Kemarin Ansal yang paling ngotot untuk membuat Qia berhenti mendekati Bima. Sekarang, dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat Risa yang sudah berdiri memeluk Bima dari belakang. Kalau tahu akan begini, menyesal rasanya Qia masuk ke dalam kamar Bima. Padahal niatnya cuma memberi kabar kalau Lula demam.
Dengan penuh kekesalan dan kecewa akhirnya Qia pergi dari sana. Rasanya sesak sekali sampai akhirnya ia memutuskan menangis selagi menggendong Lula keluar, berharap akan ada paling tidak taxi yang bisa menghantarkannya ke klinik terdekat."Pak boleh pinjam motor nya?" Akhirnya Qia memutuskan mendekati parkiran, sementara Alula sudah berdiri lemah di sebelah nya.
"Sebentar aja kok pak. Saya juga nginap di sini. Kalau bapak gak percaya, saya bisa titip kan kartu nama saya"
"Nama mbak siapa?"
"Saya Qia pak. Boleh ya pak? Saya butuh banget pak. Mau cari klinik terdekat, anak saya sakit"
"Loh kok gak bilang dari tadi anaknya sakit. Silahkan mbakk pakai aja. Hati hati ya"
Qia tersenyum ramah, "makasih pak. Maaf merepotkan" katanya lagi, lelaki itu mengangguk.
"La, kamu masih bisa kan peluk Mami dari belakang? Jangan sampai ketiduran ya nak"
Lula mengangguk lemah, setelah hampir 15 menit, barulah Qia menemukan klinik terdekat, buru-buru turun dan menggendong Lula.
"Panas bgt Mi badan Lula" cicit Lula lemah, sedari tadi ia sudah rewel minta di gendong terus menerus.
"Sabar ya nak. Ini bu dokter nya lagi periksa kamu"
"Tapi Lula gamau di suntik. Takut Mi"
Dokter perempuan yang menanganinya tersenyum ramah,"loh Lula takut suntik juga? Sama dong kayak dokter"
"Ibu takut suntik juga?"
"Iya"
"Kata papi dokter pembelani loh Bu, gak boleh takut suntik"
"Cita-cita Lula kalau udah besar mau jadi apa?" Tanya dokter itu ramah, Lula tampak berpikir di tengah rasa lemah nya.
"Doktel"
"Nahh, berarti Lula gak boleh takut suntik donggg. Oke? Mau ya dokter suntik? Biar cepat sembuh tahu. Gak sakit"
"Iya deh Bu kalau gitu" cicit nya lemah, Qia tersenyum lembut sambil mendengarkan dialog keduanya.
"Anaknya lucu ya bu, bijak lagi" kata dokter tersebut pada Qia.
"Terimakasih bu dokter, Lula nya kenapa ya Bu tapi?"
"Kelelahan bu. Butuh istirahat Lula nya. Oh ya, saya sarankan di sini aja dulu sampai Lula terbangun nanti, biar penurun panas nya bekerja dulu Bu. Nanti bisa di bawa pulang, dan atur pola tidur nya ya Bu"
"Terimakasih dok" kata Qia lagi. Saat kembali melirik Lula, ternyata bocah ciliknya yang rewel sudah tertidur pulas.
Huh! Semalam aja cerewet nya minta ampun, pake segala minta ke pantai lagi. Sekarang siapa yang malah sakit coba? Batin Qia mengomel, tapi tetap saja mengusap lembut kepala Lula.
Astaga!! Hp gue jatoh atau ketinggalan ya? Dasar Qia teledor!
***
Bima menatap Risa horor. Setelah aksi Risa yang memeluknya secara mendadak, Bima sudah tidak bisa mentolerir lagi segala kelakuan Risa. Perempuan ini, perempuan yang pernah menjadi sahabat almarhum istrinya, Airin. Perempuan yang belakangan ia tahu menaruh hati padanya jauh sebelum ia mengenal Airin, tapi tetap saja, Bima tidak bisa mencintainya.
"Kamu ngapain sih Ris? Aku gak suka ya kamu kayak gini! Kalau di liat orang gimana?"
"Memangnya kamu takut di liat siapa sih Bim?"
"Tapi aku gak suka! Sekarang kamu pulang!"
"Gak!"
"Aku bilang pulang! Atau kamu buat surat resign!"
Risa menatap Bima marah, kenapa memang nya? Biasanya Bima tidak semarah ini.
"Kenapa? Kamu jatuh hati sama perempuan ingusan itu?"
"Bukan urusan kamu"
"Asal kamu tahu ya Bima, dari dulu, yang sayang cinta Sama kamu itu cuma aku! Kamu aja yang bego dan malah memilih Airin si cupu itu! Sekarang kamu lagi-lagi milih perempuan ingusan daripada aku. Memangnya kurang aku apa?" Risa berteriak histeris, menatap Bima penuh amarah dan kecewa.
"Pertama jangan sebut Airin cupu, kedua maaf. Aku memang gak bisa jatuh cinta sama kamu. Harusnya dari awal kamu paham kalau aku menganggap kamu gak lebih dari sekedar sahabat, sahabatnya aku sama Airin. Sorry Ris"
Bima beranjak dari sana sesegera mungkin, sebelum banyak orang yang melihat dan mendengar teriakkan histeris Risa. Perempuan itu masih duduk bersimpuh dengan banjir air mata.
***
Langkat, 07 Juni 2022.
Tolong kasih tahu Risa supaya mundur dong 🥴
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
RomanceAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...