38

7.9K 551 9
                                    

     Ansal melirik ke arah Bima dan Qia bergantian. Mereka yang kebetulan lagi berada di tempat yang sama, meja BBQ, tapi sejak tadi tanpa suara. Sudah Ansal duga, pasti terjadi yang iya-iya dengan keduanya.

"Ekhem. Abang bantu ya dek"
Qia melirik Ansal jengah, mau ngapain nih Pitekantropus elektrus?

"Gausah, biar gue aja!" Seru nya galak

"Jutek banget sih mentang-mentang BBQ an bareng Bima. Hahah. Bim, adek gue jangan di jutekin Bim" Ansal menyenggol lengan Bima heboh, membuat Qia dan Bima secara gak sengaja saling melirik.

Qia yang lebih dulu memutus konta mata keduanya.

"Apaasih Lo bang!" Celetuk Qia sambil ngeloyor pergi. Paling males liat kelakuan Ansal yang absurd itu.

"Kalo perempuan lagi marah enaknya di kasih apa Sal?" Qia masih mendengar pertanyaan gak jelas dari Bima itu. Ya gimana gak dengar coba? Ngomonnya berasa pake toa.

"Tergantung Bim. Kadang coklat, bunga, atau Lo cium aja biar luluh" dih! Qia meremang. Otak abangnya emang gak pernah jauh-jauh dari mesum.

Bima mengernyit, masih dengan bodohnya menunggu kelanjutan bacotan Ansal "nah kalo perempuannya adek gue. Ini misal loh ya, misal! Lo kasih aja bunga bank. Hahahaha" tawa Ansal pecah, dan Bima malah ikut-ikutan nyengir kuda.

"Nanti akan gue coba!" Katanya sambil melirik ke arah Qia.

Perempuan itu langsung menunduk dan benar-benar pergi dari sana.

"Rese banget sih! Gak tahu diri, dasar duda tua mulut pedes kayak seblak level 5!" Gerutu Qia sambil berjalan menuju dapur.

"Ciee ada yang lagi di buat kesel nih!" Serra tiba-tiba muncul bersama geng gajelas nya itu.

"Apaansih!" Sunggut Qia sewot, memasang tampang juteknya pada Serra. 'Sorry ya Ra. Gue lagi mode badmood' batin Qia.

"Dihh muka Lo yang standar kalau masem, mirip kayak sayur asem njirrr" Merra cekikikan gak jelas.

"Kalau ada masalah tuh cerita, kali aja kami bisa nambahin masalahnya" Qia tambah melongo dengan saran Ditta.

Dasar tiga makhluk rese ini. Bikin Qia pengen nguras lautan aja bawaannya.

"Eh di sini ternyata. Ayok dong, acaranya udah mau mulai tuh" Hadi yang nyamperin keempat nya, membuat mereka mengangguk setuju.

"Ayo deh, daripada nungguin wajah Qia kembali manis gak akan bisa guys. Emang sejak kecil gitu" Merra ngeloyor pergi sambil cekikikan di susul Serra dan Ditta.

"Dihh, emang kenapa lagi sih Qia? Wajahnya kok kayak sayur gitu?"

"Ha?" Sayur? Apalagi sih nih anak?

"Sayur asem"

"Ihhh kamu mah. Sama aja kayak ketiga cabe busuk itu" cerocos Qia sewot. Hadi terbahak kali ini.

Perpaduan kelakuan polos dan bocil Qia selalu membuat nya tertawa memang.

"Oke oke, Mas minta maaf. Siniin deh tapi"

"Apa?"

"Sini Deket lagi"

"Tadi katanya mau mulai acaranya. Yang lain nungguin loh itu"

"Makanya buruan sini"

"Ihh apaasih?" Qia kaget karena akhirnya Hadi yang lebih dulu nyamperin dan memeluknya.

"Ntar mas mau nyari istri kaya kamu deh, lucu dan gemesin gitu"

"Ha?"

"Dari tadi ha ho mulu sih Qia?"

"Nyari istri kayak aku?"

"Iya, kenapa?"

"Kenapa gak aku aja sih Mas" bisik Qia pelan.

Memang ya, bener kata Mami nya dulu, cowok kalau gak suka sampai kapanpun tetap gak suka. Sialan! Sakit juga nih, batin Qia miris.

"Kamu ngomong apa barusan Qi?"

"Aku tadi kumur-kumur mas. Udah yuk!" Qia ngeloyor pergi. Sebelum patah hatinya makin menjadi-jadi.

***

Langkat, 23 Agustus 2022.


Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang