar di New york itu dimajukan dari agenda yang seharusnya. Siapa lagi kalau bukan karena Agnia yang meminta. Agnia hanya mengangguk tanpa melirik Leo.

Agnia malah menoleh pada sisi meja tempat dimana Ares duduk disebelah wanita, pemimpin perusahaan fashion yang terkenal karena tubuhnya yang seksi. Melihat bagaimana wanita itu menempelkan dadanya yang besar yang tentunya silicon ke lengan kiri Ares sambil berbisik menggoda.

Agnia malah memutar matanya tak tertarik, tapi Ares justru tersenyum miring. Sepanjang rapat Agnia memimpin dengan elegan, tanpa cela, selalu sempurna. Seusai rapat, Agnia memergoki tangan wanita itu berada di selangkangan Ares. Namun pria itu menatap Agnia dengan senyum nakalnya. Pikiran Agnia melayang jauh, bagaimana jika ia yang berada di posisi wanita itu. Tapi segera dibuangnya jauh pikiran menyesatkan itu.

"Lord Evgene rapat sudah selesai, anda bisa menyewa hotel terdekat, jangan mengotori mata saya." Ucapan tegas Agnia sambil berdiri memandang remeh Ares.

Namun saat Agnia melewati Ares, lengannya ditarik paksa, wanita itu terduduk di pangkuan Ares. "Jaga etikamu Lord, ini kantor!" Tegas Agnia, wajahnya merah antara malu bercampur marah.

Dengan santai Ares membelai pipi mulus wanita cantik itu, "baiklah, Kita ke hotel terdekat sayang."

Agnia murka, tak mampu lagi membendung emosinya. Wanita itu berdiri menampar pipi Ares hingga berbunyi nyaring dan mengundang perhatian semua yang menyaksikan mereka. Wanita itu berdiri membenarkan pakaiannya, "Aku membencimu Lord!" Setelahnya Agnia langsung pergi tanpa menunggu balasan Ares.

Emerald EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang