Efek dari ucapan dan perlakuan Bima tadi, sukses membuat Qia panas dingin, mual mual dan berujung demam.
Dasar payah. Belum apa apa dia sudah mati kutu. Ketika hari mulai senja, mereka sampai di pantai layaknya keluarga kecil yang bahagia.
Bima jalan lebih dulu, menjinjing tas miliknya juga Alula. Sementara Qia memilih jalan di belakang kedua bapak beranak itu.
"Kamu kenapa? Sakit?" Bima berhenti sejenak, menatap Qia yang sudah salah tingkah sejak tadi.
"Eh?"
"Kalau gitu kita cari penginapan saja dulu. Biar kalian bisa istirahat"
menginap? Apa? Qia melongo sementara Alula sudah bersorak-sorai. Ya Tuhan! Please kembalikan tingkat kepedean Qia lagi. Mohonnya kali ini.
***
"Saya belum izin menginap sebenarnya Mas" kata Qia kalem, sedikit berkedut bibirnya mengucapkan kata Mas.
"Nanti saya yang akan telepon Ansal. Lula istirahat aja sama tante ya. Kalau ada perlu apa apa Papi di kamar sebelah"
"Oke Pi"
"Ingat. Jangan nakal. Nanti satu jam lagi Papi balik, biar liat sunset di pantai. Bagaimana?"
"Setuju Pi" teriak Alula heboh, Qia mengangguk patuh dan bernafas lega ketika akhirnya Bima sudah keluar.
"La, Papi kamu kenapa ya La? Kok Mami jadi deg deg begini La?" Hah! Qia berceloteh enggak jelas dengan Alula. Memangnya tahu apa bocah 3 tahun itu tentang cinta. Astaga!
"Kata Oma kalau deg deg belati suka"
Omaigat. Really? "Ah gak mungkin dong La. Masa papi kamu suka sama Mami""Ntal aku tanya ya Mi"
"Eh jangan La" Qia cekikikan sambil memeluk Alula erat, bocah itu turut tertawa ria.
"Yaudah istirahat kita yuk. Satu jam lagi biar main di pantai"
"Oke Mi" Alula memejamkan matanya sambil memeluk Qia. Ada perasaan hangat menjalar di hati Alula, sudah lama ia merindukan pelukan hangat selain pelukan Oma nya seperti ini.
***
"Ceria banget wajah kamu La" Bima yang menggendong Alula dengan kaos oblong dan celana pendek nya menatap ceria ke arah Lula yang sore ini minta di pakai kan bikini, katanya biar ikut berjemur.
Sementara Qia sudah siap dengan berbagai peralatan seperti tikar piknik, makanan dan kamera di tangannya. Ya! Diam diam ia sudah mempersiapkan semuanya dengan maksimal tentu saja.
"Namanya bahagia Pi. Lula seneng bisa kepantai"
Bima memeluk gemes anaknya, jika di pandang lama lama, wajah Alula betul betul mirip Almarhum Maminya, Airin.
Membuat jantung Bima berdetak cepat, perempuan itu selalu saja membuat Bima lemah. Andai Airin ada di sini, pasti mereka akan sangat bahagia.
"La sini Mami fotoin La" teriak Qia heboh setelah mereka sampai di pantai. Lula mengangguk, langsung minta turun dari gendongan. Sementara itu Bima menyusun beberapa makanan di atas tikar.
"Satu dua.. tiga" klik. Qia membidik Alula yang sudah berpose ria.
"Makasih Mi. Ayo kita buat istana pasil Mi"
Qia setuju, meletakkan kamera dan sudah duduk di atas pasir.
"Nih Mami udah bawa peralatan buat istana nya La"
"Wahhh. Kok ada Mi?"
"Iya dong. Tadi siang Sebelum siapin barang Mami singgah ke toko mainan" Alula berhamburan memeluk Qia. Menciumi wajah Qia dengan heboh. Pemandangan itu tak luput dari tatapan Bima dan ia memilih membidik momen itu dengan kamera.
"La, ayo belajar berenang" Bima sudah berdiri di samping Qia, merentangkan tangannya untuk menggendong Lula.
"Memangnya boleh Pi?"
"Main ombak bisa La. Kalau belajar renang gak bisa dong di pantai" cicit Qia lagi, sambil memberengut melirik Bima yang sudah cekikikan. Senang banget sih jailin anak sendiri.
"Oke, hayuk" Alula sudah melompat ke gendongan Bima. Berkejar-kejaran dengan ombak yang datang.
"Kamu gak mau ikut?" Bima berteriak pada Qia.
"Gak deh. Ntar baju aku basah"
"Ayo Mi sini, selu tahu"
Qia melotot ketika Bima sudah balik dan menyeretnya ke bibir pantai. Sementara Alula begitu bahagia dalam gendongan Bima.
"Tanggung jawab ya kalau baju aku sampe basah" cicit Qia lagi, dan saat Qia mengomel, saat itu juga ombak datang menerjang.
Cepat Bima menariknya dalam gendongannya. Qia yang spontan langsung melompat ke sisi kanan Bima.
"Holeeeee kita bedua di gendong Papi. Hebat papi ya"
"Turunin aku" cicit Qia pada akhirnya, setelah Bima menurunkannya, ia langsung ngacir ke tikar piknik.
Bima yang melihat wajah Qia yang memerah tersenyum kecil.
"Kalau mau saya gendong lagi bilang aja ya" teriakan bima sukses membuat Qia panas dingin. Deg degan nya kambuh lagi, tolong.
***
Langkat, 10 Mei 2022.
Sampai part ini alur nya masih datar aja gasih? Tapi mon maap emang sampai akhir kayanya bakal begini, problemnya ringan ringan aja ya 🙏
Yang berat biarlah (isi sendiri)

KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
RomanceAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...