29

8.1K 581 8
                                    

"Kalau memang kamu suka, enggak ada salahnya kamu coba deketin" wah, pernyataan serius dari sang Papi malah membuat Bima kikuk sendiri.

Memangnya dia suka dengan siapa? Sok tahu nih Papa!

"Suka sama siapa sih Pi? Apaan!"

"Itulah, calon mantu kesayangan Papi, Qia!" Waw! Special sekali nama perempuan itu di hati keluarganya, bukannya apa. Belakangan Bima jadi takut, takut kalau perasaannya ini benar. Astaga!

"Abg labil itu? Yang benar aja Pi."

"Memangnya kenapa? Dia bukan Abg lagi, sudah pantas menjadi ibu untuk Alula malah. Yang labil itu kamu"

begininih kalau ngobrol sama Papi, udah ngotot, nyolot lagi. Bima masih cuek bebek sambil menekuni lagi pekerjaannya.

"Kalau kamu gak berani, biar Papi sama Mami aja yang bantu lamarkan" Bima menatap horor sang Papi, bisa gawat kalau sekeluarga udah turun aksi nih.

"Gak Pi. Please, Bima masih ingin mencintai Airin" katanya pelan, lambat dan bergetar. Kadang, kenapa ia memilih lembur seharian, mengabaikan setiap orang, tempramen, itu karena satu orang.

Airin! Perempuan yang sangat ia cintai, yang Tuhan ambil terlalu cepat.

Renda menarik nafasnya berat. Ia sadari satu hal, Bima menjadi dingin tak tersentuh sejak Airin pergi. Perempuan lemah lembut yang penurut, simbol ibu rumah tangga yang baik di keluarga Alvarendra.

"Papi cuma bisa kasih saran, sudah seharusnya kamu bangkit. Kasihan Alula, ia butuh ibu. Kami enggak bisa selamanya menjaga Alula, dia butuh perempuan yang dua puluh empat jam bersama dia. Papi gak pernah nyuruh kamu buat berhenti mencintai Airin. Perempuan itu juga akan tetap menjadi menantu special di hati kami"

"Keluarga Airin bakalan kecewa sama Bima kalau akhirnya Bima memutuskan menikah lagi"

"Justru yang mendesak supaya kamu menikah lagi ya Papa Airin"

Bima terperanjat tidak percaya, "kamu masih gak percaya? Silahkan kamu tanya langsung. Mereka juga mau kamu bahagia, mendidik cucu mereka dengan perempuan baik-baik"

"Lain kali aku bakalan jenguk papa Andri," kata Bima pada akhirnya. Rendra mengangguk setuju lalu pamit pulang.

"Kenapa melamun?" Risa muncul di ambang pintu, ngeloyor masuk sambil menjinjing beberapa berkas dan laptop.

"Biasakan kalau masuk ketuk pintu dulu?"

"Dih, sensi banget sih. Aku cuma mau numpang duduk di sini"

Bima menatap Risa sinis. Tapi yang di tatap malah duduk santai di sofa ruangannya.

"Kamu punya ruangan sendiri Ris. Tolong keluar!"

"Kalau aku gak mau gimana? Kenapa sih Bim? Kayaknya susah banget ya ambil hati kamu. Kenapa? Aku kurang apa?" Ucap Risa nyolot.

Terpaksa, Bima harus pakai cara kedua pada perempuan yang sangat kebetulan ini menjadi sekertarisnya.
Bima berdiri menuju Risa, sepertinya Risa memang menyukai adegan seret menyeret kalau sudah begini.

"Pilih keluar atau aku seret Ris?"

"Gak!"

"Satu.."

"Dua.."

"Tiga!" Bima menarik kasar lengan Risa, tapi yang terjadi malah Risa yang menarik balik Bima. Adegan jatuhnya Bima ke pelukan Risa malah tak terelakkan lagi.

"Oow. Sorry. Gue datang di waktu yang tidak tepat" ucap Ansal yang tiba-tiba sudah muncul dan nyaris terperanjat melihat adegan kedua rekannya itu. Oh tidak, ralat. Adegan bos dan sekertarisnya.

Bima yang sadar akan posisinya saat ini buru-buru berdiri, ingin menjelaskan pada Ansal bahwa itu gak seperti yang ia lihat.

Tapi Ansal sudah lebih dulu pergi sambil meletakkan berkas di atas meja, "have fun bro" katanya lagi sebelum benar-benar pergi.

Sebuah perasaan sentimentil muncul di kepala Ansal. Padahal baru kemarin Bima seperti menginginkan adiknya. Ternyata, semua lelaki sama saja. Termasuk Bima! Untung Qia segera menarik diri. Batinnya lagi.

***

Langkat, 01 April 2022

Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang