"Gimana? Udah cocok belum?" Suara pelan Qia membuat ketiga sahabatnya menoleh.
Jarak meja mereka tidak terlalu jauh dari duduknya ketiga lelaki ganteng yang makan siang di vintage cafe ini.
"Cocok banget. Jadi pembantu nya mau?" Umpat Serra lagi, Merra tertawa ceria sambil menggebrak meja. Membuat banyak pengunjung menoleh ke arah mereka.
Bisa gak sih gak kayak penghuni kebun binatang Ra? Ketiga sahabatnya menatap Merra kesal.
"Sorry!" Kata Merra yang sadar kalau gebrakannya membuat kehebohan.
Di sela tertawanya, Qia malah menerima panggilan masuk dari Mami nya.
'Hallo Mami tersayang'
'Qi, kamu pulang sebentar bisa?'
'ngapain Mi? Aku di cafe'
'Lula gak ada yang jagain Qi. Mami mau pergi sebentar aja. Aufa udah berangkat kuliah'
Dikasih hati malah ngelunjak nih Mami.
'kok aku sih Mi?'
'kamu tega Mami bawa Lula ke pasar? Panas banget ini loh cuacanya. Ntar Mami yang jemput di cafe deh'
'alesan. Okedeh. 20 menit aku sampai'
'jangan ngebut!'
'oke. 2 jam'
'Qia! Bercanda Mulu kamu ih. Mami tunggu' panggilan terputus.
Qia terpaksa meninggalkan cerita hot enggak jelas dari ketiga sahabatnya,
"gue balik dulu ya. Mau jemput anak gue!"
Nah kan, penyakit Qia kambuh lagi.
"Kalian, jangan lupa bayar. Kalau perlu double.ckck. bye!" Qia melambai ke arah sahabatnya, berjalan menuju pantry dekat kasir.
"Vin aku pergi dulu. Jaga uang kita ya. Muach" Qia mengecup pelan mesin kasirnya, kebiasaan unik Qia dengan benda-benda kesayangannya.
Alvin tersenyum melihat aksi bos nya lalu mengangguk setuju.
Tanpa Qia sadari, dari tadi lelaki bernama Bima itu sudah tidak fokus lagi.
Saat Qia mencium mesin kasir lalu keluar dari cafe, membuat senyum Bima muncul malu-malu. Kenapa sih ada perempuan dengan kepribadian se aneh itu? Huhhhh.
°°°
Qia menggendong tubuh tambun Lula dan segera memasuki cafe. Cuaca panas Jakarta benar-benar membuatnya gerah.
"Anak yang kemarin ya Mbak?" Alvin mengejutkan Qia yang baru nongol di balik pintu.
"Eh, iya nih. Alula namanya. Cocok ya Vin jadi anak gue?"
"Hm, emangnya mbak bisa jaga anak kalau udah nikah?"
"Lah, jadi yang kamu liat ini apa namanya? Jaga kambing?"
Alvin terkekeh, "ya bukan gitu sih mbak. Aku nanya serius loh ini"
"Aku dua rius malah"
Akhhh. Tahu ah, Alvin menatap dongkol ke arah Qia, "Lula, mau Milkshake?" Alvin mencomot pipi gembul Lula yang masih dalam gendongannya.
Lula menatap Qia sejenak, seakan minta persetujuan, "boleh kok La"
"Holeee. Mau Om" kata Lula pada Alvin.
Qia yang masih berdiri di luar bar pantry melirik sekeliling nya, ketiga sahabatnya sudah tidak ada di sana. Tapi ketiga lelaki yang tadi datang, bersama lelaki keren masih duduk di sana, masing-masing membawa laptopnya.
Saat itu juga, secara tidak sengaja mata mereka bertemu. Oh No! Qia bukannya berpaling, malah terang-terangan menatap. Lelaki di sana kenapa terlihat sangat terkejut?
"La, ini" Alvin menyodorkan milkshake strawberry dengan cup yang di sambut Lula.
"La, duduk di sana yuk" Lula mengangguk. Sengaja Qia mengajak Lula duduk tak jauh dari meja ketiga cowok tersebut. Selain emang ingin duduk, tentu saja ingin tebar pesona. Whahah.
"Papiiiiiiii" Qia melirik Lula. Kenapa nih? Kenapa pula Lula malah menatap ke arah meja lelaki itu.
"Lula! Kamu? Kok?"
Tunggu sebentar. Papiiiiiiii? Telinga Qia belum budek kan? Atau beneran budek nih? Papiiii??? Omaigattttt.
"Kenapa anak saya ada di kamu?"
"Ha?"
"Saya tanya anak saya kenapa ada di kamu? Sini La sama Papi" Bima berdiri dan hendak mengambil Lula yang masih dalam gendongan Qia.
Zayn dan Randy menatap kedua manusia yang masih berdiri tersebut.
Qia mengibaskan tangan Bima, "enak aja! Jangan ngaku-ngaku ya!"
Bima memijit pangkal hidungnya, "kamu gak denger Lula manggil saya apa?"
Menolak lupa! Qia memang merasa seperti itu saat lelaki di depannya menyebut nama Lula, juga Lula memanggilnya Papi. Tapi dia juga harus hati-hati. Bisa aja ini modus penculikan.
"Saya belum ke THT. Jadi masih budek!" Jawaban cetus nan jenaka itu membuat Zayn dna Randy terkikik geli.
"Tapi itu anak saya!"
"Zaman sekarang modus penculikan dimana-mana ya. Bapak jangan ngarang!"
"Saya bukan bapak kamu!"
"Dihh, kamu pikir saya mau punya bapak kayak kamu?" Kalau jadi suami boleh juga. Batinnya lagi.
"Ayo La, kita main di atas aja" Lula bukannya membela malah mengangguk setuju,
"Dah Papi" malah melambai pula. Astaga. Bima menatap kepergian dua orang itu menuju lantai atas.
"Zayn, itu anak saya!" Katanya lagi. Jangan-jangan perempuan itu yang penculik?
_____
Langkat, 7 September 2021
TFV
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
RomanceAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...