27 •Hukuman•

2.5K 126 39
                                    

'Jika memang tidak ingin serius, jangan dibuat nyaman. Karena perasaan seseorang bukanlah sebuah bahan uji coba untuk sekadar memenuhi rasa penasaran mu'

☘️☘️☘️

"Gue kecewa Vin, kecewa sama lo! Gue kira dengan sikap dingin lo itu, lo beda sama cowok-cowok diluar sana, tapi nyatanya lo sama sekali gak jauh beda dengan cowok BRENGSEK!! Gue kesini niatnya pengen ngasih tau lo, kalo gue menang, tapi lo udah kecewain gue dulu! Gue kecewa sama lo!!!" ucap Alina dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya, namun dengan cepat dia menyekanya.

Alina membalikkan badannya untuk pergi dari tempat tersebut, namun ada sesuatu yang ia belum sampaikan.

Dia membalikkan badannya kembali. "Uang model lo bakal gue kasih besok!" ucapnya dan berlalu begitu saja.

"Na...gue bisa jelasin..." teriak Alvin saat melihat punggung Alina menjauh dari dirinya.

"Arrgghhh..." Alvin mengusap wajahnya dengan kasar. Randika tersenyum miring melihat Alvin terlihat lemah hanya gara-gara perempuan, sementara Alvin membalikkan badannya dan tangannya sudah mengepal kuat.

"Ini semua gara-gara lo bangsat!" ucap Alvin kemudian menonjok Randika dengan membabi buta sampai Randika pun tidak ia biarkan mendapatkan celah untuk membalasnya. Semua orang yang masih berada dilapangan terkejut dan berteriak histeris saat Alvin menonjok Randika seperti orang kesetanan.

Randika tidak bisa memberi perlawanan karena dia dihajar habis-habisan oleh Alvin. Teman-teman Alvin yang berada dipinggir lapangan berlari menghampiri Alvin dan mencoba untuk menenangkan dan menjauhinya dari Randika.

"Vin udah!" ucap Dicky sambil menahan bahu Alvin yang memberontak.

"Ini semua gara-gara lo anjing, bangsat!!" maki Alvin berusaha untuk berontak dari teman-temannya. Randika bangkit dibantu oleh Noval dan Reynaldo, dia tersenyum mengejek melihat kondisi Alvin yang sangat berantakan.

"Vin udah, istighfar Vin!!" Wendry kewalahan memegang Alvin yang sangat memberontak. Sisi hitamnya sudah memenuhi dirinya, sehingga dia tidak bisa untuk berhenti.

"Anjing, sini lo!! Kalo Lo cowok kita selesain semuanya dengan jantan!! Gue tau, lo kan yang ngerencanain ini. Lo balikin semua fakta seakan-akan gue yang salah. Ah bangsat lo!!!" racau Alvin dengan emosi yang sudah diubun-ubun.

"Vin udah! Ini sekolah. Kita bisa selesain semuanya baik-baik!" Haris mengusap punggung Alvin untuk menenangkannya. Tetapi Alvin masih sama saja, dia bahkan semakin emosi mendengar kata Haris yang harus diselesain baik-baik.

"Sini lo bangsat!! Lepasin gue!"

"Kita gak bakal lepasin lo!"

Randika tersenyum senang. "Udah lo urusin aja tuh cewek!" ucapnya. Seketika itu juga Alvin terlepas dari teman-temannya dan memberikan tonjokan yang keras untuk Randika tepat disudut bibirnya.

"Cih, bangsat lo!!" umpat Alvin. Randika tersungkur ketanah dengan wajah yang penuh lebam-lebam.

"Alvin! Randika!" teriak seorang laki-laki berumur 40-an yang ternyata adalah pak Agus. Semua orang menoleh ke sumber suara dan terkejut, begitupun dengan Alvin. Pak Agus menghampiri TKP dengan wajah yang memerah melihat anak muridnya yang sudah seperti sok jagoan.

Alvin & AlinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang