"Tuhan, mengikhlaskan adalah hal yang terberat bagiku, maka ringankanlah untukku."
~Azelia~
***
Hatiku berdebar-debar menjelang detik-detik ijab qabul di ucapkan. Keraguan kini aku rasakan, Pak Elang bukanlah pria yang sebenarnya aku harapkan dan cintai namun aku yakin rasa cinta itu akan hadir dengan sendirinya. Kadang aku juga selalu bertanya-tanya kedalam lubuk hatiku yang paling dalam "Sudah siapkah aku? sudah mampukah aku menjadi istri yang baik untuknya? benarkah dia jodohku?" Apalagi sebelumnya kami tidak saling mengenal selain tahu nama.
Harusnya hari ini hari bahagiaku dan Mas Aksa namun, diluar rencana, kami berencana Tuhan juga punya rencana. Siapa sangka, akhirnya yang menikah denganku ialah Pak Elang. Sekarang yang akan menjadi pasanganku adalah seorang lelaki dingin, dia bukan lelaki yang banyak bicara, bukan pula lelaki yang mencintaiku namun, aku yakin, seiring berjalannya waktu kami bisa saling mencintai. Sampai detik ini, aku masih tidak percaya dengan apa yang aku hadapi saat ini, ini seperti mimpi.
Dan Pak Elang? Aku tidak menyangka dia mau menerima permintaan terakhir Mas Aksa, hampir setiap hari aku menanyakan keseriusannya yang ingin menikahi ku.
"Pak Elang serius? Jangan ada kata terpaksa, Pak. Kalau Bapak tidak mau, Bapak bisa membatalkannya, selagi masih ada waktu sebelum hari itu."
"Tidak, saya serius dan yakin dengan keputusan saya."
Aku tidak tahu apa yang membuatnya mudah menerima ini semua, padahal kami tidak saling kenal, tidak saling cinta, mungkin dia juga memiliki pasangan, yang menjadi pertanyaan ku "Kenapa dia menerimanya?"
"Dek." Kak Nesya membuyarkan lamunanku. "Sebentar lagi kamu sah menjadi seorang istri," ucap Kak Nesya menatap wajahku dari pantulan cermin.
"Ya, memang ini yang aku inginkan sedari dulu namun, bukan Pak Elang pria yang aku harapkan menjadi suamiku. Entah, apa rencana Tuhan sehingga mempersatukan kami, apakah ini yang terbaik untukku, Kak?" Aku menatap Kak Nesya lewat cermin.
"Iya, mungkin ini yang terbaik. Pesan Kakak, meskipun Pak Elang bukan pria yang kamu cintai, kamu jangan mengabaikan tugas dan tanggung jawab kamu sebagai seorang istri, kamu harus bisa jadi istri yang baik untuk dia."
"Iya, Kak."
"Ayo ke bawah," ajak Kak Nesya.
Aku langsung berdiri, lalu dengan langkah pelan meninggalkan kamarku. Sebentar lagi acara akan dimulai.
"El! Ya ampun, kamu cantik banget!" ucap Helen saat ingin menaiki tangga namun, tidak jadi karena aku akan turun.
"Kalian telat!" ucapku kesal. Seharusnya mereka datang lebih cepat.
"Aduh ... duh ... maaf ya, ada insiden saat mau ke sini," ucap Nissa.
"Ban mobil Helen pakai acara bocor segala, terpaksa ganti ban dulu," jelas Emma.
"Betul tuh, seharunya kami sudah datang dua puluh menit yang lalu," ucap Helen.
"Maaf ya."
"Iya deh. Asal kalian sudah di sini dan kalian baik-baik saja," ucapku berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
"Ayo Adik-adikku, kalian duduk. Sebentar lagi acara dimulai," ucap Kak Nesya.
Akad nikah diadakan di rumah, sedangkan diluar khusus untuk menikmati hidangan dan menyambut para tamu undangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Journey (End✓)
Roman d'amourRomantis+Comedy Cinta, keluarga, sahabat . . Setelah ditinggal nikah oleh mantan tunangan ku, aku kembali terluka karena kehilangan, kehilangan kali ini sangat-sangat membuatku sedih, ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh sosok pria yang sudah...