32

8.1K 588 4
                                    

"Kalau pegal Lula dipindahkan aja" Bima melirik sekilas perempuan di sebelahnya, sementara Alula sudah tertidur pulas sejak tadi.

"Nanti Lula terbangun, gak apa"

Bima mengangguk kecil, "Katanya kamu gak enak badan, sekarang udah sembuh memang nya?"

Eh? Qia menatap Bima sesaat. Suatu keajaiban kali ini Bima memulai percakapan dengan nya.

"Sudah mendingan" Hem, Qia tersenyum sendiri. Sebenarnya tadi pagi bukan gak enak badan, tapi gak enak hati. Huft!

"Maaf ya merepotkan kamu lagi, saya gak ada sama sekali dalam rencana ini. Mami pasti yang telpon kamu kan?"

"Hehe. Iya Pak. Gak masalah sih, lagian saya juga senang ke pantai apalagi pergi dengan Alula" dan bapak nya. Batin Qia histeris. Astaga. Kenapa sih batinnya sering kali celoteh enggak jelas begini kalau di dekat Bima?

"Saya bukan bapak kamu loh Qia!"

Lah? Memangnya mau di panggil apa sih bapak bapak ini?

"Ha? Gimana?" Qia melongo,

"Kamu panggil saya Mas ya"

Rasanya Qia ingin turun dan salto salto saat ini juga. Mulut nya udah gatal mau teriak siappp Masssss.
"Oke Pak," Bima melotot, "eh Mas" kata Qia lagi.

"Saya juga mau berterima kasih karena kamu sayang sama Alula. Jujur Alula memang butuh kasih sayang dari seorang perempuan selain Oma nya"

Mau ngelamar gak sih? Qia jadi greget sendiri.

"Alula itu memang menggemaskan, jadi saya senang dengannya" cicit Qia lagi. Bima mengangguk. Suasana mendadak kaku, kalau saja Lula tak segera bangun.

"Mi kita udah sampe?" Eh Qia mengusap punggung bocah di pangkuannya.

"Udah mau sampe kok la"

"Siapa suruh kamu mau ke pantai Anyer. Jadinya ke sorean kan la" ucap Bima lagi.

Yups! Alula yang ngotot enggak mau ke ancol akhirnya mengharuskan Bima menuju Anyer. Dua jam setengah di tambah macetnya kota Jakarta, membuat perjalanan terasa lambat.

Alula nyengir menatap Papi nya, "Lula sayang papi deh" katanya kalem. Huh dasar perahu. Bima jadi mengusap kepalanya lembut.

Hari ini, untuk pertama kalinya ia melihat Alula begitu bahagia. Tersenyum padanya, memohon dan mengucapkan rasa sayangnya.

Ini semua berkat Qia. Perempuan itu diam diam masuk kekeluarganya bagaikan malaikat tak bersayap. Mengubah hatinya yang beku, gila kerja dan kasar terhadap anaknya.
Seharusnya ia punya cukup keberanian untuk meminta Qia menjadi ibu dari anaknya, ya! Seharusnya begitu.

"Andai Mami benelan Mami Lula" kata Lula lagi, memecah sunyi sambil memeluk erat Qia.

"Kan sekarang udah Mami kamu La" ucap Qia lagi.

"Enggak dong. Kata Oma enggak, kecuali kalau Papi nikah sama Mami. Kita bisa tinggal selumah, sekamal, jalan baleng, bisa antal Lula sekolah juga"

hadeh. Bima dan Qia jadi terdiam. Bisa-bisa mulut manis Lula berceloteh begitu. Enggak tahu aja Lula perasaan Qia dan Bima sudah meledak ledak.

"Nanti ya Nak. Papi kan udah janji akan wujudkan semua keinginan Lula, termasuk yang ini"

Eh? Qia menatap Bima cepat, dan pelan Bima menarik tangan nya lembut. Menggenggamnya erat. Membuat jantung Qia berdetak cepat. Bima menghadiahkan nya satu senyuman, kecil namun membius.

"Holeee. Makasih Papi" teriak Lula heboh.

***

Langkat, 10 Mei 2022

Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang