18 - Paris

12.2K 340 1
                                    

Ares merangkul Agnia masuk ke gedung  Evgene Group, keduanya sudah berganti pakaian formal seperti ke kantor biasanya. Banyak mata menyaksikan pasangan yang masih hangat diberitakan di seluruh dunia. Begitu sempurna keduanya dari segi fisik, kekuasaan dan harta tentunya.

Maka wajar saja pandangan kagum, iri, dan mendamba terlihat jelas pada siapa saja yang bertemu keduanya. Jika Agnia lebih memilih tersenyum saat mendapat sapaan para karyawan, Ares justru datar tanpa anggukan sedikitpun. Hanya sesekali melirik kekasihnya.

Keduanya telah sampai di lantai tiga puluh, tempat ruang meeting berada.

"Sayang, tunggu aku di ruang CEO ya. Aku segera kembali."

"Bolehkah aku ikut meeting denganmu?"

"Tentu, apapun yang kau inginkan sayang."

Agnia tersenyum memeluk Ares.

Saat keduanya masuk ke dalam tuang meeting yang lainnya berdiri menyambut kedatangan pemilik perusahaan.

Ares menarik kursi untuk mempersilahkan kekasihnya duduk dan membelai surai kecoklatan itu tak peduli dengan tatapan semua orang disana. Ares membuka kancing jas nya lalu duduk dibelah gadisnya.

"Mulai lah." Suara bariton memerintah bawahannya.

Seorang wanita sudah berumur tiga puluhan tahun sebagai manager keuangan terlihat takut-takut memulai rapatnya. Ternyata masalah besar yang dihadapi Evgene Group cabang Paris adalah kerugian besar karena seseorang memakai uang perusahaan dalam jumlah besar namun masih dicari siapa dalangnya.

Yang paling dicurigai divisi bagian keuangan, sehingga mereka terlihat pucat pasi. Setelah mendengar semua laporan dari bawahannya. Ares memberikan tanggapannya, dengan tegas pria itu memarahi semua bawahannya yang kecolongan. Agnia mengagumi sikap tegas Ares yang menurutnya memiliki aura kepemimpinan yang tidak biasa. Bukti memang mengarah pada manager keuangan tapi Ares tidak mau langsung menyimpulkan, Ares masih menyuruh bawahannya untuk mencari bukti lagi.

Setelah Ares kembali kembali ke kursinya, Agnia membisikan sesuatu hingga Ares mengangguk. Ternyata dari tadi Agnia ikut memeriksa beberapa dokumen yang janggal, mengetik sesuatu pada ipadnya yang telah tersambung oleh emerald eyes yang tidak diketahui siapapun. Karena mereka fokus pada rapat dan Agnia terlihat hanya memegang ipad seperti pada umumnya.

Agnia memasukkan sesuatu pada laptop yang tersedia seperti flash disk. Agnia menyampaikan maafnya yang lancang mengikuti rapat padahal bukan urusannya. Menjelaskan berbagai hal mengenai opininya menurut laporan yang dia baca. Ares malah terfokus pada kecantikan dan aura Agnia yang berkuasa begitu mendominasi di ruangan. Setelah mengetik sesuatu di laptop, layar proyertor menampilkan vidio menunjukkan CEO perusahaan yang mengancam manager keuangan, suaranya terdengar jelas. Bukti yang kuat untuk menyatakan CEO lah yang bersalah.

Semua orang yang berada di ruangan terkejut mungkin lebih bingung bagaimana Agnia mendapatkan rekaman seperti cctv di ruangan CEO sementara tidak terdapat benda di sana. Ares berdiri disamping gadisnya mencium pipinya kemudian berbisik, "Terima kasih sayang, nanti ku beri hadiah istimewa."

Agnia pun tersenyum menetralkan detak jantungnya kembali duduk ketempat semula.

Setelah segala drama Evgene Group cabang Paris selesai, Ares bisa bernafas lega memenuhi janjinya mengajak Agnia liburan. Suasana malam di paris paling indah berada di sekitar menara Eifel. Ares memesan satu restaurant penuh hanya untuk dinner dengan kekasihnya.
Dengan iringan musik klasik dan pemandangan langsung menara eifel, tak pernah terbayangkan oleh Agnia.

