5

12.3K 748 4
                                    

"Fiks gue bakalan kawinnnn" teriak Qia saat tiba di rumah.

Menghempaskan tubuhnya di sofa, sambil menyeruput segelas es teh yang ada dekat meja tamu.

"Dih. Kesambet jin Lo ya?" Aufa menatap heran pada Qia. Tiap kali pulang, Qia bakalan teriak-teriak enggak jelas.

"Anak kecil tahu apa"

Apa? Aufa di bilang anak kecil? Belum tahu aja dia kalau Aufa sudah jadi playgirl di kampusnya. Huh.

"Bangke Lo Mbak. Udah deh pergi. Gue mau malam mingguan"

Omaigattttt, Qia melirik Aufa horor, pantesan aja nih anak yang tiap hari pake boxer cowok dandan feminim begini.

"Gue bilang Mami Lo ya kalau keluyuran"

"Bodoamat. Mami kan lagi ke Bandung"

"Papi!"

"Dih, malam ini Papi ada jadwal operasi pasien" yaampun, emang paling bisa nih bocah tengil.

"Gue lapor Ansal Lo ya!"

Aufa mengibaskan rambutnya dengan kalem, "Ansal lembur. Hehe. Nasib Lo deh jadi jomblo. Oke gue pamit ya"

O.maigat. Qia sudah siap ceramah, tapi Aufa sudah di jemput teman-temannya.

"Jangan pulang malam Lo" teriakan Qia membuat Aufa bergidik ngeri. Makan toa mungkin nih anak makanya suaranya gede begitu. Batin Aufa.

°°°

"Alvinnnnnnn, fiks gue mau kawinnnn" teriakan Qia membuat Alvin dan Merra menoleh cepat. Kenapa sih nih anak?

"Astaganaga. Siapa lelaki bodoh yang mau ngawini temen gue?" Merra menepuk jidatnya sendiri, Qia menatap sengit Merra.

Nih anak, tiap pagi selalu saja jadi pelanggan pertama. Kalau urusan vocher makan gratis yang dibuat Qia, emang Merra nih jagonya.

"Kok Lo di sini?"

"Biasa. Ngumpulin vocher makan gratis" kata Merra lagi, sambil nyengir-nyengir gak jelas.

"Miskin Lo" cerocos Qia lagi.

"Bodoamat. Emang Hadi udah fiks ngelamar?"

Hadi? Oh Big No! Boro-boro ngelamar, nyatain perasaan aja enggak. Udah deh, mood Qia mendadak ilang kalau ingat nama tuh anak.

"Yakali Hadi. Masih banyak cowok tampan, kaya dan pintar yang mau sama gue"

"Dih, najis"

"Ntar gue kenalin deh. Biar biji mata Lo percaya sama kata-kata gue!" Alvin yang mendengar perdebatan kedua sahabat itu cuma bisa menggeleng.

Ngomong-ngomong soal Qia, memang udah agak gesrek nih sejak kemarin sore. Gatau deh kenapa. Batin Alvin lagi.

Suara bel tanda pembeli masuk menghentikan perdebatan keduanya. Qia menoleh ke arah pintu. Oke baiklah. Ia harus menarik nafas panjang karena yang muncul adalah si laler hitam.

Merra yang melihat sahabatnya itu terpelongo, langsung menoleh ke arah pintu. Dan saat itu juga, ia membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Pangeran tampan dari mana nih yang pagi buta udah mampir di Vintage Cafe?

IM.PO.SI.BLE!

"Selamat pagi, selamat datang di Vintage Cafe, mau pesan apa?" Alvin tersenyum ramah pada lelaki tersebut, lelaki itu menatap sejenak.

"Hm, Two Almond Croissant and one hot black americano no sugar" omaigattttt.

Kebiasaan nih manusia memesan menu dengan satu tarikan nafas membuat Qia makin salah tingkah.

"Pesanan atas nama siapa?"

Lelaki itu menatap Qia sesaat, lalu berucap lagi pada Alvin, "tulis saja laler hitam" Qia tersenyum masam, sialan nih manusia.

Sementara Alvin, sekuat tenaga menahan tawanya yang nyaris pecah.

"Mbak, kenapa sih?" Cicit Alvin saat melihat Qia yang malah terpaku di balik bar.

"Gue ke kasir ya Vin" tanpa persetujuan Alvin, Qia lebih dulu menuju kasir. Ternyata, dari balik mesin kasir, Qia lebih leluasa mengamati wajah tampan lelaki di hadapannya ini.

"Mbak udah siap nih" cicit Alvin sambil menyerahkan dua kantung paper bag.

"Udah siap Pak" yaampun. Lelaki itu menatap tajam ke arah Qia. Apakah ia setua itu hingga di panggil bapak? Nih perempuan rese banget sih.

"Berapa?"

"Apanya Pak?" Tanya Qia bodoh.

"Total belanja saya"

"Oh, hm, sebentar ya pak" Qia mengotak-atik enggak jelas mesin kasir.

"Kayaknya rusak nih. Hitung manual aja bagaimana?"

Alvin melirik ke arah Qia. Jelas-jelas mesin kasir enggak rusak sama sekali!

"Terserah!" Jawabnya cetus. Oke, Qia mulai menghitung dengan waktu yang cukup lama, membuat Bima kesal sendiri.

"Anda sepertinya harus belajar berhitung lagi di SD" ha? Apa? Lagi-lagi nih lelaki membuat Qia sebal.

"Udah kok. Totalnya 80 Ribu" kata Qia pada akhirnya.

Ia mengeluarkan uang seratus.

"Nih kembaliannya Pak. Alhamdulillah biaya ke dokter THT saya cukup" umpat Qia pelan, tapi tetap saja Bima bisa mendengarnya.

"Oh ya, ini vocher pelanggan pertama cafe kami. 30 vocher, Free makan satu bulan. Selamat menikmati"

Bima mengambil vocher tersebut, membolak-balikkannya.

"Permisi. Buat kamu" Merra tampak kaget dan terpesona.

Tetapi ia menerima vocher tersebut dengan tampang paling bego. Dan lelaki itupun menghilang di balik mobilnya.

_____

Langkat, 7 September 2021

TFV

Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang