Empat Puluh Empat

541 102 10
                                    


Taman kota tampak lengang karena baru saja diguyur hujan. Bau petrichor merebak memenuhi indra penciuman.

Felix terduduk sendiri disalah satu kursi taman yang menghadap ke danau buatan. Tak perduli kursi itu basah lelaki manis itu tetap mendudukan bokongnya.

Pikiran si manis melayang entah kemana. Begitu banyak masalah menghampiri nya saat ini. Ia malas pulang ke rumah setelah pertengkaran sengit dengan kedua orang tua nya tadi pagi.

Helaan nafas gusar keluar dari bilah tipis itu. Tangan kanan nya menyugar surainya yang mana membuat surai pirang itu semakin berantakan.

Jam sudah menunjuk pukul sepuluh malam tapi felix masih enggan untuk pulang atau sekedar beranjak mencari sesuatu untuk sekedar mengisi perutnya yang sebenarnya telah menjerit minta diisi.

Dia tak butuh apapun saat ini. Yang ia butuh kan hanya menyendiri untuk menenangkan pikiran nya yang berkecamuk.

"Kenapa ga pulang?"

Felix tersentak ketika rungu nya mendengar suara seseorang menegurnya yang berasal dari belakang tubuh.

Tak perlu dirinya membalikan tubuh untuk melihat siapa gerangan yang tengah menegurnya felix sudah tahu kalau orang itu adalah kakak nya, Lee taeyong.

Taeyong yang tak mendapat jawaban dari sang adik segera melangkah menghampiri. Lelaki tampan itu segera duduk disisi kanan adiknya.

Setelah duduk disamping felix, taeyong mengamati adiknya yang tak kunjung merespon kehadirannya. Kekehan samar pun mengalun dari bibir tipis itu.

"Kenapa ga pulang, dek?. Kakak tanya?"Ulang taeyong.

Felix masih bungkam. Taeyong tersenyum tipis. Tangan kirinya bertengger dipundak yang lebih muda.

"Pulang lix. Ini udah malam---"

"---- Yang bilang masih sore siapa?"sela felix ketus.

Tidak. Taeyong tidak marah kok mendengar jawaban ketus dari adiknya. Yang lebih tua justru terkekeh gemas.

"Jangan marah marah, dek. Nanti tambah gemes. Kan kasian changbin makin kelonjotan gemas liat lo"

Felix sontak menoleh ke sang kakak ketika mendengar nama changbin disebut. Tapi hanya sekilas dan kembali menatap lurus kedepan.

"Giliran changbin aja langsung gercep lo, dek"ejek  taeyong diselangi tawa gemas.

Felix melirik taeyong kemusuhan" Apaan?"lirihnya.

"Elo"Balas taeyong." Denger nama changbin langsung respon kakak. Coba kalo ga ?? Beuughh dianggap patung selamat datang kali kakak ya?"lanjutnya diakhiri kekahan lucu.

Felix kembali melirik sinis taeyong."  Ga tuh. Biasa aja"

"Lagi berantem ya sama changbin? Terus kalian saling diam diaman sampe lo bete gini?"tanya taeyong

Felix tersenyum miris. Berantem katanya?. Saling diam katanya? Setelah changbin tahu semua yang ia lakukan selama ini?.

Felix menghela nafas. Dada nya sesak. Entah changbin masih mau mengenal atau tak sama sekali dirinya. Dimaafkan saja rasanya dia sudah sangat bersyukur.

Tak mendapat jawaban dari felix membuat taeyong yakin. Kalau adiknya enggan kembali ke rumah setelah pertengkaran tadi pagi dengan orang tua mereka.

Tikung 《MinSungChan》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang