Berhenti Berjuang?

1.9K 207 39
                                    

Hembusan angin kencang menerpa wajahku, entah sudah berapa lama aku duduk di pinggir pantai di bawah pohon kelapa. Yang pasti, aku sangat betah berada di posisi seperti sekarang, sangat nyaman.

Para wisatawan berlalu-lalang melewatiku, aku hanya sendirian di sini, Kak Nesya tidak ikut karena ada urusan penting. Aku merasa seperti liburan sendirian, sebelumnya tidak pernah aku lakukan seperti ini.

Sejenak aku melupakan apa yang sudah terjadi, sejenak tidak ingat-ingat tentang dia, sejenak lari dari suara bising dan perkejaan. Ini hari ketiga aku ada di Bali, besok harus kembali ke Bandung.

"Hai." Seorang pria duduk tepat di sampingku.

Aku menurunkan kacamata hitamku untuk melihat lebih jelas siapa yang duduk di sampingku itu.

"Maaf ganggu," ujarnya.

"Ah, iya."

"Kamu sendirian?"

"He'em, cuma sendiri."

"Wah, berani juga ya kamu."

"Kenapa harus takut? Kalau malam hari baru takut."

"Iya juga sih."

Keadaan hening, aku memejamkan mataku sambil menyender di pohon kelapa.

Bruk

Seorang anak kecil terjatuh, aku langsung berdiri dan menghampirinya.

"Adik gapapa?" tanyaku membantunya berdiri.

"Gapapa, makasih, Kak."

Cup

Anak kecil itu mencium pipiku. Aku tersenyum, lalu mengusap kepalanya.

"Namanya siapa sih?"

"Alea."

"Wah, namanya cantik seperti orangnya." Aku mencubit pipinya.

"Kakak Bunda aku ya?"

"Eh." Aku terkejut mendengar pertanyaannya. "Bukan, Sayang."

"Kata Papa, Bundaku cantik, Kakak kan juga cantik."

"Em ... memangnya Bunda Alea kemana?"

"Kata Papa, Bunda pergi jauh ketempat yang indah." Aku terkesiap mendengarnya, aku paham dan mengerti maksudnya.

"Alea. Papa cariin ternyata di sini! Kamu buat Papa khawatir!"

"Maaf, Pa." Alea tertunduk, mungkin dia takut karena mendengar suara Papanya yang cukup tinggi.

"Alea tadi jatuh, Mas," ucapku. "Tapi dia gapapa kok."

Pria itu menoleh menatapku. "Ah, maaf jika anak saya mengganggu."

"Gak kok. Tuh, Alea nya takut dengar suara Masnya seperti marah-marah."

Papanya mengelus kepala Alea. "Lain kali jangan pergi sendiri ya? Papa takut kamu nyasar," ucapnya dengan nada lembut.

"Iya, Pa."

"Ayo kembali ke sana."

"Kak, makasih ya tadi nolongin Alea."

"Sama-sama cantik. Jangan pergi jauh-jauh lagi ya."

"Iya, Kak."

"Kami permisi dulu ya," ucap Papa Alea.

"Iya, Mas." Aku tersenyum menatap kepergian mereka berdua.

Aku kembali duduk di tempat tadi, pria tadi pun masih ada di situ.

"Kamu gak ada teman apa gimana?" tanyaku.

"Gak, saya sendirian. Sama kan?" Dia tersenyum. "Jangan-jangan kita...."

My Love Journey (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang