16

9K 605 0
                                    

'Pokoknya kamu yang harus jemput Qia, titik.' sambungan yang diputus sepihak menjadi pernyataan final dari sang Mami siang ini.

Lagian kenapa sih dengan penghuni di rumahnya? Anaknya, Mami nya bahkan kemarin Papi nya juga ikut ikutan membahas Qia dan Cup cake durian buatannya. Sumpah enggak penting.

Tapi tetap saja, mau gak mau Bima menyambar kunci mobil dan keluar dari ruangan. Tujuannya saat ini satu, Ke Vintage Cafe dan membawa gadis pujaan keluarganya itu.

Saat memasuki Vintage Cafe, matanya langsung tertuju pada meja berisi empat perempuan yang sedang tertawa enggak jelas di sana.

Kenapa sih? Tiap kali bertemu, keempat makhluk spesies perempuan rumpi itu selalu bersama. Kayak enggak punya pekerjaan saja. Bima mendengus kasar, malas rasanya bertemu dengan Qia lagi.

"Permisi Pak mau pesan apa?"
Lamunan Bima buyar saat Alvin berdiri tepat di sampingnya.

"Saya mau jemput pemilik cafe ini. Tolong panggilkan" gaya memerintah Bima membuat Alvin bergidik ngeri.

Mau apalagi nih manusia pakai acara jemput jemput segala?

"Saya bicara sama kamu!"

Eh? Apaan sih. Dia yang butuh malah nyuruh-nyuruh, tapi karena tatapan horor Bima, akhirnya Alvin mengalah dan ngeloyor pergi.

"Mbak di cariin sama calon suami galaknya tuh" ke empat perempuan itu terdiam, menoleh pada sumber suara.

"Eh? Bener kamu? Gak mungkin ah" dih, dikasih tahu malah ngeyel.

"Kalau gak percaya liat aja tuh, di depan kasir. Mukanya udah horor sejak tadi" kompak, keempatnya menoleh. Yang lebih kaget dan tak siap tetap saja Qia.

"Mau ngapain?".

"Mana saya tahu. Buruan dong mbak" ihh kok jadi deg degan ya? Qia akhirnya pergi juga menuju tempat Bima berdiri.

Dan sangat terpesona, hari ini tepat tiga minggu ia tak melihat wajah tampan Bima, alhasil membuat nya senyum-senyum enggak jelas.

"Ngapain kamu senyum-senyum?" Ucapan sinis Bima membuyarkan segalanya.

"Ngapain bapak ke sini?"

Bima mendengus kasar, "saya bukan bapak kamu!" Qia jadi gemes sendiri, bukan itu yang ingin ia dengarnya. Jadi, tolong jangan main-main, karena Qia bisa lebih bisa main-main.

"Jadi memangnya saya boleh panggil Mas?" Secepat kilat Bima menatap horor ke arah Qia.

"Kamu jangan main main ya setelah apa yang kamu buat"

"Hah? Memangnya saya buat apa?"

"Mami saya sampai hipertensi karena makan cup cake durian buatan kamu. Udah tahu orang tua itu gak boleh makan durian berlebihan!"

Jujur saja, Bima menjadi puas melihat ekspresi Qia yang seketika lesu itu.

"Yang bener Pak? Saya gak tahu tante Karin punya riwayat hipertensi, serius"

"Kalau begitu sekarang kamu harus tanggung jawab"

Wah, Qia jadi pucat pasi. Dia beneran enggak menyangka kalau cup cake durian itu bakal berdampak buruk bagi kesehatan tante Karin.

"Sa-ya harus bagaimana?" Puas. Cukup puas Bima menjaili Qia sekarang.

"Kamu sekarang ikut saya. Mami saya mau ketemu kamu!"

"Saya ganti baju dulu" katanya cepat sambil ngeloyor pergi, enggak peduli dengan tatapan jengah Bima kali ini.

10 menit. Ia selesai dengan dress selutut bernuansa hitam, rambut di gerai dan satu paper bag berisi Chease Cake. Untung saja ia tipekal dandan anti ribet, dan satu lagi, semoga saja kali ini makanan buatannya enggak buat sakit lagi.

"Ayo Pak saya sudah siap" Bima menoleh, menatap Qia sejenak.

"Kamu mau doain Mami saya meninggal ya? Pakai dress code hitam segala lagi" seketika Qia lemah.

Kenapa sih mulut lemes Bima enggak bisa diem? Suka banget nuduh sembarangan.

"Gak gitu ya! Saya cuma punya ini di toko" celetuk Qia dengan wajah yang sudah jutek. Siapa yang gak kesel di tuduh seperti itu?

"Ayo cepat. Saya sibuk!"

Qia mengikuti langkah Bima. Memangnya dia aja yang sibuk? Qia jauh lebih sibuk tahu. Dan kepergian keduanya dalam satu mobil yang sama, menjadi bahan gosipan ketiga sahabatnya, ditambah satu lagi. Alvin.

°°°

Langkat, 17 Oktober 2021

Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang