Sudah sekitar sepuluh menit aku berdiri di depan pintu rumah Emma yang sangat mewah ini namun, tidak ada tanda-tanda akan terbukanya pintu. Aku yakin, dia ada di rumah, tapi sudah beberapa kali aku menekan bel, tidak ada yang membukakan pintu.
Suara deru mesin mobil mengalihkan pandanganku. Tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya keluar dari mobil mewah itu.
"Eh, El?"
"Tante." Aku langsung menyalami Tante Erin.
"Kok di luar?"
"Gak ada yang mau bukain pintu. Emma ada, Tan?"
Tante Erin terdiam sejenak, ekspresi wajahnya berubah mendengar aku menyebut Emma. "Ada kok. Astaga, tuh anak kenapa gak bukain pintu. Ayo masuk, El."
Aku langsung mengikuti Tante masuk ke dalam rumah. "Emma beneran ada?"
"Ada, dia gak kemana-mana, di rumah aja. Kamu langsung ke kamarnya aja ya."
"Baik, Tan." Aku bergegas menaiki tangga menuju kamarnya.
Sebenarnya aku merasa takut bertemu dengannya, takut dia tidak mau bertemu denganku.
Tok ... tok ...
"Emma, ini aku El."
Tidak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Aku menatap Emma, nampak sangat, wajahnya terlihat murung.
"Masuk El."
Aku menatap wajahnya yang terlihat sendu, kantung mata menghiasi sisi matanya yang indah.
"Lama gak ketemu kamu, makanya aku ke sini. Aku chat juga kamunya gak aktif, aku samperin ke apartemen kamu gak ada."
"Kangen ya?" Dia tersenyum tipis.
"Iyalah, kamu menghilang begitu saja." Aku duduk di sofa yang ada di kamar Emma. "Kamu kemana saja?" tanyaku.
"Ada kok, sekarang aku tinggal di sini."
Aneh, itulah yang kurasakan saat ini, entah kenapa aku merasa aneh bertemu dengannya, padahal dahulu biasa-biasa saja.
"Are you okey?" Akhirnya kalimat itu lolos dari mulutku, sedari tadi aku mengatakan itu.
Emma kembali tersenyum tipis. "Oke kok," jawabnya.
Aku tahu, dia sedang berbohong. Aku tidak akan bertanya lebih, aku ingin dia yang menceritakannya sendiri.
"Mau minum apa?" tanyanya sambil melangkah menuju kulkas.
"Fanta."
"No, ini masih pagi, gak boleh minum soda. Teh kotak?"
"Iya deh." Aku tersenyum, dia perhatian dengan lambungku ini.
Emma mengambil teh kotak dari kulkas itu. Jangan heran, di kamarnya ada kulkas yang berisi penuh dengan berbagai macam minuman, tidak hanya itu, makanan pun banyak di kamar ini.
"Nah."
"Thanks." Aku langsung mengambilnya lalu meminumnya. "Lama gak ke sini."
"Iya, kita sering ketemu di luar." Emma duduk di sampingku. "El."
"Iya?"
"Aku mau nikah."
"Nikah?" ucapku pura-pura terkejut, ini yang aku tunggu.
"Iya, tiga Minggu lagi."
"Ke-kenapa tiba-tiba mau nikah?"
Dia terdiam, bahkan menatapku pun tidak berani, sedari tadi dia menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Journey (End✓)
RomanceRomantis+Comedy Cinta, keluarga, sahabat . . Setelah ditinggal nikah oleh mantan tunangan ku, aku kembali terluka karena kehilangan, kehilangan kali ini sangat-sangat membuatku sedih, ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh sosok pria yang sudah...