"Makasih ya Mas" Qia bernafas lega ketika pada akhirnya Hadi memutuskan untuk membawanya pulang dari kegiatan kampus Hadi sore tadi.
"Aku yang harusnya makasih. Kamu udah mau ku repotkan di kegiatan kampus." Kata Hadi lagi, mengusap pelan puncak kepala Qia.
"Kalau gitu aku masuk ya?"
"Kamu gak ngajak aku mampir?"
Demi Dewi Afrodit yang paling cantik di mitologi, Qia baru tahu tingkat muka tebal Hadi mengalahkan tembok Berlin!
"Hah?"
Hadi malah nyengir kuda, membuat Qia tersenyum malu-malu, bukan bermaksud enggak sopan dengan tidak mengajak Hadi mampir sih, cuma malam ini Qia benar-benar butuh istirahat cepat mengingat mental nya yang udah terganggu sejak kehadiran perempuan bernama Risa itu. Cih!
"Serius banget. Mas bercanda kok, masuk gih sana"
Oke, yang Qia butuhkan adalah cepat-cepat turun, melambai lalu masuk ke dalam rumah.
"Oke. Terimakasih Mas" kata Qia sebelum akhirnya memilih keluar. Hadi menurunkan kaca mobilnya untuk melambaikan tangannya pada Qia. Perempuan itu membalas sebelum akhirnya mobil Hadi menghilang dari sana.
"Hah! Capek bangettttttt" jerit Qia ketika bayangan mobil itu sudah menghilang.
"Cihhh, kelakuan ABG labil!" Sebuah suara membuat Qia berhenti melangkah. Menatap kaget pada Bima yang sudah muncul dengan kaos putih, celana pendek dan rantang di tangannya. Gak bisa di pungkiri, ketampanan Bima berkali-kali lipat meningkat.
"Jangan natap saya seperti itu!" Kata Bima cetus, pasalnya Qia masih terpelongo menatap kehadirannya. Huh! Begini kelakuan perempuan yang sudah membuat Maminya jatuh hati? Dilihat dari sudut manapun, perempuan ini enggak menarik sama sekali! Pecicilan, badan kurus, cerewet pula!
Alam bawah sadar Qia menyadarkan Qia secepat mungkin, ngapain nih manusia nongol malam-malam di rumahnya? Mau numpang tidur? Maaf-maaf aja ya, Qia gak akan Sudi kecuali Bima mau jadi suaminya. Haha. Astaghfirullah.
"Ngapain bapak di rumah saya?" Kata Qia bersidekap. Sesuka-sukanya ia dengan ketampanan Bima, ia gak akan Lupa momen tadi siang di rumah lelaki itu.
"Nih, dari Mami buat kamu." Bima menyodorkan rantang berat yang ia pegang sejak tadi ke tangan Qia. Perempuan itu menerimanya.
"Mami pasti bakal kecewa kalau tahu kamu menolak undangan makan siangnya demi berpacaran!" Begitu selesai mengucapkan kalimat itu, Bima tersadar kalau ini sudah berlebihan. Mana mungkin Mami kecewa. Astaga.
"Namanya juga anak muda. Memangnya yang tua aja yang boleh berpacaran?" Kata Qia lagi, menyentil sedikit soal Risa dan Bima. Tetapi laki-laki itu malah mengernyitkan dahinya tidak suka. Mendadak wajah Bima menatap jengkel ke arah Qia.
"Kamu ada masalah apa dengan saya?" Tanya Bima gak suka, pasalnya ia menjadi bawa perasaan kalau nada bicara Qia seperti itu.
"Dih, kepedean. Pulang sana! Gue mau istirahat"
"Bukannya terimakasih malah ngusir!"
"Pikir dulu salah bapak tuh dimana baru bicara sama saya!" Qia langsung ngeloyor pergi, Untung saja pintu belum di kunci. Ia segera meninggalkan Bima yang menatapnya penuh tanda tanya.
"Sampaikan terimakasih saya dengan Tante Karin!" Jerit Qia lagi ketika Bima sudah hampir pergi dari sana.
"Sampaikan sendiri!" Kata Bima jengah.
"Terserah!" Qia lebih dulu membanting pintu rumah sebelum Bima membanting pintu mobil.
Yessss!!! Gue menang. Cicitnya sambil ngeloyor pergi.
Sementara di dalam mobil, wajah Bima sudah setengah mati memerah menahan marah. Ia gak akan memikirkan ucapan Qia tadi karena dia bukan ABG labil! Camkan itu.
°°°
Langkat, 01 Januari 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
RomanceAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...