Setelah usaha kerasnya membujuk Rama, Agnia diperbolehkan kembali ke Rusia. Agnia melangkah keluar private Jetnya. Bersiap bersandiwara lagi, tapi ini sandiwara yang terberat. Agnia melihat para pengawal telah menunggu nya, dengan limosin putih terparkir di hadapannya. Agnia terdiam beberapa saat, tatapannya kosong entah kemana pikirannya. Kaki cjenjangnya berjalan di tengah bandara, bodyguardnya sibuk memayungi nya karena tengah gerimis.
"Queen, bisa kita berangkat sekarang? Setengah jam lagi kita ada meeting." Pedro telah membukakan pintu mobilnya.
Agnia mengangguk lalu masuk ke dalam mobil tanpa bicara. Setelah selesai meeting Agnia diantar langsung diantar ke Kastil. Perempuan itu menaiki tangga di depan pintu utama Kastil.
"Maaf Lady Agnie, Lord Valero menunggu anda di lapangan golf." Asisten Valero mengenjutkan Agnia
Agnia hanya mengangguk, menuju ke lapangan golf. Setelah sampai, Agnia melihat Valero tengah duduk santai sambil menikmati kopinya sambil menatap Agnia tajam.
"Duduk disini Agnie." Valero menunjuk kursi di seberang meja kecilnya.
"Iya Dad." Agnia sudah khawatir Valero akan memarahinya, Agnia duduk perlahan.
"Kenapa pergi tidak memberi tahu Daddy dulu?"
"Mendadak Dad, ada masalah di Indonesia. Maaf tidak mengabari Dad selama disana."
Valero menganggukan kepalanya pelan, beralih memperhatikan cincin yang tidak biasa digunakan Agnia. Gadis itu menyadari arah pandang Valero. Lalu menutupi cincin itu dengan tangan sebelahnya.
"Cincin apa itu?"
Agnia tersenyum canggung, "Oh ini cincin biasa Dad. Tidak ada spesial." Perempuan itu berusaha menampilkan wajah cerianya didepan Valero namun percuma pikirannya terlalu penuh dengan masalah yang besar.
"Kau menghilang enam hari Agnia, Daddy bingung mencarimu kemana. Tapi anehnya Ares tenang saja saat Dad bertanya tentangmu. Apa dia tau keberadaanmu?" Valero menopang dagunya dengan satu tangannya menatap Agnia seperti curiga.
Ares? Agnia sangat merindukan pria itu.
Agnia menggeleng, "Aku tidak tau pasti Dad, hanya Leo yang tau."
Valero menjentikkan jarinya. "Ah iya, kenapa Dad tidak kepikiran bertanya padanya."
Kemudian pria itu mengambil gelas kopinya lagi, "Istirahatlah Sweetheart, kau pasti lelah dari perjalanan jauh. Zenya sedang ada keperluan di Dubai sementara Ares belum pulang dari Australia."
Agnia berdiri memeluk Valero. "Maafkan Aku Dad, aku merindukanmu."
Valero membalas pelukan Agnia, "Dad juga merindukanmu, menyayangimu sama seperti menyayangi Zenya dan Ares. Berceritalah jika kau sudah siap, Dad akan membantu semua masalahmu honey." Valero menyadari ekspresi Agnia yang penuh beban padahal biasanya jika ada masalah dengan perusahaannya Agnia tak pernah seperti ini.
"Terimakasih Dad." Agnia beranjak menuju kamarnya.
Ada kelegaan dalam dirinya karena Ares tidak berada di Kastil.
___________________________
Agnia tak segaja ketiduran karena lelah menangis, tengah malam Agnia terbangun karena merasa berat pada pingganggnya, gadis itu tertidur dengan tubuh menyamping. Agnia membuka matanya perlahan karena merasa seperti ada yang mencium wajahnya. Dalam cahaya minim lampu tidur, Agnia melihat pria yang sangat dirindukannya. Perempuan ingin menyentuh Ares tapi diurungkannya.
"Kenapa tidak pernah mengabariku?"
Suara bariton itu terdengar diiringi mata nya yang terbuka menatap Agnia tajam.Agnia hanya membisu tidak tau harus menjawab apa.
"Aku merindukanmu sayang, jika kau tidak pulang ke Rusia hari ini mungkin besok aku sudah menyusulmu ke indonesia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyes
Chick-LitAgnia Gayatri Purwoko, dokter yang membuat para kaum adam rela berpura-pura sakit, hanya untuk disentuh olehnya. Selalu menjadi pusat perhatian karena parasnya bagai dewi Rusia ditengah kota Jakarta. Tatapan mata emerald-nya membuat siapapun tertund...