Kado Terindah

1.7K 185 31
                                    

Double up, khusus my birthday 😅😅
.
.
.
.

Sepulang dari kafe, aku membantu Mbak Rika memasak untuk makan siang nanti. Mas Elang ingin makan siang di rumah, mumpung aku ada di rumah. Biasanya Senin sampai Sabtu aku kerja, begitu juga dia, makanya tidak bisa makan siang bersama di rumah kecuali hari libur.

Aku menata lauk pauk yang sudah masak di atas meja. Aroma masakan menyeruak masuk ke hidung, entah kenapa aku sangat menginginkan cumi dan siang ini keinginanku sudah tercapai.

"Tuh, kayanya si Mas sudah pulang, Dek," ucap Mbak Rika.

Aku melangkah keluar dari dapur, melihat apakah Mas Elang sudah pulang.

"Kamu mau makan sekarang? kami baru saja selesai masak," ucapku saat menghampiri Mas Elang.

"Gak ah, aku mau ke kamar dulu, maunya makan kamu dulu." Aku langsung memukul pelan pundak Mas Elang

"Malas ngomong sama kamu. Ayo makan!"

Mas Elang menatapku dengan tatapan tajam. Aku mengernyit heran melihatnya. Namun, tiba-tiba dia mendekatinya dengan tatapan mata yang masih sama. Refleks, aku mundur untuk menghindar dari Mas Elang.

Bruk

Aku sudah terpojok, jadi kini posisiku sudah telentang di sofa dengan Mas Elang yang entah sejak kapan sudah berada di atas tubuhku.

"Ka-kamu mau apa?" tanyaku gugup.

"Mau menghukum kamu karena keluar rumah."

Napas Mas Elang terasa menyapu wajahku, tangannya menahan pundakku.

"Eh ... eh..." Kami langsung menoleh. "Mbak gak liat, kalian lanjut aja." Mbak Rika langsung kembali ke dapur.

Aku mendorong tubuh Mas Elang dan berhasil lolos darinya. "Cepat makan," ucapku melangkah menuju dapur.

Sampai di dapur, aku mengambilkan nasi untuk Mas Elang. Aku melirik Mbak Rika yang entah sedang apa, aku jadi merasa malu karena kejadian tadi. Ini gara-gara Mas Elang yang tidak kenal tempat, untung belum di apa-apain. Tapi tetap saja, Mbak Rika melihat posisi kami yang sangat intim.

Mas Elang menarik kursi, kemudian dia duduk.

Aku meletakkan piring yang sudah berisi nasi. "Nih, Mas." Setelah mengambilkan nasi untuk Mas Elang, aku mengambil untuk diriku sendiri.

"Sambalnya, Mas," ucap Mbak Rika menaruh sambal di atas meja.

Aku mencomot cumi goreng namun, baru mengunyahnya aku merasakan perutku bergejolak. Aku menutup mulutku lalu berlari menuju kamar mandi.

"Huek .... ugh ... huek..." Tanganku mencengkram pinggiran wastafel, memuntahkan isi perutku.

"Sayang, kenapa?" Mas Elang memijat leher belakangku.

Setelah dirasa tidak ingin muntah lagi, aku membasuh mulutku.

"Gak tau, tiba-tiba mual gini. Perutku juga sakit. Padahal tadi baik-baik saja," ucapku.

Mas Elang memegang kedua bahuku, membantuku yang kini merasa lemes.

"Kenapa, Dek?"

"Penyakit tadi pagi kambuh lagi, Mbak."

"Makan dulu, supaya perut gak kosong," ucap Mbak Rika.

Aku duduk di samping Mas Elang, sebenarnya aku sudah tidak bernafsu lagi. Yang tadinya cumi terlihat sangat menggiurkan, berubah menjadi tidak selera.

"Ayo makan," ucap Mas Elang.

"Sudah gak nafsu makan lagi, Mas."

"Sedikit saja, setelah itu istirahat. Aku suapin." Aku langsung mengangguk sambil tersenyum.

My Love Journey (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang