Semenjak hari dimana Mas Elang mengaku bahwa dia mencintaiku, hubungan kami semakin hari semakin baik. Tidak ada lagi Mas Elang yang kaku, yang dingin, yang cuek. Bongkahan es batu sudah mencair! aku sudah berhasil membuat Mas Elang jatuh cinta padaku. Sekarang rasanya begitu indah, aku mencintainya dia juga mencintaiku, bahagia rasanya dicintai oleh orang yang aku cintai.
Dan, semenjak tanganku sudah pulih, aku sudah diperbolehkan untuk bekerja dan menjalani aktivitas seperti biasa. Kini, aku kembali disibukkan dengan pekerjaan. Kembalinya Mama ke Indonesia tidak membuatku harus pindah kerjaan lagi, aku tetap bekerja di perusahaan Ayah. Cuma sekedar membantu saja, kehadiranku di kantor tidak terlalu penting. Setidaknya aku tidak nganggur.
"Pagi, Bu El."
"Ini sudah siang, Pak!" jawabku menatap malas.
"Oh iya ya."
"Bapak gak ada kerjaan apa? Tiap hari ke ruangan saya."
"Tidak ada yang lebih penting selain ke ruangan Bu El," ucapnya membuatku ingin muntah. Pria itu akhir-akhir ini menggangguku, dia gencar mendekatiku ingin menjadikanku kekasihnya. Dia tidak tahu siapa aku, karena dia manajer baru.
"Ehem ... saya sibuk, Pak. Mending Bapak kembali ke ruangan Bapak, terus kerja."
"Kok manggil 'Bapak' lagi sih? panggil saya Mas dong, panggil sayang juga boleh kok, boleh banget!" Aku menghela napas kasar. Jujur saja, aku tidak menyukai orang ini, ganteng sih ganteng, tapi ... kelakuan minus. Heran, kenapa dia diterima di perusahaan ini?
"Pak Jamal di sini, tadi Pak Heru nyariin Bapak," ucap Amel yang baru saja dari pantry.
"Terima kasih Amel. Ya udah, saya permisi ya. Bye Bu El, jangan merindukan saya," ucap Pak Jamal sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ganjen banget," ucap Amel.
"Huh ... syukur dia pergi. Beneran dipanggil, Mel?" tanyaku.
Amel terkekeh. "Gak sih, Mbak. Saya kan mau menyelamatkan Mbak El dari buaya darat hahah..." Aku ikut tertawa mendengarnya.
"Makasih loh sudah nolongin. Aku usir gak mempan, gak ada kerjaan aja ke ruangan terus."
"Sepertinya dia benar-benar suka sama Mbak."
"Kalaupun aku masih sendiri, gak mau juga sama dia ahaha ... kamu mau gak? Ambil aja?"
"Gak, Mbak. Terima kasih aja hehe..." Amel duduk di kursinya. Memang mejanya ada di ruangan ku supaya ada teman juga.
"Sudah mau istirahat nih. Kita istirahat duluan yuk?" ucapku.
"Ayo aja, Mbak!" jawabnya bersemangat. Dasar, dia memang suka waktu istirahat, semangnya tiba-tiba muncul kembali, apalagi jam pulang kantor.
Aku mengambil tasku. "Ayo! hari ini aku mau ngajak kamu ke restoran milik keluarga Mas Elang.
"Iya, Mbak."
Kami berdua keluar dari ruangan, melangkah menuju lift untuk sampai di lantai bawah.
Ting
Pintu lift terbuka, kami langsung masuk ke dalam bersama beberapa karyawan lainnya. Memang sudah waktunya untuk istirahat.
Saat pintu lift kembali terbuka, kami langsung keluar dan menuju parkiran. Aku memang sering menghabiskan waktu istirahat bareng Amel dibandingkan Kak Nesya dan Kak Fio.
"Masuk, Mel," titahku saat kami sudah sampai di depan mobil. Aku langsung masuk ke mobil dan disusul Amel yang duduk di sampingku.
Setelah sudah siap, aku menginjak gas dan pergi meninggalkan parkiran kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Journey (End✓)
RomanceRomantis+Comedy Cinta, keluarga, sahabat . . Setelah ditinggal nikah oleh mantan tunangan ku, aku kembali terluka karena kehilangan, kehilangan kali ini sangat-sangat membuatku sedih, ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh sosok pria yang sudah...