Dengan iringan musik klasik dan pemandangan langsung menara eifel, tak pernah terbayangkan oleh Agnia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana hadiahku hm?" Ares menggenggam tangan Agnia.

"Aku menyukainya, terimakasih tapi ini berlebihan Res."

"Bahkan aku berikan menara eifel sekalipun belum sebanding denganmu sayang."

"Res, bisa tidak aku minta sesuatu?" Agnia berkata ragu-ragu, lalu pindah duduk di pangkuan Ares.

"Jangan terlalu memberiku banyak kenangan indah bersamamu, aku takut tidak bisa merelakanmu untuk Stevy nantinya."

"Makanya jangan mau merelakanku begitu saja."

"Aku sudah berjanji pada Daddy tidak mengacaukan perjodohanmu apapun yang terjadi." Agnia memeluk Ares menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ares.

Ares membelai lembut punggung kekasihnya. "Jadi apa yang harus aku lakukan?"

"Berjanjilah hiks tetap melanjutkan pertunangan itu hiks hiks meskipun menyakitiku." Agnia sesegukan, dipelukan Ares.

"Jangan berkata begitu, aku merasa bersalah. Sudah bersedihnya, seingatku seorang Queen tidak pernah memperlihatkan kelemahannya di depan musuhnya."

Agnia langsung mengangkat kepalanya menatap Ares. "Oh iya bagaimana aku bisa aku lupa kau musuhku."

Ares terkekeh, membelai pipi Agnia yang basah.

"Kau membuat jas mahalku basah sayang"

"Berapa harganya biar ku ganti sepuluh kali lipat."

"Sombong sekali gadisku ini." Ares langsung mencium bibir Agnia dan dibalas oleh Agnia.

_________________________

"Aku tidak mau tidur denganmu." Agnia protes saat Ares memaksanya tidur di apartemennya yang hanya memiliki satu kamar.

"Kita sudah pernah tidur bersama sayang."

"Aku akan tidur di hotel, membayar satu kamar hotel tidak akan membuatku miskin."

"Huh sombongnya istriku."

Agnia yang telah melangkah menuju pintu apartement pun terhenti. "Apa?"

"Istriku."

"Kau gila Ares."

"Jadilah istriku saat kita berdua sayang."

"Aku bukan wanita murahan!" Amarah Agnia sangat memuncak sekarang.

Tapi Ares malah tersenyum menggodanya, membisikan sesuatu. "Layani suamimu seperti seharusnya istriku."

Layani? Agnia mengerti maksud Ares.

"Tidak akan pernah!"

"Semakin kau marah semakin membuatku menginginkanmu sayang." Ares mencium bibir Agnia menggendongnya seperti koala, Agnia yang awalnya berontak akhirnya luluh juga.

Didalam kamar, tubuh Agnia dicium tanpa henti oleh Ares. Agnia pun terbuai dengan cumbuan pria bangsawan itu. Dia tidak menolak saat Ares merobek gaun yang membungkus tubuhnya.
Setelah melakukan pemanasan mereka tebaring di ranjang tanpa sehelai benangpun.

"Res, mmpphh hentikan. Aku tidak bisa melanjutkan ini."

"Aku tidak tau caranya berhenti sayang." Ares tak hentinya meremas dan menghisap dada Agnia.

"Tapi-"

"Tubuhmu indah sayang, biarkan aku yang memiliki seutuhnya." Ares duduk, membuka paha Agnia telah siap untuk memasuki inti Agnia.

"Jangan Res, aku mohon." Permintaan Agnia bertolak belakang dengan respon tubuhnya.

Ares menggesekkan benda keras itu di perut Agnia perlahan lalu turun ke arah inti.
"Kau sangat basah sayang, kau sanggup menolaknya hm?"

"Akhhh jangan permainkanku Areshh"

"Kau mau aku hentikan sayang?"

Agnia meremas sprei, tubuhnya seperti tersentrum kala Ares menggesekkan benda itu di selangkangannya.

"Masukkanlah Reshh pelan pelan aahhh, ini pertama kali bagiku."

"Kau akan ketagihan sayang."

Tbc,,

Emerald EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang