Terhitung sudah dua minggu bapak beserta anaknya itu tidak datang ke cafe Qia, jelas saja hal itu semakin membuat Qia yakin kalau Bima pasti mengira dia punya hubungan yang iya-iya sama Hadi.
Qia masih duduk di depan meja kasir sambil menopang dagunya. Pagi ini ia masih kepikiran lagi tentang Bima dan Alula.
Tapi saat ia melirik ke arah pintu masuk, Alula berada di sana. Tersenyum manis dalam gendongan seorang wanita paruh baya yang menawan dan bersahaja.
"Tante...."
"Alulaaa. Wahh Tante kangen" secepat itu Qia mencium kedua pipi Alula. Mau bagaimana lagi? Rindu dengan bocah tiga tahun itu sudah menggebu.
"Eh, tante. Maaf ya" kata Qia lagi, menyadari wanita yang menggendong Alula itu mengamatinya dari atas sampai bawah.
"Cantik. Pantesan tiap malam Alula selalu membicarakan kamu"
Qia spechles sesaat. Bagaimana? Bisa di ulang?
"Saya Oma Alula. Makasih ya sudah sering menemani nya bermain"
Oke. Qia menyadari satu hal, ini pasti ibu Bima. Calon mertua Qia. Haha
"Wahh, maaf Tante saya gak tahu sebelumnya. Mari duduk." Qia mempersilahkan keduanya duduk."Nama saya Qia tante." Katanya sambil mengulurkan tangannya pada Oma Alula, yang langsung di sambut hangat.
"Saya Karin. Panggil aja tante Karin" oke, tidak begitu buruk pada perjumpaan pertama. Ibu Bima terbilang ramah, cukup kontras dengan anaknya yang satu itu.
"Tante mau minum apa? Biar saya buatkan"
"Lula katanya mau pesan Milkshake strawberry sama donuts. Kalau saya teh susu hangat ya Qia"
"Baik Tante, tunggu sebentar ya" Qia mengangguk sedikit lalu ngeloyor pergi.
Setelah kepergian Qia, Karin menatap cucunya yang terlihat antusias. Ini terbilang tidak wajar, karena di keluarga Alvarendra, jarang sekali membiarkan orang asing ikut berbaur dengan cucunya, atau lebih tepatnya Alula sendiri yang enggan.
Tapi bersama Qia, Alula terlihat senang dan bersemangat. Hal itu juga yang membuat Karin dua Minggu ini menatap bingung saat Alula uring-uringan enggak jelas.
Puncaknya tadi pagi, di meja makan ia berceloteh bahwa kangen dengan Qia. Tapi respon Bima malah membentak. Karena kasihan sekaligus penasaran, Karin memutuskan pergi sendiri ke Vintage Cafe, sekaligus penasaran dengan seseorang yang sudah mengambil hati cucunya.
"La, ternyata Tante Qia cantik ya"
"Banget Oma. Baik dan jago masak juga"
Karin tersenyum manis, "mau gak punya Mami kayak tante Qia?"
Alula menatap Oma nya, "memang nya boleh Oma?"
"Boleh dong. Kalau perlu kamu panggil aja tante Qia dengan sebutan Mami" Alula memeluk Karin sesaat, "telimakasih Oma"
Ya ampun, Karin jadi terharu atas antusiasme cucunya. Tak lama berselang, perempuan yang sedang di bicarakan datang dengan membawa pesanan mereka juga beberapa potong cup cake.
"Silahkan dinikmati Tante, Lula juga"
"Telimakasih Mami"
Eh? Kenapa telinga Qia budek di waktu yang tidak tepat sih? Ini gak salah dengar atau bagaimana?
Belum sempat ia mencerna panggilan terbaru Lula, tangannya sudah di genggam oleh Karin, "kamu gak masalah kan Alula panggil Mami? Selama ini ia ingin sekali menyebutkan kata itu, tapi tidak tahu kepada siapa. Gak mungkin kepada saya"Oh Yes! Kenapa keluarga Alvarendra suka sekali membuat jantungnya berdetak kencang.
"Boleh kok tante" sumpah, suara Qia bener-bener kalem dan salah tingkah, belum lagi aksi Alula yang memeluknya erat, "akhilnya aku punya Mami. Telimakasih Mami"
Lemah kamu Qi. Masih dapat serangan begini aja kedua pipinya sudah bersemu merah..hufff. tarik nafas keluarkan perlahan.
"Oh ya, saya buat ini tadi tante, cup cake durian. Rencananya untuk menu baru di Vintage Cafe. Cocok banget untuk teman teh" Qia berusaha enggak canggung sambil menyodorkan potongan cup cake yang ia buat tadi pagi.
Karin mencomot nya.
Tolong! Kenapa Rasanya lebih mendebarkan dari ikut ajang masak masak di Master cheaf?
"Wahhh. Enak banget ini. Kamu emang jago masak ya Qi"
Qia tersipu lagi, sudah bisa dipastikan, pasti wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Dasar Qia norak!
"Alhamdulillah kalau rasanya enak tan"
Begitulah. Pertemuan pertama Qia dengan Karin berakhir dengan obrolan dua jam full, diselingi resep ala ala Qia yang ingin diketahui Karin, juga sesekali kekesalan seorang Karin kepada Bima yang workholic banget sampai lupa waktu dan anak.
"Saya pamit dulu ya Qia, lain kesempatan kamu harus ke rumah ya. Ajarin Tante masak"
Entah harus senang atau bergembira. Rasanya sama saja. Ia jadi punya kesempatan emas untuk mengejar Bima. Yuhuuu.
"Pasti Tante. Oh ya, ini dari Qia. Semoga orang di rumah pada suka ya" Qia menyodorkan paper bag berisi 10 potong cup cake durian gratis. Karin menolak tapi Qia lebih memaksa.
"Kalau begitu saya pamit"
"Dadah Mamiiiiii" teriakan Alula menghilang bersama deru mobil yang menjemput Karin tadi.
Hah. Qia masuk ke dalam Cafe lagi. Menggebrak meja dan membuat Alvin kaget."Vin, sumpah kali ini kita harus buat tumpeng. Kita harus syukuran Vin" jerit Qia membahana dari dalam cafe. Untung belum ada pelanggan siang ini.
°°°
Langkat, 17 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
Roman d'amourAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...