Malu!

1.7K 178 21
                                    

Pagi kembali menyapa, syukurnya keadaan Mas Elang sudah membaik. Malam tadi aku benar-benar tidak bisa tidur nyenyak karena harus menjaga Mas Elang dan memastikan kompresan tetap basah. Bagaimanapun juga, aku sebagai seorang istri, sudah tugasku merawat Mas Elang, setidaknya ada hal kecil yang bisa aku lakukan untuknya.

"Mas kerja?"

"Iya."

"Yakin?" tanyaku menatapnya.

"Saya sudah sembuh."

Aku tersenyum. "Syukurlah."

"Berangkat bareng saya," ucapnya lalu pergi meninggalkanku.

Aku terdiam di tempat, mencerna ucapan Mas Elang. Dia mengajakku pergi ke kantor bareng? Jujur, ini pertama kalinya dia mengajakku, karena selama ini kami pergi menggunakan mobil masing-masing.

Aku langsung mengambil tasku, aku tidak berhenti tersenyum, entah kenapa ajakannya membuatku merasa bahagia, bukankah itu hal kecil? Semudah itu membuatku bahagia.

Sampai di meja makan, aku langsung duduk di kursi. Mas Elang sudah terlebih dahulu menyantap nasi goreng yang sangat sedikit, mungkin nafsu masih bermasalah dikarenakan baru saja sembuh.

"Senyum-senyum sendiri, kenapa Dek? Bahagia nih?" tanya Mbak Rika sambil menuangkan air kedalam cangkir.

"Gak kok, cuma mau senyum aja hehe..."

Mbak Rika hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

Aku bergegas menghabiskan sarapanku, aku tidak ingin membuat Mas Elang menungguku, karena sarapannya sudah habis.

"Saya tunggu di mobil," ucapnya bangkit dari duduknya.

"Oke!"

"Bareng, Dek?" tanya Mbak Rika mendekatiku.

"Iya hihi ... makanya lagi senang."

"Ya ampun! Mbak ikut senang mendengarnya. Semoga kedepannya bareng si Mas lagi ya."

"Ahaha, Aamiin!"

"Makannya pelan-pelan dong, kalau si Mas ninggalin keterlaluan itu namanya."

"Gak enak ditunggu. Ya udah, aku pergi dulu ya, Mbak."

"Iya."

Aku bergegas menyusul Mas Elang yang sudah di dalam mobil. Entah, kena angin apa dia mengajakku pergi ke kantor bareng.

Saat aku sudah di dalam mobil, Mas Elang langsung menginjak pedal gas meninggalkan garasi.

Suasana hening, aku lebih memilih menatap keluar jendela. Bagaimana rasanya? Deg-degan, rasanya mau berlama-lama saja di perjalanan, asal bersama Mas Elang. Ada apa dengan perasaanku ini? Aku tidak tahu! Aku belum menemukan jawaban atas apa yang aku rasakan saat ini. Tapi ku rasa, benih cinta itu sudah muncul, tapi hatiku masih milik Mas Aksa, sampai sekarang aku masih mencintainya dan selalu memikirkannya. Tidak salah kan jika sampai sekarang aku masih mencinta Mas Aksa? Sampai detik ini aku masih sangat-sangat mencintainya, sosok pria yang sudah tidak ada lagi di dunia ini. Semua butuh proses termasuk menghapus perasaan ini.

"Kamu tidak mau turun?" Suara itu langsung membuyarkan lamunanku.

"Eh." Aku bingung sendiri, tiba-tiba sudah sampai. Rasanya baru tadi aku masuk.

Aku keluar dari mobil Mas Elang, dia sudah terlebih dahulu keluar.

Saat kami memasuki kantor, semua mata tertuju pada kami. Mungkin mereka heran, dua bulan sudah menikah, tapi baru sekarang berangkat bareng.

Sampai di lantai atas, kami berpisah, Mas Elang ke ruangannya, aku ke tempatku.

"Pagi Salsa!"

"Pagi! Oh iya, tuh bunga cokelat," ucap Salsa.

My Love Journey (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang