Mata emerald menatap layar transparan besar yang menampilkan beberapa ruangan di berbeda negara. Agnia menarik nafas panjang. Setelah sepuluh tahun dia akan membuka identitasnya pada dunia. Jelas ini penuh resiko dan membahayakan semua orang disekelilingnya. Sesuai arti namanya Agnia berarti Api, Gayatri berarti memiliki tiga kekuatan. Mungkin mendiang ibunya memang mengharapkan Agnia menjadi wanita yang punya tiga kekuatan besar.
Diantara bertiga saudara, hanya Agnia yang mewarisi wajah ibunya terutama mata hijau serupa emerald bersinar serta sifat ibunya yang lembut namun tegas. Kakak dan adiknya sangat dominan seperti Rama, mata coklat dan sifat yang egois. Tidak heran Ghea dari kecil selalu iri dengan kecantikan Agnia. Semua orang selalu membandingkan mereka. Usia mereka berbeda lima tahun, sedangkan Agnia dan Felicia yang berbeda dua tahun, hal sama terjadi pada Felicia yang selalu dibandingkan dengan kecantikan kakaknya, tapi gadis itu acuh seolah tidak peduli. Sering menghabiskan waktu di club malam tanpa sepengetahuan Rama karna kabur lewat balkon kamarnya. Agnia tau hal itu tapi tidak mengadu pada Rama. Walaupun begitu diam-diam Agnia selalu mengawasi adiknya takut pria tidak bertanggung jawab menjerumuskan adiknya di club malam.
Beban Agnia sangat berat hingga harus menunggu waktu yang tepat untuk memutuskan keluar dari persembunyiannya.
"Kak, sudah tidur?" Ketukan di pintu balkon mengagetkan Agnia, meyentuh gelangnya hingga layar besarpun lenyap tak bersisa.
Agnia membukakan pintu yang terhubung dengan balkon kamarnya. Menampilkan wajah lunglai Felicia karena terlalu banyak minum alkohol.
"Kau mabuk lagi Cia?""Ya seperti biasanya. Kau tau sendiri coass itu sangat menyebalkan. Coba saja aku bisa coass di Rumah Sakit Mas Kenzo. Aku pasti tidak semenderita ini."
"Kau tidak bisa seenaknya saja Cia. Mana ada coass di Rumah Sakit Swasta. Kau saja berkuliah di universitas negri."
"Kakak tau kan aku hanya ingin jadi sutradara. Pekerjaan seni tidak pernah membosankan beda dengan menjadi dokter sialan. Kalau bukan karena Ayah, aku sudah membangun perusahaan perfilman sendiri."
"Kau mabuk, segera bersihkan dirimu, kau tidak ingin Ayah tau bukan? Oh ya kenapa kau lewat balkon kakak?"
"Itu karena di bawah balkon kamarku ada Jared keparat tertidur."
Agnia terkekeh, Jared anjing kesayangan Ayahnya. Kemungkinan Ayahnya sudah curiga dengan tingkah Felicia.
"Aku tidur denganmu malam ini ya kak."
"Ya." Agnia tidak ingin berdebat dengan adiknya yang mabuk.
Lagipula malam ini terakhir bisa memanjakan adiknya secara langsung. Setelah ini Agnia hanya melihat Felicia dari kejauhan.
_______________________________
Udara Jakarta masih sejuk saat menjelang fajar begini. Agnia menatap lapangan terbang luas dihadapannya, menaiki tangga pesawat pribadi yang dia rancang sendiri lima tahun silam, setelah kepergian ibunya. Tidak tidur malam hari adalah hal biasa bagi Agnia semenjak ibunya tiada.
Di badan pesawat tertulis Rizelle Group, diambil dari nama sang ibu Grizelle Jayeza Purwoko. Rizelle Group menjadi nama seluruh perusahan milik Agnia tersebar di dunia. Empat orang pengawal dengan baju serba hitam berbaris menunduk menyambutnya dan seorang pria dengan tubuh atletis, memakai kaca mata hitam dengan jas mahalnya, Leonardo Banyevi orang kepercayaan Agnia sekaligus sepupunya dari sang ibu.
"Welcome My Queen." Leo membungkukkan sedikit tubuhnya.
