Mari kita renungkan kepribadian Lee Haechan.
Di pandangan pertama atau ketika sosoknya mengulurkan tangan bersama senyum lebarnya, dari sana kamu tak perlu susah-susah menerka. Sosoknya ekstrover yang gemar mengenalkan diri ke sana-sini. Hari pertama kamu mengenalnya, 24 jam itu akan diisi akan banyaknya celotehan berikut derai tawa yang menyapa udara. Kemudian, kamu pasti akan menyimpulkan, ah Haechan orang yang asyik. Di hari kedua, 48 jam setelah mengenal Lee Haechan, kamu mungkin mulai diserang rasa jengkel yang kian lama kian membumbung. Tengil, pemberontak dan gemar melakukan segala hal sesuai keinginannya.
Haechan keras kepala—itu utama. Keberuntungannya patut diuji atau tentang instingnya yang setajam ibunda terhadap anaknya. Kedengarannya sedikit buruk. Tapi percayalah, Haechan punya alasan kuat untuk menyita Jisung di atas sini. Bersama sepoi angin yang sekali-kali berhembus.
"Ceritain semuanya." Dua kata itu meluncur bagai perintah mutlak yang tak menerima penentangan sekecil apapun. "Jisung, ini udah saatnya. Kamu harus buka mulut. Jangan bohong, ceritain semuanya sampai ke akar-akarnya." Kalimat lainnya menyusul, terdengar amat sangat menuntut.
Di depannya, Jisung menautkan alis. Kemudian, kekehan hambarnya bebas mengudara. "H-haha, cerita apa? Hyung mau denger ceritaku di rumah sakit? Cerita di alam bawah sadarku?"
Tak disangka-sangka, yang lebih tua mendesis gusar. Haechan melangkah. Sigap memberi satu sergapan kuat yang bertengger di masing-masing pundak milik pemuda Park. "Aku lagi nggak bercanda. Keadaanmu udah lebih baik daripada sebelumnya. Ada baiknya kamu cerita perihal tragedimu itu sebelum polisi ke sini dan mereka yang bakal tanyain kamu segala-galanya."
Jisung tak bergeming. Tubuh semampainya ikut membawa getaran kecil ketika Haechan menghentaknya. Memaksanya untuk menuruti pintanya. "Setidaknya polisi lebih baik. Mereka bakal percaya apa yang aku bilang."
Si lawan bicara mendengus. Kedua tangannya dilepas. Menjauh dari tubuh yang lebih muda. Beralih untuk bertengger di pinggangnya sendiri. Berkacak pinggang diiringi tapak kakinya yang mondar-mandir tak tentu arah. "Aku nggak bisa percaya sama semua kata-katamu karena aku tahu salah satu kejadiannya, pasti kamu sembunyiin." Ucapannya membawa setingkat nada yang lebih tinggi. "Jisung. Kamu tahu seberapa paniknya kita waktu tahu kamu jatuh dari lantai 15? Kamu tahu seberapa kalutnya kita waktu tahu kamu harus tidur buat jangka panjang? Kamu tahu seberapa marahnya Jaemin? Kamu tahu seberapa frustasinya dia karena kasusnya makin rumit? Kamu tahu seberapa banyaknya Mark berkorban buat itu semua? Kamu seharusnya tahu!" Di akhir kata, segalanya kian meliar. Bentakannya keras membahana. Bergesekan bersama angin yang tak henti menerpa.
Jisung terpaku. Belum mau menuntut kakak-kakaknya untuk mendongeng tentang banyak hal yang telah ia lewati. Niatnya nanti, tapi ketika kalimat itu diungkapkan oleh Lee Haechan, Jisung pikir ia tak perlu lagi dongeng sesingkat apapun. Semuanya makin runyam tanpa ia tahu. Mereka kelimpungan, kalut, mungkin nyaris kehilangan akalnya ketika dia menderita di alam bawah sadarnya.
"Sebelum semuanya makin pecah atau malah sampai hancur, kamu bisa bilang semuanya sekarang. Melindungi itu bukan dengan cara sembunyiin kesalahannya, Jisung." Haechan melangkah. Mengikis jarak yang sempat terbentang sementara Jisung terus melangkah mundur. "Mungkin kamu belum tahu sekacau apa kita sekarang. Kalau gitu, dengerin baik-baik, Jisung."
Kaki jenjang itu terus mundur. Berusaha menghindar entah kenapa. Barangkali karena aura Haechan yang tahu-tahu lebih horor ketimbang hadirnya jiwa tak tenang.
"Na Jaemin, dia sampai bunuh Kang Junhee karena dia pikir Junhee yang dorong kamu dari atas. Itu bukan niat buruk, Jaemin cuma mau kasih pelajaran kecil walau akhirnya kebablasan. Ponselmu itu satu-satunya yang bisa ungkapin semua ini tanpa kebohongan apapun, tapi kayaknya ada orang yang nggak mau semuanya terungkap."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lose Me If You Can ✔️
FanficSatu-satunya yang paling ampuh mengacaukan jiwa Park Jisung hanyalah masa depan. Tentang mereka, tentang dirinya bersama 6 pemuda itu. Mereka telah memulai garis awal bersama-sama. Maka seharusnya mereka pun berakhir dalam akhir yang sama pula. Tapi...