Berubah?

1.6K 187 32
                                    

Ada yang berubah, bukan wajah, tapi sikap Mas Elang! semenjak malam waktu dia mabuk, sifat Mas Elang semakin dingin. Mas Elang mengabaikan ku, lebih parah dari dahulu. Mas Elang menyibukkan dirinya dengan kerjaan, bahkan dia sering pulang malam. Mungkin ini akibat patah hati, efek dari Mbak Arina sangat berpengaruh, Mas Elang terlihat sangat sedih dan tidak mempunyai semangat untuk hidup.

Hari ini Mbak Arina mengajakku untuk ketemuan, mungkin dia ingin menceritakan tentang hubungannya dengan Mas Elang. Mas Elang tidak tahu bahwa aku tahu apa yang terjadi diantara mereka berdua, aku tidak pernah bertanya sebab dia gila kerja, cukup tahu.

"Mbak El."

"Astaga!" Aku mengusap wajahku.

"Mbak gapapa? dari tadi saya perhatiin diam aja."

Aku tersenyum. "Saya gapapa, Mel. Cuma lagi banyak pikiran."

"Mikirin apa, Dek?" Tiba-tiba Kak Nesya masuk ke dalam ruanganku.

"Kepo. Gak ada kok." Aku menghindari kontak mata dengan Kak Nesya, Kakakku yang satu itu bisa membaca pikiran lewat kontak mata.

"Bohong!" Tuh kan, dia tahu aku bohong.

"Kak, aku istirahat duluan ya? ada janji, mau ketemuan sama seseorang."

"Siapa? Cowok atau cewek?"

"Cewek kok, dah jangan mikir macam-macam," ucapku. "Mel, saya istirahat duluan ya. Maaf hari ini kita gak bisa makan bareng."

"Santai aja, Mbak. Gapapa.".

Aku mengambil tasku. "Bye Akak." Aku mencium pipi Kak Nesya lalu pergi.

"Dek, mau istirahat ya?" tanya Kak Fio.

"Iya."

"Mau ikut."

"No! gak boleh. El ada urusan penting jadi Kak Fio gak boleh ikut!"

"Sepenting apa sih? Kakak jadi penasaran."

"Sangat penting! bye." Aku mencium pipi Kak Fio.

"Mau ikut!"

"Awas ngikutin!" Aku mempercepat langkahku, takutnya Kak Fio nekat mengikutiku.

Aku memasuki mobilku, setelah itu menyalakan mesin lalu pergi meninggalkan parkiran kantor. Mobilku melaju menuju kafe tempat kami janjian, kafe yang sebenarnya tidak jauh dari kantor.

Hanya sepuluh menit, aku sampai di kafe. Aku keluar dari mobilku, lalu melangkah memasuki kafe.

Kulihat Mbak Arina duduk di pojok kanan, aku langsung menghampirinya.

"El." Wanita itu tersenyum manis menatapku, tapi aku merasa senyuman kali ini berbeda.

"Mbak, Mbak gapapa, kan?"

"Mbak gapapa, El. Duduk dulu, tuh Mbak sudah pesankan minum kesukaan kamu."

"Ya ampun, Mbak. Makasih!" Aku menyesap kopi yang ada di depanku.

"Haus banget kek nya."

Aku terkekeh. "Mbak kalau ngomong suka benar. Mbak, Mbak kenapa putus? Mas Elang terlihat sangat menyedihkan huh ... dia sibuk kerja, pulangnya sering malam," ucapku.

"Beneran, El?"

"Iya, Mbak. Saat Mbak mutusin dia, dia pulang dalam keadaan mabuk. Mbak kenapa putus, bukanya hubungan Mbak baik-baik saja? bahkan sebentar lagi kalian akan menikah. Kenapa Mbak melepaskan Mas Elang?"

Mbak Arina menghela napasnya. "Ini keputusan terbaik yang harus Mbak pilih. Mbak merasa bersalah karena hampir saja merebut Mas Elang dari istri sah nya!"

My Love Journey (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang