40

8.6K 544 4
                                    

Qia menjadi tambah pusing saat ia memilih minum ketimbang mewujudkan tantangan sialan dari Ditta.

'sebutin cowok yang elo taksir' duhhh! Ketimbang jawab dan mempermalukan dirinya, lebih baik dia minum wine itu. Segelas doang kan? Its okay.

"Elo baik-baik aja kan Qi?" Bisik Ansal pelan. Menepuk pundak adeknya yang dari tadi memejamkan mata.

Seumur hidupnya, baru kali ini seorang Qia minum alkohol, jadi wajar Ansal mode panic attack. Hiwww.

"Baik dong"

"Oke kita lanjut yaa"

Gelas di putar lagi dan berhenti di Qia lagii.

"Gue lagi nih?" Kata Qia pasrah. Berusaha membuka matanya yang mendadak berat.

"Ahahah. Kali ini elo harus nge jawab ya Qia. Sportif lo ya nyet" cicit Ditta lagi.

"Udah pernah ciuman pas pacaran belum?"

Pertanyaan macam apa itu? Qia malu sendiri. Andai mereka tahu kalau Qia jomblo sejak lahir :(

"Tantangan aja deh" kata Qia pada Zayn.

"Sebenarnya gue masih berharap elo sebutin nama cowok yang elo taksir"

"Oke deh." Kali ini Bima yang deg degan. Berharap dikit aja bisa gak sih?? Ia menatap ke arah Hadi yang tersenyum pada Qia. Sialan! Ini cemburu toh ternyata?

"Gue pilih minum lagi aja deh!" Qia langsung menegak wine yang sudah di isinya penuh itu.

"Ntar asam lambung elo kambuh woii" Ansal melotot galak tapi Qia sudah menegak habis wine di hadapannya.

"Aduhhhhh. Keukeh banget ya adek Lo An, gak kayak abangnya" seru Zayn lagi.

"Kita lanjut yaa"

Semuanya terus tertawa dan masuk dalam permainan. Kecuali Qia yang tiba-tiba pusing. Ia menunduk sesaat.

Lemah banget sih? Masih juga dua gelas. Gak mungkin mabok kan harusnya? Batin Qia lagi. Tapi tiba-tiba suara mereka mengecil di pendengaran Qia. Tatapan Qia juga mulai kabur. Pusing. Ia butuh tidur karena mendadak perut nya sakit dan mual.

Bima melirik Qia, menatap gelagat aneh pada Qia yang udah gak fokus dengan permainan.

"Qia!!!" Pekik Bima kemudian, sesegera mungkin melompat dari kursinya dan menangkap tubuh Qia yang ambruk di lengannya.

"Dek!!"seru Ansal panik. Suasana menjadi gaduh.

Bima mengangkat tubuh Qia dan menggendongnya,
"Kayak nya saya bawa ke rumah sakit aja ya"

Belum sempat di jawab, Bima sudah ngeloyor pergi. Menuju parkiran mobil dan menderu.

Seperkian detik kemudian, barulah mereka tersadar dan menyusul mobil Bima yang entah sudah pergi ke rumah sakit mana.

***

"Kalau gak kuat, jangan di paksa seharusnya" bisik Bima pelan, cemas dan panik.

Wajah kesakitan Qia membuatnya semakin pusing. Di saat seperti itu, kenangan Airin muncul, Bima semakin panik. Nafasnya memburu, berlomba dengan kecepatan tinggi mobil yang ia kemudikan.

"Bertahan ya Qia. Saya gak mau kehilangan orang yang saya cintai untuk kedua kalinya" katanya sambil mencium tangan Qia yang lemah.

***

"Gimana dokter?"

"Ini bukan keracunan alkohol, asam lambungnya naik. Tetapi pemicu nya juga alkohol. Sudah kami tangani. Cuma mungkin perlu istirahat"

"Makasih dokter" kata Bima pada akhirnya, menghembuskan nafas lega dan masuk. Menatap wajah Qia yang terlelap.

"Segera sembuh, saya dan Lula butuh kamu" untuk pertama kalinya, Bima mengecup kening Qia sesaat.

Sementara di luar ruangan, dari balik pintu. Ansal dan yang lainnya Yang udah mode cemas mendadak salting.
Sudah mereka duga kalau Bima jatuh cintanya sama Qia.

"Jadi gimana? Kita tinggalkan mereka berdua?" Tanya Randy lagi.

"Kayaknya kedatangan kita juga nge ganggu sih, hehe. Yang penting adek gue udah di tangani dokter" cicit Ansal sambil ngeloyor pergi.

Dasar Abang sialan!
Mereka pake nurut dan ikut pergi lagi. Hadehhhhhh.

***

"Gue dimana?" Qia kaget setengah mati mendapati Bima yang tengah tertidur di sisinya.

"Kamu udah siuman? Kita lagi di rumah sakit, bukan rumah makan"

"Maksud gue, ngapain di sini?" Qia mulai tersadar dan nyolot

"Liat aja sendiri, ngapain kita di sini"

Qia jengah sendiri. Tinggal jawab apa susahnya sih?

"Terserah elo deh. Gue mau pulang!" Katanya sambil berdiri. Bersiap mencabut infus di tangannya.

"Kamu tuh keras kepala banget ternyata ya. Udah tahu sakit masih aja berulah"

"Tapi gue gak mau di jaga sama elo!"

"Saya yang bawa kamu ke sini, asal kamu tahu"

"Gue mau pulang! Sialan!" Qia memberontak. Memaksakan dirinya untuk turun. Tapi mendadak kepalanya pusing lagi.

"Udah saya bilang, kamu tuh masih sakit. Please, kali ini aja nurut"

"Lagian kenapa harus elo sih yang di sini? Katanya elo suruh Gue ngejauh. Tapi selalu wajah elo yang muncul dekat gue"

Bima tertegun, ia sadar kata-katanya waktu itu sangat amat membuat perempuan di depannya itu kecewa.

"Karena saya sayang sama kamu, pada akhirnya saya jatuh cinta sama kamu Qia"

Ha??

"Saya minta maaf kalau selama ini selalu menyakiti kamu. Sekarang saya sadar, bukan cuma Lula yang butuh kamu, tapi saya juga"

"Jangan bercanda deh"

"Ini gak bercanda Qia. Saya cinta sama kamu"

Lemas! Kayaknya Qia butuh seribu botol infus karena mendadak energi dalam tubuhnya hilang.

Wajahnya masih menatap Bima heran, sedetik kemudian semakin lemah karena secepat kilat Bima mencuri ciuman pertamanya.

***

Langkat, 23 Agustus 2022

Qia sudah tidac polos lagi :)

Suamiable (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang