Aku tersenyum melihat bayi laki-laki yang ada di depanku, bukan anakku, tapi anak Emma. Sekarang aku berada di rumah Emma, tidak hanya aku, ada Nisa, Helen dan Bunga. Tidak lupa, Bunga dan Nisa membawa anak mereka untuk berkumpul bersama kami.
"Tidak lama lagi El yang punya anak," ucap Emma.
"Iya dan gue masih sendiri," sahut Helen.
"Loh, bukannya kemarin lo ngasih tau kami kalau sekarang sudah punya pacar?" ucap Bunga.
"Gue sudah putus."
"Lah, kok putus? Baru kemarin kan kalian jadiannya?" tanyaku.
Helen mengangguk. "Gue gak cocok sama dia, makanya gue putusin. Baru sekitar tujuh jam kami jadian."
"Hahaha ... astaga, Hel! Pacaran apa itu? Baru jadian sudah putus." Aku menggeleng-gelengkan kepala, sahabatku yang satu ini memang beda dari yang lain.
"Gue gak cocok, mau gimana lagi?"
"Kalau gitu kenapa kamu terima dia?" ucap Nisa.
"Terpaksa haha..."
"Malang sekali nasib pria itu, sudah terpaksa diterima, diputusi lagi."
"Iya, kukira sudah tobat mempermainkan cowok, ternyata masih."
"Gak ya, gue gak memainkan perasan cowok-cowok."
"Hilih."
Aku menatap Emma. "Em, are you okay?" tanyaku.
"Gak," jawabnya tertunduk.
"Em, kamu kenapa?" tanya Nisa.
"Aku dihadapkan pilihan yang sulit. Rasanya aku pengen menyerah aja, tapi disisi lain, gimana dengan Atha."
"Maksud kamu?" tanyaku.
"Aku pengen cerai." Kami semua terkejut mendengar ucapan Emma.
"Em, kamu serius?" tanya Bunga.
"Ya Allah, Em! yang benar saja?"
"Gue lihat kalian baik-baik saja, kalian terlihat harmonis."
"Kenapa kamu terpikir ingin melakukan itu?" tanyaku menatapnya.
"Namanya rumah tangga pasti ada pasang surutnya, 'kan? Dan aku sudah tidak bisa menghadapinya, aku lelah ... kelihatannya memang baik, tapi kalian tidak tahu yang sebenarnya. Huh ... hampir setiap hari kami bertengkar, ada-ada saja hal yang diributkan. Aku kira, dengan hadirnya Atha di kehidupan kami bisa membuatnya berubah, ternyata tidak ... aku tidak bisa menceritakan sepenuhnya apa yang terjadi. Cerai, mungkin jalan terakhir yang harus aku pilih."
Aku langsung menghampiri Emma lalu memeluknya, begitu juga dengan ketiga sahabatku. Aku sungguh tidak menyangka dengan apa yang terjadi pada Emma.
"Sabar ya, Em ... kami akan selalu mendukung apapun pilihan kamu."
"Lo harus kuat menjalani ini semua," ucap Helen.
"Ujian diberikan untuk membuat kamu lebih kuat. Allah percaya bahwa kamu memang orang yang mampu melewati ujian ini," ucap Nisa menasihatinya.
"Kalau memang sudah tidak sanggup lagi, lepaskan lah, jangan siksa diri kamu untuk bertahan. Kamu tidak sendirian, ada kami yang akan selalu menemani kamu," ucapku.
"Iya, Em ... ada kami. Pokonya kamu harus kuat, sabar! jika pada akhirnya kalian akan berpisah itu artinya jodoh mu dengannya cukup sampai di sini."
"Makasih ya, kalian selalu ada untukku dan terima kasih, sampai sekarang kalian masih menjadi sahabatku."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Journey (End✓)
RomansaRomantis+Comedy Cinta, keluarga, sahabat . . Setelah ditinggal nikah oleh mantan tunangan ku, aku kembali terluka karena kehilangan, kehilangan kali ini sangat-sangat membuatku sedih, ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh sosok pria yang sudah...