Gak mau banyak pikiran, mental sehat, kehidupan anti toxic, tapi malah pagi ini Qia jadi banyak fikiran. Ini semua karena Ansal yang terburu-buru mengejarnya saat hendak berangkat ke cafe pagi ini. Lalu mengusap kepalanya, membuat Qia bergidik geli sekaligus ngeri.
Pasalnya, seorang Ansal, rekan berkelahinya setiap hari, pagi ini terlihat berbeda dan mencurigakan.
"Lo kenapa anjir?" Teriak Qia horor di telinga Abangnya itu,"Dihh, gas banget sih teriakan Lo! Lebih baik toa masjid daripada teriakan elo nyet!" Celetuk Ansal lagi, kenapa sih? Perasaan Qia udah kalem deh teriaknya. Cmiwiw.
"Langsung ke intinya aja, gue sibuk banget akhir-akhir ini" okelah, seorang pemilik sebuah cafe mungil alias minimalis, udah bisa di sebut sibuk dong ya.
"Lo sibuk sama pikiran lo kan? Pikiran lo yang beberapa Minggu ini gelisah mikirin Bima? Iyakan?"
"Dihh, kalau iya juga gak rugi kan Lo?"
Nah, ininih jawaban yang Ansal gak harap kan. Apalagi tadi malam, sudah mati Matian ia renungi.
Dan akhirnya, ia memutuskan untuk tidak merestui suatu hubungan dikemudian hari antara adiknya dan sahabatnya itu.
"Ada baiknya Lo berhenti dek. Se bangsatnya gue, tetap ingin adik adik gue gak tersakiti" kata Ansal lagi sambil memegang erat pundak Qia.
Oke! Setelah seribu tahun lamanya, baru kali ini ia melihat tampang menasehati dari seorang Ansal, Abang nya itu.
"Memangnya kenapa sih? Ada apa?"
"Kayak nya Bima sama Risa, teman kantor gue punya hubungan. Jadi ada baiknya elo mundur" kata Ansal lagi sebelum ngeloyor pergi.
Meninggalkan Qia yang akhirnya uring-uringan lagi seperti pagi ini.
Jadi? Risa dan Bima memang punya hubungan? Wah parah. Hati Qia benar-benar patah sampai ia ingin menangis di pagi yang cerah ini.Pemandangan yang ia dapatkan pagi ini di cafe malah wajah Bima. Duduk dekat barsthool sambil menyeruput kopi. Tumben? Tapi maaf ya, hati Qia sudah terlanjur patah.
Jadi yang ia lakukan adalah melewatinya, lalu bersiap menuju dapur bila perlu.
"Selamat pagi Mbak cantik. Kenapa pagi ini lesu banget?" Celoteh Alvin, Qia tersenyum kecil.
"Lagi gak enak badan Vin" ucap Qia pelan nyaris tanpa suara, lalu masuk ke dapur.
Bima sempat melirik punggung Qia yang menjauh. Jujur, pagi ini entah angin apa pula yang membawanya ingin menikmati kopi di cafe milik Qia.
Yang jelas, ia memikirkan sebuah tanggapan Ansal bila terus mencercanya dengan berbagai pertanyaan soal semalam.
Entah kenapa pula ia merasa perlu menjelaskan baik itu pada Ansal juga Qia.Astaga! Apakah ia sudah jatuh pada pesona perempuan labil bernama Qia itu?
***
"Kusut banget muka Lo udah kaya baju lupa di setrika" cicit Ansal sambil berjalan cepat mengejar langkah Bima.
Bima menoleh cepat lalu tersenyum masam, kecut banget kaya jeruk gagal panen. Ia pikir Ansal bakalan mengabaikan nya.
"Ganteng begini kok" kata Bima lagi. Membuat Ansal bergidik ngeri. Penyakit kepedean Bima sepertinya sudah mulai muncul ke permukaan.
"Terserah deh. Gue cuma mau nitipin ini ke elo. Berkas yang harus diperiksa. Dari Risa pacar nya elo!"
Kata Ansal lagi. Menyerahkan satu buah map.Bima terlihat kaget. Bukan karena Risa menitip kan sesuatu, tapi karena Ansal malah mengira ia dan Risa punya hubungan.
"Gue gak punya hubungan dengan Risa ya!"
Oh ya? Lo kira gue percaya?
"Terserah..gue gak peduli. Oke gue luan ya. Mau ngopi dulu" Ansal ngeloyor pergi, meninggalkan Bima yang malah menunjukkan wajah masam nya lebih parah lagi.
Orang orang pada kenapa sih? Gak adik gak Abang, jutek banget! Batin Bima.
***
Langkat, 09 Mei 2022
Minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin. Maaf selalu telat ya, file nya beberapa kali ilang di laptop 😌🙏
![](https://img.wattpad.com/cover/283643454-288-k462121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiable (End)
RomanceAghni Alfarizqia tidak pernah punya mimpi harus jatuh cinta pada lelaki yang sudah pernah menikah. Tetapi saat pertama kali bertemu Bima, di suatu sore dengan segala sikap jutek dan dinginnya, Qia malah setengah mati memuja. Lalu mampukah Qia-peremp...