36

8.9K 561 0
                                    

    Sudah dua jam Bima mencari keberadaan Qia dan Lula, tapi baik di kamar yang enggak terkunci, dan pantai pun ia belum menemukan keduanya. Yang ia temukan malah ponsel Qia yang jatuh di lantai kamar, pikiran Bima mulai tak tenang, memutuskan mencari keduanya di luar area wisata.

   Sementara ia bersiap menuju basemant, Qia sudah kembali. Lengkap dengan Alula yang duduk di belakang motor sambil memeluk Qia. Bima benar-benar marah, segera ia mendekati keduanya.

"Kenapa kamu bawa anak saya naik motor Ha? Sini La!" Bima menarik kasar Lula dalam gendongannya. Menatap Qia penuh amarah.

Bayangan kematian Airin dengan motor terus menari di kepalanya seperti kaset rusak yang berulang-ulang. Perempuan yang ia cintai pergi, hari dimana ia akan menjemput Bima dengan motor. Ia benci sekali!

"Kenapa sih Mas?"

"Seharusnya saya sadar kalau kamu memang gak akan bisa menjaga anak saya dengan baik! Jangan kan jadi seorang ibu untuk Lula, memberikan keselamatan untuk Lula aja saya yakin kamu gak mampu!"

Qia menatap Bima kebingungan, tapi sesak di dadanya sudah menumpuk dan membuat ia cengeng dan menangis.

"Maksud kamu apa? Saya buat salah apa memangnya?"

"Lebih baik mulai sekarang kamu jauhi anak saya!" Kata Bima lagi, aura kebencian terhadap Qia membuat perempuan itu pergi dengan penuh kecewa.

"Oke. Jaga diri kamu La, jangan lupa minum obat. Tante pamit"

Daripada menangis dan terlihat tolol di hadapan Bima, Qia memilih pergi. Mengabaikan teriakan histeris Lula yang menyaksikan drama pertengkaran mereka.

     "Papi kok bialin Mami pelgiii? Lula benci sama Papi. Papi jahat!" Raung Lula histeris, memukul mukul Bima dengan tangan mungilnya.
Bima diam! Apa yang sudah ia lakukan? Trauma masalalu nya? Harusnya ia menahan diri.

    ***

     Semenjak hari itu, Qia jadi lebih murung. Lebih memilih mengurung diri di kamar daripada berangkat ke cafe. Alasannya satu, ia takut tante Karin dan Lula berkunjung. Sesuatu yang harus ia hindari, harus ia tepati untuk menjauhkan diri dari Alula.    

     Perasaan hancur hari itu, setelah ia memutuskan pulang ke Jakarta sendirian, menangis dan patah hati, membuat nya malas. Malas keluar kamar, malas ketemu dengan sahabatnya, malas ke cafe. Dan sekarang ia malas melihat betapa berharganya dirinya.

"Qi, Lo ada masalah apa sih? Betah banget sebulan uring-uringan?" Teriakan yang sama Ansal setiap pagi, tapi Qia memilih diam.

"Kalau ada masalah cerita! Kalau ada duit bagi-bagi! Hahahaha" teriak Aufa heboh.

Sorry, kalian pikir ini lucu? Oh tidak berlaku buat Qia yang patah hati berat. Memangnya enak move-on dari satu lelaki lengkap dengan anaknya? Qia meringis.

"Qi, elo jangan bunuh diri di kamar ya. Ntar rumah jadi horor! Gue berangkat kerja dulu. Dadahhh, eh gak nitip salam sama duda kesayangan elo?"

GAK! GUE BENCI BAJINGAN ITU! batin Qia mengomel.

Belum selesai kehebohan Ansal dan Aufa, notif di ponselnya sudah lebih banyak lagi. Siapa lagi kalau bukan Merra, Ditta, dan Sera?

°grub rumpi no secret 💋°

'Qi, udah siap ngeram lo belum? Kalau udah besok kita mau cuss ke puncak, yuk. Ada acara BBQ an, Hadi ngajakin sebelum dia berangkat' by Ditta.

'memangnya elo kenapa sih njirr? Tipes lo? Sebulan mengurung diri. Kasian tahu calon adek ipar gue, sendirian di cafe' cicit Merra lagi.

'Fyi guyssss, kalau Hadi guantenggg bangetttttt. Tapi kok gue liat kemarin di mall jalan bareng cewe ya?' by Serra

'emaknya mungkin'

'adiknya gak?'

'cewe nya pasti' terkirim by Qia

'cieeeeeee bahas Hadi aja nongol 🥴🥴 cemburu lo??"

'ihh najis. Btw besok jemput gue ya, gue ogah bawa mobil sendirian' ya!

Akhirnya Qia memutuskan keluar dari persembunyiannya. Enak aja dia patah hati sendirian, sementara Bima? Pasti sudah senang-senang di luar sana. Huh!

***

Langkat, 07 Juni 2022

Bima gapunya hati 💔

Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang