Kabar Buruk

1.4K 173 16
                                    

Kian hari, keadaan Mas Aksa semakin memburuk, perasaan takut dan khawatir selalu menghantuiku, sungguh aku tidak ingin terjadi hal yang buruk pada Mas Aksa. Melihatnya terbaring di atas brankar membuatku sangat sedih, selama ini Mas Aksa terlihat kuat menahan rasa sakit yang dia derita, Mas Aksa selalu terlihat sehat dan baik-baik saja namun, dibalik itu semua, ada sesuatu yang sebenarnya sedang dia sembunyikan. Sampai sekarang aku tidak menyangka apa yang terjadi dengan Mas Aksa sekarang sebab, Mas Aksa selalu terlihat baik di hadapanku.

"El, dengan berat hati Papa mengatakan ini," ucap Papa.

"Ada apa, Pa? Apa yang terjadi?" Aku menatap Papa Nirwan, ekspresi wajahnya terlihat sangat serius.

"Kami harus membawa Aksa ke Jerman dan melanjutkan pengobatannya di sana," jawab Papa. "Keadaan Aksa semakin memburuk, di sana dia akan mendapatkan perawatan terbaik."

Aku memejamkan mataku merasakan buliran air mata menetes. Mereka akan membawa Mas Aksa pergi dari sini. "Jika itu yang terbaik untuk Mas Aksa, bawalah Mas Aksa ke sana."

"Kamu terus berdoa, Nak. Semoga Aksa cepat sembuh dan kalian segera menikah. Papa akan selalu ada untuk Aksa, kamu tenang saja ya." Papa menepuk pundak ku.

"Iya, Pa. Kapan Mas Aksa pergi?"

"Sekarang."

"Se---sekarang?"

"Lebih cepat lebih baik, Nak."

Ya Tuhan, sebentar lagi aku akan berpisah dengan Mas Aksa, dia akan pergi untuk waktu yang lama dan aku harus kuat dan terima, karena ini demi kebaikan Mas Aksa.

"Aksa..." ucap Papa Nirwan mencoba membangunkannya. "Nak..."

Beberapa detik kemudian Mas Aksa membuka matanya.

"Kita harus ke Jerman, kita melanjutkan pengobatan di sana," terang Papa. Nampaknya Mas Aksa cukup terkejut dengan ucapan Papa, sontak dia langsung menoleh menatapku.

Aku mendekati Mas Aksa dengan air mata yang terus mengalir. "Mas pergi aja ya, tapi Mas harus kembali. Aku gapapa, ini yang terbaik untuk Mas!"

"Maafkan saya, El," ucap Mas Aksa pelan.

Aku menggenggam tangan Mas Aksa, berat rasanya harus berpisah dengannya. "Mas kembali kan? Mas pasti sembuh, nanti kalau Mas sudah pulang kita akan menikah, aku gak sabar menunggu hari itu Mas. Mas harus kuat! Mas harus kembali." Aku kembali terisak di samping Mas Aksa.

Ini sungguh berat aku terima, harus berpisah dengan Mas Aksa namun, ini demi kebaikan Mas Aksa, aku tidak boleh egois menahan Mas Aksa untuk tetap di sini.

Tangan Mas Aksa membelai rambutku. "Mas akan berjuang untuk sembuh, Mas akan kembali, El ... tapi Mas tidak bisa berjanji."

Aku mendongak menatap wajah Mas Aksa, ternyata dia juga menangis. "Mas pokonya harus sembuh!  cepat pulang ya, Mas aku akan menunggu Mas pulang."

Dokter dan beberapa suster memasuki ruangan, mereka ingin mempersiapkan keberangkatan Mas Aksa.

Aku sedikit menjauh mempersilahkan Dokter memeriksa Mas Aksa dan melepas beberapa peralatan.

"Ja---jaga diri baik-baik, ya. Mas sayang kamu, El ... Mas cinta kamu. Mas pamit." Aku terharu mendengarnya, pernyataan cinta Mas Aksa sangat manis namun, semanis apapun caranya berpisah, yang namanya perpisahan tetap menyakitkan.

"Aku juga cinta Mas, aku sayang Mas! Mas harus bisa sembuh!"

"Iya, El..."

Kini, saatnya Mas Aksa pergi, rasanya berat melepaskan kepergian Mas Aksa, aku merasa seperti tidak ikhlas dia pergi.

My Love Journey (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang