41•Masa Lalu Virna•

324 25 14
                                    

'Memiliki mu adalah halusinasi. Kamu adalah objek nyata namun terasa fatamorgana'

☘️☘️☘️

Alina dan Dicky tiba ditaman dekat kantin. Alina yang sedari tadi menangis kini telah berhenti, namun masih sedikit sesegukan.

Dicky mengusap bahu Alina agar dia bisa tenang, dan Alina pun tersenyum manis kearah Dicky menandakan bahwa dirinya sudah lebih baik.

"Are you okay, Na?" tanya Dicky.

"I'm okay kak Dicky. Makasih yah kak." balas Alina sambil tersenyum.

Dicky mengangguk dan ikut tersenyum, "Iya sama-sama, Na. Gimana bisa Lo ketemu sama tuh anak??"

"Gue tadi habis dari toilet, pas mau keluar gue bertemu sama Randika."

"Kenapa gak lari?"

"Gue udah coba lari tapi tangan gue dicekal sama dia." Alina menarik nafas sebentar, "Dan gue gak bisa ngelepasin tangan gue, karena tenaganya lebih kuat daripada gue." lanjut Alina saat menjelaskan kronologisnya dan Dicky mendengarkan dengan seksama. Terlihat dari raut wajah dan mata Alina dia terlihat sangat ketakutan.

"Terus dia bilang apa?"

"Dia bilang, gue gak bisa kabur lagi dan gue harus nerima konsekuensi karena udah bikin dia gak sadarkan diri waktu dia nyulik gue." mendengar hal itu Dicky langsung menegakkan badannya.

"Ini gak beres, dia gak akan berhenti sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan, Na!" ucapan Dicky membuat Alina  semakin dilanda ketakutan.

"Terus gue harus gimana kak? Kalo gue laporin dia, gue takut dia nyakitin keluarga gue."

"Lo tenang aja Na, kita nggak bakal biarin dia ganggu lo lagi ataupun keluarga lo. Sekarang Lo tenangin diri lo dulu!! Nanti biar gue, Haris sama Wendry cari cara supaya dia gak gangguin lo lagi." ucap Dicky yang membuat Alina sedikit senang.

"Ya udah deh kak, makasih banget ya kak udah nolongin gue." Alina tersenyum dan menarik nafasnya pelan.

"Iya sama-sama." balas Dicky sambil tersenyum juga.

Di lain tempat Septi, Merry dan Debi tengah mencari Alina yang tak kunjung balik ke kelas, padahal perut mereka sudah keroncongan sedari tadi terutama Merry yang terus saja mengoceh.

"Duh tuh anak kemana sih, diculik atau ditelen bumi nih?!" oceh Merry yang langsung ditepuk oleh Debi dengan buku novelnya.

"Ih Merry ngomong tuh jangan sembarangan dong! Nanti kalo bener Alina diculik atau ditelen bumi gimana??" balas Debi yang tak terima dengan ucapan sahabatnya itu.

"Lagian gak balik-balik ke kelas. Suka banget ngilang-ngilang!!"

"Yah tapi lo jangan bilang gitu dong! Kata mama kita nggak boleh ngomong sembarangan karena setiap kata yang kita ucapkan itu adalah doa!!" ucapan Debi membuat Merry melirik tajam kearahnya.

"Heh sejak kapan lo bilang kata mama hah. Emangnya mama lo tau Alina dimana?!" balas Merry dengan sangat nyaring.

"Gue kan cuman bilang kata mama, bukan berarti mama gue tau, Merry!!"

Alvin & AlinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang