21

8.4K 588 0
                                    

"Kebiasaan sih jalannya gak pake mata" Hadi terus mengusap kepala Qia yang berhasil kepentok tiang usai keluar dari mobil. Qia meringis.

"Memangnya ada ya mas jalan pake mata?" Cicitnya sambil manyun. Dasar Hadi. Perlakuannya membuat Qia salah tingkah.

"Itu cuma peribahasa, yang maknanya kalau jalan liat sekililing"
"Iya deh Pak dosen ampun" sahut Qia lagi, Hadi nyengir-nyengir sambil merangkul pundak Qia.

Tolong jelaskan! Kenapa mereka bisa seakrab itu pagi ini.

"Gausah mulai deh Mas!" Kata Qia sewot sekaligus melotot. Hadi malah nyengir dan memilih menggenggam tangannya untuk masuk ke Vintage Cafe.

"Wah, ngopi Bim?" Suara Hadi membuat Qia yang masih cemberut jadi bergidik panik. Qia menggelang kan kepalanya. Berharap Bima paham situasi pagi ini.

Bima mengangguk sinis, mengalihkan tatapannya sesegera mungkin menghadap Alvin.

"Croissant nya di bungkus saja" katanya pada Alvin, yang dibalas anggukan.

"Bim, gimana kabar Risa?" Hadi memilih duduk di bangku samping Bima. Karena Qia sudah bisa lolos, buru-buru ia melarikan diri ke meja kasir. Mencuri pandang sekaligus menguping diam-diam pembicaraan kedua lelaki itu.

"Baik. Risa masih kerja di kantor saya" katanya lagi, kali ini suaranya sedikit pelan namun tetap saja dingin.

"Lo masih jalan dengan Risa? Sorry gue lancang nanya. Di grub alumni soalnya rame banget bahasin kalian" kata Hadi sambil nyengir kuda. Gak tahu aja kalau wajah Bima jadi terlihat galak dan siap menerkam.

Btw, siapa lagi sih Risa itu? Sepertinya Qia memang harus mengintrogasi Lula soal Papinya. Qia jadi menatap jengkel ke arah Bima. Melepas apron yang baru di pasang nya lalu memilih pergi. Males mendengar jawaban Bima.

"Mbak mau kemana?" Cicit Alvin lagi, tapi pertanyaan itu sedikit mengusik pendengaran Bima dan Hadi.

"Mau siap-siap ke planet Mars" katanya sambil berlalu, tidak lupa dengan tampang yang ditekuk. Ketat banget kayak sempak baru.

"Gak bener itu. Saya mana punya hubungan dengan Risa" kata Bima lagi, membuat Hadi menepuk pundaknya pelan, "wah.anak-anak nih emang suka banget ya buat gosip"

"Dan kamu malah hampir percaya!" Kata Bima lagi, berdiri lalu memberi uang seratus ribu pada Alvin.

"Btw, saya berangkat dulu ya Di." katanya lagi, membuat Hadi mengangguk pelan, mengamati langkah Bima yang melangkah pergi.

Hadi bukannya gak bisa menebak, kalau diam-diam Bima membuat pendekatan pada Qia. Bukan tidak mungkin suatu hari nanti Bima merebut Qia dari dirinya? Bima mendengus kesal.

"Mas Hadi, jangan kalah cepat. Potongan seperti Pak Bima itu memang incaran Mbak Qia" kata Alvin lagi tepat ditelinganya. Membuatnya bergidik ngeri dan horor.

Sejak kapan Alvin sudah berpindah jadi di sebelahnya? Huh!

Sementara di dalam ruangannya, Qia malah sibuk dengan ponselnya. Sudah satu jam ia melacak semua akun di Instagram atas nama Risa. Dan bodohnya, ia malah menebak-nebak yang mana kira-kira orangnya.

Lagian, kenapa juga Bima enggak menggunakan Instagram sih?

Seandainya Bima punya, itu akan mempermudah ia melacak Risa, Atau jangan-jangan akunnya pakai nama alay lagi. Huh! Qia capek sendiri dengan pikirannya.

"Apa gue telpon aja tante Karin ya? Gatel banget mulut gue pengen nanya ya Allah" katanya berdialog sendiri. Mondar-mandir enggak jelas di dalam ruangan.

Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Begitulah peribahasa yang menggambarkan keadaan Qia, karena tiba-tiba ponselnya berdering dan panggilan itu dari Tante Karin.

"Calon mertua gue!" Kata Qia nyaris terlonjak, segera mendiall panggilan.

***

Langkat, 23 Desember 2021

Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang