'Ada kalanya perpisahan akan menjebakmu dalam perasaan serba salah'
☘️☘️☘️
Alina berjalan gontai kearah kelasnya. Setiap dia melewati koridor sekolah, banyak tatapan tidak suka padanya. Entah karena apa, dan Alina sama sekali tidak memusingkan hal itu.
Dia berhenti tepat dikoridor yang waktu lalu bertemu dengan Alvin. Disana dia dikurung oleh Alvin, dan Alvin membisikan suatu kalimat yang sama sekali Alina pun gak mau lakuin itu. Kalimat yang masih terngiang jelas dikepala Alina. Kalimat itu seakan bukan sebuah permintaan, melainkan sebuah perintah. Perintah untuk tidak buat masalah dengan Alvin. Tapi nyatanya, pemuda itu malah melupakan kalimatnya sendiri. Bahkan dirinya yang membuat masalah dengan Alina untuk tidak mendekati Randika. Alina tersenyum akan hal itu. Dia mengingat kenangan manis saat berada didalam gudang, rumah pohon dan taman yang dipenuhi oleh bunga mawar waktu itu. Tepat hari ini adalah hari kedua Alvin tidak masuk sekolah, Alina jadi semakin rindu dengan sosok kulkas hidup itu
"Vin, gue kangen..." lirih Alina pelan sambil tersenyum, namun sedetik kemudian air matanya jatuh. Alina sedih karena dia telah memarahi Alvin yang jelas-jelas tidak salah, padahal Alvin sudah berkorban untuk menjauhi dirinya dengan Randika. Alina sendiripun tidak tahu apa permasalahannya, itu alasan Alina kenapa sampai detik ini dia tidak mau menjauhi Randika sebelum dia tau apa permasalahannya. Biar lah dia sendiri yang mencari tau.
Saat Alina termenung dan tengah berdiri dalam keadaan dirinya sedang menangis, tiba-tiba dia dikejutkan dengan tepukan yang berada di pundaknya.
"Na." panggil orang itu yang ternyata adalah seorang cowok.
"Eh." Alina terkejut dan menoleh kearah cowok tersebut. Bekas air mata yang ada di pipinya terlihat jelas, sehingga cowok tersebut mengernyit.
"Lo nangis? Kenapa?" tanya cowok tersebut sambil menghapus air mata Alina dengan ibu jarinya. Alina mengalihkan wajahnya agar tidak ketahuan lebih lanjut.
"Hah? Nangis? Nggak kok San!" ucap Alina kepada cowok tersebut yang dipanggil 'San', dan dia adalah Sandy, teman sekelas Alina bahkan teman duetnya saat dia bernyanyi untuk pelajaran seni budaya.
"Nggak darimana, itu jelas-jelas mata lo sembab, Na." balas Sandy dengan tampang mengintimidasi.
"Nggak kok San. Tadi aku cuman kelilipan!"
"Beneran? Coba sini gue liat!" Sandy merengkuh wajah Alina dan mendekatkan matanya kearah mata Alina, nafas Alina tercekat, jantungnya berdetak dua kali lipat, dengan cepat dia mundur, takut ada yang melihat posisi mereka yang begitu intim.
"Hehe. Udah San, gue gak papa kok. Nanti gue diamukin sama fans-fans Lo lagi!" ucap Alina sedikit canggung.
"Aduh...sorry Na. Gue kelepasan, hehe." balas Sandy sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.
Alina terkekeh melihat kelakuan Sandy seperti itu, "Santai aja San!" Alina tersenyum manis.
"Ehm...Na?" panggil Sandy sedikit serius.
"Iya, kenapa?" Alina memperhatikan Sandy, menunggu kelanjutan yang ingin Sandy sampaikan.
"Kalo lo lagi ada masalah, jangan segan-segan buat cerita sama gue. Gue bakal dengerin kok, dan gue juga siap jadi sandaran sementara lo, selama Alvin gak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin & Alina
Teen FictionAlvin Fernando Wirasetya, seorang badboy kelas kakap dan trouble maker banyak digilai para kaum hawa. Wajahnya yang tampan membuat nilai plus bagi seorang Alvin. Nathalina Faradilla, seorang siswi baru di SMA Garuda harus bertemu dan bermasalah deng...