Hari semakin berlalu, meninggalkan semua kisah yang ada. Kini, aku masih membiasakan menjalani hari-hari tanpa kehadirannya, kini tidak ada lagi canda dan tawanya yang selalu menghiasi hariku. Senyumannya telah hilang begitu saja, bukan aku lagi alasan dia tersenyum. Jika ... waktu bisa diputar kembali, mungkin aku sudah memutarnya, tapi ... itu sungguh mustahil dan tidak mungkin!
Sungguh, aku menyesali apa yang sudah aku lakukan, andai saja saat itu aku tidak mengajaknya pergi ke acara keluarga, mungkin tidak seperti ini akhirnya. Pertemuan itu malah membuatnya jatuh cinta sekali lagi pada seorang wanita yang bukanlah orang lain melainkan sepupuku sendiri. Bodoh! Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada sepupuku, saat kami sudah resmi bertunangan dia malah jatuh cinta pada sepupuku.
Dan hal yang sangat aku sesali adalah, hadir di acara pernikahan mereka, entah hasutan setan mana yang membuat ku akhirnya berada di tempat ini, acara resepsi pernikahan mantanku dengan mantan sepupuku! Dia bukan sepupuku lagi, bukan! Sepupu apa yang malah jatuh cinta dengan tunangan sepupunya sendiri. Dan parahnya lagi, mereka pacaran saat Mas Aldo masih menjadi tunanganku, itu artinya Mas Aldo sudah selingkuh di belakangku.
Harusnya aku yang ada di sana, bukan dia! Kenapa takdir cintaku seperti ini? Disaat aku sudah yakin bahwa dialah pria yang Tuhan takdir kan untukku namun, kenyataannya, ia hanya sekedar hadir bukan untuk menetap bersamaku. Cintaku kandas sebelum kami sampai di pintu gerbang pernikahan.
"Anak Mama, Mama kira kamu gak bakalan datang, Nak." Mama merentangkan tangannya ingin memelukku.
"Aku gak tau, kenapa aku ada di sini? Jadi nyesel deh, Ma." Aku memeluk Mamaku.
"Kenapa menyesal? Bagaimanapun juga, Hani sepupu kamu."
"Ralat, mantan sepupu. Adik mana, Ma?" tanyaku mencari keberadaan adikku.
"Tadi sama Rafka, entah kemana mereka."
"El? Aku kira kamu gak datang," ucap Kak Nesya.
"Kuat juga hati kamu datang ke pernikahan mantan. Sudah move on nih?" sambung Kak Fiona.
Aku menyipitkan mataku menatap dua orang yang ada di depanku. "Mereka siapa, Ma?" Aku beralih menatap Mama.
Mama mengedikkan bahunya. "Mama juga gak kenal."
"Heh! Pura-pura lupa ya? mentang-mentang lama gak pulang ke rumah."
"Dek, kamu baik-baik saja kan?" Kak Nesya menatapku dengan tatapan tajam, dia terlihat sangat mengkhawatirkan ku.
"Aku baik-baik saja, buktinya masih hidup dan bisa ada di sini. Kak Nes gak usah khawatir, aku gapapa kok."
Kak Nesya langsung membawaku ke dalam pelukannya. "Jangan pernah berpikir bunuh diri ya? Kakak tahu ini sulit bagimu, tapi ini hanya sementara," ucapnya dengan nada lembut. Kak Nesya orang yang anggun, hatinya juga lembut, begitu juga dengan nada bicaranya, saking lembutnya kadang aku mau tidur mendengar Kak Nesya bicara.
"Aku gak ada niat bunuh diri. Aku masih waras, Kak masih mau hidup."
"Baguslah." Kak Nesya melepaskan pelukannya.
Aku duduk di dekat Mama, kedua Kakak ku ikut duduk di kursi yang ada di dekat kami.
"Dia takut banget gak bisa ketemu kamu lagi, takut kamu bunuh diri," ucap Kak Fiona.
"Kamu sih menutup diri. Beberapa kali Kakak ke hotel mau nemuin kamu, kamunya gak mau bukain pintu."
"Em ... mungkin aku gak lagi di kamar, Kak. Soalnya kalau bosan aku keluar."
"Terus, handphone kenapa gak aktif?"
"Sengaja, gak mau di usik," jawabku.
"Dasar! Bikin orang khawatir aja. Sakit hati boleh, kecewa boleh, sedih boleh, tapi ya gak gini juga. Masa berminggu-minggu gak ada kabar, gak pernah pulang, menghindar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Journey (End✓)
RomanceRomantis+Comedy Cinta, keluarga, sahabat . . Setelah ditinggal nikah oleh mantan tunangan ku, aku kembali terluka karena kehilangan, kehilangan kali ini sangat-sangat membuatku sedih, ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh sosok pria yang sudah...