17 •Kode Alina•

3.2K 153 6
                                    

'Berdamailah dengan hati. Terima saja dan jalani, sakit itu tidak lama, hanya jeda sebelum bahagia menyapa'

☘️☘️☘️

Hari Senin merupakan hari yang paling tidak disukai oleh semua pelajar, terutama murid SMA Garuda, dimana semuanya harus berdiri panas-panasan dibawah teriknya matahari tanpa terkecuali. Semua murid berjejer rapi membuat barisan sesuai dengan kelas mereka masing-masing.

Kelas 10, baik IPA maupun IPS berada disebelah kiri, kelas 11 berada ditengah, dan kelas 12 berada disebelah kanan. Mereka yang sedang mendengarkan pidato panjang kali lebar dengan pembinanya adalah pak Jo, selaku kepala sekolah SMA Garuda.

30 menit berlalu, upacara bendera di SMA Garuda sudah selesai dan semua murid dipersilahkan untuk istirahat sebentar. Banyak dari mereka yang memilih ke kantin dibandingkan ke kelas. Seperti Alvin dan teman-temannya lebih memilih ke kantin untuk mengisi kekosongan hati eh ralat maksudnya kekosongan perut.

Wendry menyeruput es jeruknya dengan tergesa-gesa. "Gila tuh pak Jo beri pidatonya, gak capek apa ya ngomong terus tanpa jeda?!" ucap Wendry.

"Biasanya kan buk Nurul yang nyerocos terus, ditambah lagi banding-bandingin jaman sekarang sama jaman dulu!" timpal Haris sambil mengipaskan wajahnya menggunakan telapak tangannya.

"Lo pada kayak gak tau aja sama guru-guru!!" balas Dicky.

"Iya deh iya, babang Dicky" lanjut Wendry sambil menyeruput es jeruknya sampai habis.

"Eh btw, gimana lo pdkt sama Alina? Lancar Vin?" tanya Wendry kepada Alvin. Cowok dengan kancing baju dilepas semua itu menoleh ke sumber suara saat sedang asyik memainkan handphonenya.

"Pdkt apaan? Gue gak pdkt sama Alina!" jawab Alvin kemudian memasukkan handphone kesaku celana abu-abunya.

"Aelah ngeles aja kayak bajaj!!" balas Wendry.

"Vin, lo harus gercep dari Randika!! Sebelum tuh cowok tau tentang Alina terus dia jadiin Alina korban selanjutnya!" terang Dicky yang membuat Alvin manggut-manggut dan berpikir sejenak.

"Randika udah tau!" balas Alvin membuat ketiga temannya membulatkan mata.

"Oalah Gusti. Vin lo tau kan si Randika itu orangnya kayak gimana! Dan lo juga tau kan terakhir kali dia jahat sama anak kelas 10 sampe-sampe anak kelas 10 pindah sekolah!!" Haris berucap dengan nada tinggi, sehingga dia menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada dikantin.

"Kecilin suara lo, pea!!" Dicky menoyor kepala Haris, sedangkan yang ditoyor hanya cengengesan tidak jelas.

"Bener Vin kata Haris. Gue gak mau ada korban lagi!" Dicky menyetujui ucapan Haris, sementara Alvin berpikir sambil jari-jarinya ia ketukan diatas meja. Keheningan terjadi diantara mereka berempat, sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Tak lama dari itu bel berbunyi, menandakan jam KBM pertama dimulai. Semua siswa-siswi berhamburan masuk kedalam kelas, namun keempat cowok yang tadi masih tidak bergeming sedikitpun.

"Udah bel, yok kelas!" ajak Haris sambil bangkit dari duduknya.

"Males ah, pengen bolos aja" ucap Wendry sambil menatap ketiga sahabatnya satu persatu. "Kuy bolos!!" lanjutnya lagi sambil menaik turunkan alisnya, tak lupa juga dengan senyumnya yang lebar memperlihatkan deretan gigi-giginya.

Alvin & AlinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang