'Jika menyerah bukan pilihan, teruslah bertahan, hingga nanti tiba masanya kamu lelah menyakiti dirimu sendiri'
️☘️☘️☘️
Pagi yang cerah, senyum merekah, hati bahagia, dan hidup yang sejahtera. Siapa yang tidak mau hidup sejahtera? Tentunya semua orang menginginkan itu semua, terutama Alina. Gadis cantik yang memiliki rambut pirang sepunggung itu telah berpakaian rapi dengan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya, dan juga sepatu Adidas hitam putihnya, kemudian dia menggendong tas ranselnya dan segera turun kebawah menemui keluarganya. Saat menuruni tangga satu persatu, Alina terus memancarkan senyum terbaiknya dihadapan keluarganya. Ratna--mama Alina-- mengernyit bingung saat anak perempuannya itu senyum-senyum.
"Kenapa sih Na, kok bahagia banget?" tanya Ratna sambil meletakkan mangkuk besar berisi nasi goreng.
"Iya dong ma. Kita itu harus menyambut hari dengan senyuman, jadi hidup kita sejahtera!" jawab Alina sambil berputar-putar layaknya penari balet. Ratna hanya menggelengkan kepalanya sedangkan Herry hanya terkekeh.
"Lebay!!" ucap seorang laki-laki yang baru menuruni tangga terakhir. Alina membalikkan badannya dan mendapati Nathan yang berjalan menghampiri meja makan.
"Sirik aja lo!" Alina mendelikkan matanya kemudian duduk disamping Ratna.
"Udah-udah, kalian ini! Nathan, Alina langsung sarapan!" lerai Ratna kemudian menyendokkan nasi goreng ke piring Nathan dan Alina.
"Kak Nathan tuh ma!!" tuduh Alina.
"Apa sih?" tanya Nathan cepat sambil menaikkan satu alisnya.
"Suka sir---"
"Udah Alina!" potong Ratna cepat membuat Alina mengerucutkan bibirnya dan Nathan terkekeh melihat Alina yang dimarahi oleh Ratna.
Alina menatapnya datar kemudian tersenyum miring, dia melirik Herry---papanya--- berniat untuk meminta pertolongan.
"Pa..." manja Alina sambil memasang wajah puppy eyesnya.
"Makan Alina! Nanti kamu bisa terlambat sekolah!" perintah Herry dengan cepat membuat Alina mendengus kemudian melirik Nathan yang tengah mengejeknya.
"Bleeekk" Nathan menjulurkan lidahnya kearah Alina, membuat Alina membulatkan matanya kemudian mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya kearah matanya dan selanjutnya kearah mata Nathan, Nathan terkekeh pelan melihat tingkah Alina yang menahan emosinya. Baru saja Alina mengatakan hidup sejahtera eh sekarang Nathan malah membuatnya menderita.
5 menit berlalu dalam acara sarapan bersama, Herry bangkit dari duduknya untuk segera kekantor.
"Pa, Alina nebeng, yah!" ucap Alina saat Herry sudah diambang pintu.
Herry membalikkan badannya kearah Alina. "Gak bisa sayang. Papa ada meeting dadakan. Kamu berangkat sama kak Nathan aja, yah!" balas Herry kemudian berjalan keluar rumah diikuti oleh Ratna yang membawa tas kantor Herry. Alina menghela nafasnya kemudian menatap Nathan yang sedang memainkan handphonenya.
"Kak..." panggil Alina dengan nada yang lembut, berharap Nathan akan luluh.
"Hm" Nathan hanya berdehem, dia masih fokus dengan handphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin & Alina
Teen FictionAlvin Fernando Wirasetya, seorang badboy kelas kakap dan trouble maker banyak digilai para kaum hawa. Wajahnya yang tampan membuat nilai plus bagi seorang Alvin. Nathalina Faradilla, seorang siswi baru di SMA Garuda harus bertemu dan bermasalah deng...