Agnia hanya mengangguk, melangkah masuk disambut pramugari yang tersenyum ramah, untuk pertama kalinya bertemu dengan bos besar mereka. Agnia hanya berjalan angkuh, mejatuhkan tubuhnya di kursi pesawat dengan meja persegi dihadapannya. Leo mengekorinya dan duduk dihadapan Agnia.
Setelah memastikan hanya berdua Leo, Agnia terkekeh menatap sepupunya.
"Queen, apanya yang lucu?"
"Kau malah bertanya? Jangan terlalu formal padaku Leo."
"Aku sebagai asistenmu hanya berlaku sewajarnya." Wajah Leo terlihat datar tidak seperti biasanya.
"Ya, baiklah asisten tersayangku." Goda Agnia. Dia tau Leo orang yang suka bercanda namun sangat profesional, terbukti bisa menjadi satu satunya orang yang tau siapa Agnia sebenarnya. Leo delapan tahun lebih tua dari Agnia, selama sepuluh tahun membantu gadis kecilnya untuk membangun impiannya.
"Jangan berusaha menggodaku My Queen." Panggilan My Queen hanya untuk menjaga rahasia identitas Agnia selama ini. Setiap transaksi, Leo menggunakan nama Queen Agnie Grizelle.
"Jadi namaku tetap saja Queen? Setelah aku memutuskan muncul kepermukaan bumi?"
"Ya, aku rasa Queen nama yang cocok untuk perempuan sepertimu, apanya permukaan bumi? Selama ini memangnya kau di dalam tanah?" Leo menampilkan senyum miringnya.
Agnia terkekeh. "Aku malas berdebat denganmu. Jadi apa jadwal pertamaku."
"Meeting dengan para investor di perusahaan utama."
"New york?"
"Ya."
"Aku tidak sabar akhirnya berkunjung langsung ke perusahaan pertamaku." Agnia tersenyum menatap awan di balik jendela pesawat.
"Aku tak bisa membayangkan seluruh investor kita melihat Queen yang mereka agungkan selama ini."
"Kau takut mereka hanya akan bertemu aku tak memerlukanmu lagi?"
Leo terkekeh, "Aku takut tak punya alasan saat mereka memaksa untuk meeting denganmu, padahal hanya modus semata." Leo mengakui kecantikan Agnia yang telah dianggapnya seperti adik kandungnya.
"Jangan khawatir Leo, aku bisa menjaga diri. Lagipula Aku sudah terbiasa menghadapi pria yang memujaku."
"Kau hanya menghadapi pria biasa selama ini my Queen, belum tau rasanya saat pria berkuasa yang mengagumimu, kau terlalu cantik dan cerdas siapa yang tak tergila gila padamu? aku bisa mati menghadapi mereka."
Agnia tertawa kecil. "My Leo, jangan berpikir berlebihan, aku bisa mengendalikan semuanya. Kau ingat aku punya ini?" Agnia mengangkat tangannya menunjukkan gelang berlian dengan permata berwarna hijau ditengahnya.
"Tidak semuanya bisa kau selesaikan dengan Emerald Eyes kesayanganmu itu Queen."
"Selama ini aku bisa mengawasi semuanya dari sini Leo, ayolah jangan merusak kebahagiaanku."
Leo menjangkau jemari Agnia, membelai tangan halus itu penuh sayang. "Aku berjanji akan melindungimu My Queen, meskipun nyawaku menjadi taruhannya." Leo menatap Agnia dengan keseriusan terpancar diwajah nya.
Agnia melepas tangan Leo dan berdiri disamping Leo, sedikit membungkuk dan memeluk pria itu. "Aku beruntung punya kakak sepertimu Leo, terimakasih pun takkan cukup untuk membalas semua pengorbananmu selama ini."
Leo tersenyum, menatap Agnia. "Tetaplah menjadi Agnia yang aku kenal meskipun seluruh dunia memujamu."
"Pastinya, aku tetap adikmu My Leo."
Leo mengecup pucuk kepala Agnia.
_______________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Emerald Eyes
ChickLitAgnia Gayatri Purwoko, dokter yang membuat para kaum adam rela berpura-pura sakit, hanya untuk disentuh olehnya. Selalu menjadi pusat perhatian karena parasnya bagai dewi Rusia ditengah kota Jakarta. Tatapan mata emerald-nya membuat siapapun tertund...