Kebahagiaanku semakin lengkap dengan hadirnya mereka di kehidupan kami. Ya, tadi malam aku melahirkan bayi kembar laki-laki. Mereka berdua sehat dan baik-baik saja, begitu juga denganku. Sekarang, bertambah tugas dan kewajibanku, bukan hanya sebagai seorang istri melainkan seorang ibu untuk anak-anakku.
Alhamdulillah, hanya itu yang mampu aku ucapkan. Rasanya sangat membahagiakan, Allah memberikanku kepercayaan menjadi seorang ibu dan aku pun sudah sangat siap, dengan apa yang nantinya akan aku hadapi dan jalani.
"Sayang ... sayang."
"Kenapa, Mas?"
"Mikirin apa? ini Rey nangis," ucapnya yang sedang menggendong Rey.
"Eh hehe ... sini-sini, aku kasih ASI." Aku mengambil alih Rey yang menangis, sedangkan adiknya, tertidur pulas.
Aku membuka kancing bajuku, lalu mulai memberikannya ASI. Melihat wajahnya yang menggemaskan, membuatku tak bisa berhenti tersenyum. Aku sangat-sangat bahagia dengan hadirnya mereka.
"Kamu ngeliatin apa sih?" tanyaku terkekeh. Entah dia sedang menatap Rey atau yang lain.
"Hehe, baby kayanya haus banget ya? enak banget miminya ya?" ucapnya sambil menoel-noel pipi Rey.
"Kek kamu gak pernah aja. Ngedip Mas! Ngeliatnya gitu banget."
"Aku senang banget. Gak nyangka kita sudah jadi orang tua, gak nyangka Allah kasih kita dua anak langsung, mana ganteng lagi kek ayahnya."
"Ini mirip kamu banget ya, Mas?"
"Iyalah, ayahnya ganteng gini. Ya jelas anaknya juga ganteng." Si ayah malah menyombongkan diri.
"Assalamualaikum..."
"Wa'alaikumussalam."
Aku tersenyum saat melihat Mama, Aira dan kedua Kakakku masuk.
"Dek, kok dua?" tanya Kak Nesya.
"Kembar, Kak!"
"Maa syaa Allah, kenapa gak bilang! Ish ... ya Allah ... gemes banget ini." Kak Nesya menghampiri Ray yang sedang tidur.
"Maaf baru ke sini, padahal mama pengen banget malam tadi ke sini, tapi Aira masih demam."
"Gapapa, Ma. Mama sama Papa juga belum datang."
"Dua-duanya cowok, Dek?" tanya Kak Fio.
"Iya, Kak."
"Nama dedek siapa, Kak?" tanya Aira.
"Kalau yang ini Rey El Nirwan kalau yang lagi tidur Ray El Nirwan," jawabku. "Aira gak sakit lagi?"
"Masih sakit dia, tapi ngotot mau ke liat dedek bayi."
"Boleh gendong, Dek? Tangan kakak gatal mau gendong dia," ucap Kak Nesya.
"Iya, Kak."
"Elang sudah sarapan?"
"Sudah kok, Ma. Baru beberapa menit lalu," jawab Mas Elang.
"Aduh ... duh ... lucunya keponakan aunty."
"Mirip Elang banget ini!" ucap Kak Fio.
"Iya, Kak. Aku gak kebagian, cuma mengandung mereka saja," ucapku pura-pura sedih. Memang, keduanya mirip Mas Elang banget, mereka mewarisi ketampanan Mas Elang.
"Alolo ... kasian ... yang sabar ya, Dek."
"Mama mau gendong Rey dong."
"Nah Ma." Aku menyerahkan Rey pada mama.
"Abang yang mana?"
"Rey, Ma."
"Aira mau nyium Dedek, Ma ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Journey (End✓)
RomantizmRomantis+Comedy Cinta, keluarga, sahabat . . Setelah ditinggal nikah oleh mantan tunangan ku, aku kembali terluka karena kehilangan, kehilangan kali ini sangat-sangat membuatku sedih, ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh sosok pria yang sudah...