"Jangan natap calon suami gue kayak gitu!"
Gubrak! Alvin dan Merra sepakat menggebrak meja. Qia terlonjak kaget. Bisa gak sih biasa aja?
"Qi, jangan ngasal dong. Gak mungkin mah kalau modelan begitu bakalan naksir sama elo"
Qia menatap sekilas tubuhnya, "emangnya modelan gue kayak gimana? Cantik begini, pengusaha, jago masak. Paket komplit fiks"
Merra bergidik ngeri, memang kalau soal kepercayaan diri tinggi, Qia jagonya.
"Udah deh, ini pasti karena Hadi nih."
"Ini gak ada urusannya sama dia ya" Qia mendengus sebal
"Ntar kalau ketemu gua bakalan nyuruh dia ngasih Lo keputusan"
"Merraaaaaa. Apaansih. Lagian Lo kok gak kerja ? Balik sono. Udah jam 8"
"Sekolah itu punya bapak gue!"
Dih, mimpi. "Serah deh, pokoknya yang tadi itu punya gue" cicitnya sambil berlalu menuju dapur.
Alvin dan Merra kompak mengangkat bahu.
Tuhan tolong! Jangan ambil kewarasan sahabat gue. Batin Merra pada akhirnya.
°°°
Siang ini, ketiga sahabatnya kompak makan siang di vintage cafe. Membuat keempatnya, duduk di sebuah meja bundar sambil cekikikan enggak jelas sejak tadi.
"Sumpah ya Dit, ini tuh sempurnaaaaaaaaa banget"
Dari tadi, mulut Merra yang neyorocos panjang lebar mendeskripsikan lelaki yang ia temui tadi pagi.
Qia menatap enggak suka. Bau-bau persaingan semakin nyata nih.
"Ya begitulah tipe gue kurang lebih. Gak boleh kurang sih, harus lebih" kata Qia santai sambil menyeruput Milkshake strawberry nya.
"Jadi nih yang naksir siapa sih? Kalian berdua?" Serra menatap bingung kedua sahabatnya, keduanya serentak mengangguk.
"Merra! Dia itu punya gue ya!" Peringat Qia.
Ya ampun, Ditta sampai merinding mendengar suara menggelar Qia yang nyolot begitu.
"Andai aja gue semalam belum ketemuan sama abangnya Alvin"
Astaghfirullah. Dasar Merra. Sekali cabe, tetap cabe.
"Dia juga enggak bakalan milih elo Merra!. Kayaknya dia tuh tipe cowok yang suka cewek kalem, kayak gue"
Hahahah. Ditta dan Serra ngakak. Halloooo? Candi Prambanan sama candi Borobudur bakal tetanggaan kalau Qia jadi cewek kalem!
"Emang seganteng apa sih? Gue jadi penasaran"
"Mending jangan penasaran deh. Ntar Lo bakalan minta putus lagi sama Fikri" kata Merra lagi.
Semuanya jadi ngakak, di sela tawa mereka, pintu vintage cafe berbunyi tanda seseorang masuk. Mata Merra lebih dulu melotot. Tidak berkedip.
"Lo kenapa sih Ra?" Ditta mencolek tangan Merra. Dari tadi kelakuan dua sahabatnya ini luar biasa aneh.
"Huwaaaaa. Gue meleleh"
"Apaansih!"
"Janji ya kalian gak bakalan jatuh cinta?"
"Kenapa emang?" Serra jadi greget sendiri.
"Itu dia pangeran tersempurna ituuuuuuuuu!" Merra menunjuk ke arah pintu masuk, ketiganya serentak menoleh.
Serra dan Ditta tidak bisa menutupi rasa terpukau, terkejut, syock dan kagum nya. Kenapa tuhan menciptakan lelaki sesempurna ini?
Tubuh tinggi, badan atletis, hidung mancung, tatapan elang, alis tebal juga kulit putih bersih.
Ketiganya lebih kaget lagi saat melihat Qia yang sudah berada di balik kasir, tepat di depan lelaki tampan itu, melambai ke arah mereka-tanda mengejek-.
"Kamu mau kerja atau peragaan busana?" Mulut pedas lelaki itu membuyarkan lamunannya, tangannya yang tadi melambai ke arah tiga sahabatnya turut turun.
"Eh. Kerja sambil peragaan busana!"
Astaga, mulut lawak Qia membuat 2 lelaki yang berada di sebelah lelaki masa depannya itu tersenyum manis. Tidak untuk cowok yang satu ini. Ia malah mendengus kesal.
"Maaf. Maaf. Mau pesan apa Pak?"
"Gak usah! Saya mau pesan sama anak itu aja!" Alvin yang merasa ditunjuk, segera berdiri di sebelah Qia.
Qia itu kalau enggak melarikan diri saat jam kerja padat, pasti ya begini, membuat onar.
"Maaf ya pak atas perlakuan bos saya..." Qia menatap garang ke arah Alvin, Alvin menatap Qia penuh arti. Tolong dong mbak Qi. Kerjasamanya. Batin Alvin.
"Mau pesan apa pak?"
"Tiga beef burger, Potato dan orange juice"
"Oke. Silahkan duduk"
Ketiga cowok dengan jas itu mengangguk lalu bersiap berbalik.
"Huhh. Untung ganteng. Kalau gak gue pindahkan Lo ke planet Pluto" ketajaman pendengaran ketiga lelaki yang sudah berbalik itu menarik senyum seulas pada ketiganya.
"Lo kenal sama perempuan itu Bim?" Zayn, langsung menyembur Bima dengan pertanyaan yang enggak masuk akal.
Mana mungkin ia mengenal wanita aneh tersebut.
"Gak!"
"Tapi lucu sih, perempuan seusia dia masih hoby ngelawak, imut lagi" kali ini, Randy turut mendeskripsikan perempuan tersebut.
Apaansih. Bima cuma bergidik ngeri. Kalau bukan karena Ansal yang ngajak ketemuan di sini, enggak bakalan dia mau balik lagi ke sini.
_____
Langkat, 7 September 2021
TFV
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
RomanceAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...