"Seriusan loh Pi. Tadi tuh sikap Qia beneran kayak menghindari anak kamu tuh" celetuk Karin lagi.
Membuat Bima jadi malas sendiri. Memangnya ada masalah apa? Biarkan saja perempuan itu bersikap seperti itu, gak ada urusannya dengan dia kan?
"Jadi Papi harus bagaimana?" Rendra menatap istrinya lagi, lalu menatap Bima penuh permusuhan. Gara-gara Bima, bisa-bisa ia juga kena imbasnya.
"Ajarin tuh anak kamu. Ngapain juga kamu bawa Risa ke rumah? Momennya gak pas banget tahu!" Seru Karin lagi. Enggak peduli melihat Alula yang menatap dirinya horor.
"Kok jadi Bima dan Risa sih Mi?"
"Ya karena kamu calon mantu Mami jadi uring-uringan!"
Apa? Bima menatap Maminya horor. Semoga kali ini telinga Bima sedang budek.
"Ya. Kenapa? Kamu gak salah denger kok" kata Karin lagi, seolah bisa membaca pikiran Bima. Bima meringis.
"Jangan ngaco deh Mi"
"Qia tuh udah cantik, baik, jago masak, jago ngurusin anak. Kamu seneng kan La?"
Alula mengangguk. Dasar Alula! Bima mendelik, tapi ia malah ikut-ikutan membela Oma nya.
"Mami Qia juga jago lenang Oma" tambah Lula lagi, membuat Karin gemes dan mengusap lembut kepalanya.
"Kayak enggak ada pembahasan lain aja" gumam Bima lagi, lalu memilih melanjutkan makannya. Omong-omong tumben banget masak rendang. Enak pula!
"Rendangnya enak banget ya Mi" kata Bima lagi, mencomot tiga potong daging lalu memindahkan ke piringnya, sekalian mengalihkan pembicaraan tentang perempuan itu.
"Enak?"
"Banget Mi"
Karin tersenyum bangga, "itu Qia yang masak!"
Rendra dan Lula terbahak bersamaan, sedangkan Bima memilih diam sambil malu-malu menikmati makanannya. Kasihan Bima.
Setelah acara makan malam yang memalukan bagi Bima, Maminya masih saja mengusik dirinya.
"Bim, pergi ke rumah Qia ya, tadi Mami lupa banget kasih ini. Biar bagaimanapun, dia juga ikut masak" kata Karin sambil memberikan rantang berisi rendang Padang juga Dendeng sapi.
"Kok aku sih Mi?"
"Kalau anak Mami ada dua udah Mami suruh" Bima menatap Maminya jutek, mengambil rantang di tangan Karin lalu ngeloyor pergi. Kalau enggak segera dituruti, bisa panjang ceramah Maminya ini.
Rendra beserta istrinya mengintip dari celah jendela kepergian anaknya itu, lalu cekikikan ketika menyadari bahwa Bima menurut juga meskipun harus dipaksa.
"Ide kamu mantap juga Mi" kata Rendra lagi, lalu merangkul pundak istrinya untuk duduk di sofa.
Karin masih tersenyum lebar, sudah bisa dibayangkannya bagaimana percakapan jutek khas Qia dan sikap angkuh Ciri anaknya itu.
"Mami lebih setuju sama Qia daripada Risa!" Celetuk Karin pada akhirnya, menatap sinis ke arah Rendra yang malah berpura-pura membaca koran. Cih! Pikirnya Karin tidak menyadari kalau tanpa kacamata ia tidak bisa membaca.
"Papi jangan coba-coba deketin Bima dengan Risa ya!"
"Hem" sahut Rendra lagi, males banget berdebat sama Mak lampir! Batinnya lagi
"Denger gak sih?" Kata Karin sewot. Pasalnya, Rendra menjadi salah satu pihak yang setuju kalau Risa menjadi sekretaris di kantor mereka. Hah! Sudah ditebak kalau Rendra sengaja melakukan itu demi Bima.
"Denger loh sayang" kata Rendra lagi, masih dengan mode pura-pura membaca koran.
"Atau jangan-jangan yang mau sama Risa itu Papi bukan Bima!?" Hah?! Rendra menatap horor sang istri.
"Astaghfirullah, Mami! Apaansih? Daripada berprasangka buruk terus, mending kita buat adik untuk Bima. Yuk!" Rendra mengerlingkan matanya jail, memegang tangan Karin yang siap memukulnya lagi.
"Dasar tua bangka gak ingat umur!" Kata Karin lagi, sambil ngeloyor pergi.
°°°
Langkat, 01 Januari 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
RomanceAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...