Empat Puluh Dua

525 97 6
                                    





Bangchan tersenyum puas setelah berhasil menipu ayahnya. Felix yang harus menjadi kambing hitam atas semua perbuatannya.


Mau bagaimana lagi?. Dia juga tidak ingin harus menanggung akibat semua perbuatan nya selama ini. Maka, mau tak mau terpaksa felix yang dikambing hitam kan.

"Dua hari lagi gue ujian akhir. Gue ga mau masalah ini bakal jadi penghambat. Jadi felix, sorry banget semua kesalahan yang kita perbuat gue tumpahin ke lo semua hahahaha"


____



Keadaan jisung berbanding terbalik dengan bangchan. Lelaki manis itu sibuk merenung di balkon dengan ditemani secangkir coklat panas.

Jangan ditanya dimana jeongin. Lelaki rubah itu sudah menyelam ke alam mimpi sedari tadi.

Sebenarnya jisung sudah tertidur bersama jeongin jam sembilan tadi. Tapi ketika jarum pendek menunjuk angka sebelas dan jarum panjang menunjuk angka enam lelaki tupai itu terbangun dan kelopak mata indah itu tak bisa kembali terpejam.


Makanya si manis memutuskan untuk duduk dibalkon dan tak lupa membuat secangkir coklat panas untuk menemani acara merenung ditengah malamnya.

"Gue harus gimana?"gumam si manis.

Helaan nafas terhembus keluar dari bibir chery itu yang membentuk asap tipis. Ya. Malam ini memang sangat dingin.


"Gue yakin kak chan ga bakal berhenti sampai disini. Gue tau selicik apa dia.__

Helaan nafas berat kembali terdengar.


___ Gue ga mau felix yang kena imbasnya. Gue ga mau felix menanggung semuanya" lanjutnya.


Tangan halus itu meraih cangkir yang berisi coklat panasnya dan menyesapnya sedikit demi sedikit.

Kantuk kembali menyerang tapi si manis enggan kembali ke ranjang. Pikiran nya terlalu berkecamuk hingga manik indah itu susah untuk terpejam.

Jisung menoleh kedalam kamar dimana jeongin terlelap dengan damainya.


"Gue takut jeje juga kena imbasnya___  Kak chan benci semua orang yang coba lindungin gue"gumamnya.

Kepala itu kembali menatap lurus kedepan. Meraih cangkir berisi coklat kembali lalu menyesapnya hingga habis.


Setelahnya cangkir diletakan saja dipagar beton balkon dan kembali masuk ke kamar. Mencuci kaki dan tangan dikamar mandi dan bergegas menyusul jeongin ke alam mimpi. Biarkan tubuhnya beristirahat sejenak.



_____


Keadaan minho sama halnya dengan jisung. Lelaki tampan itu juga tak bisa memejam kan matanya. Pikiran nya telah penuh oleh jisung. Sesekali lelaki berhidung bangir itu merutuki kebodohan nya yang ia laku kan dahulu.


"Andai aja gue ga denial dulu___ Mungkin ga ya keadaan ga akan serumit ini?"

Menelan ludahnya untuk membasahi kerongkongan yang terasa kering.

"Gue mau suasana kayak dulu lagi. Tapi sekarang semua hancur karena kebodohan gue"

Minho mengalihkan atensi kebawah dimana sebuah mobil terparkir dihalaman rumahnya. Itu orang tuanya yang baru saja pulang bekerja.

Selalu seperti ini setiap harinya, pergi pagi pagi sekali dan pulang larut malam. Hingga kebersamaan dikeluarga lee itu sangat minim. Setiap lelaki tampan itu bangun pasti kedua orang tuanya sudah berangkat bekerja dan pulang ketika lelaki berhidung bangir itu telah terlelap.


Tikung 《MinSungChan》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang