'Rasa yang tidak terbatas takkan mempersalahkan ketika tidak berbalas'
☘️☘️☘️
Semua siswa-siswi kelas 12, baik IPA maupun IPS sudah memenuhi lapangan outdoor. Pasalnya, semua guru tengah mengadakan rapat untuk pelaksanaan USBN kelas 12. Jadi, semua kelas 12 diberikan jam kosong untuk sekadar merilekskan otak mereka yang akan menghadapi ujian sekolah dua bulan lagi.
Teriakan demi teriakan semakin terdengar dengan jelas, pasalnya hari ini merupakan pertandingan basket antara kelas 12 IPA 2 dengan kelas 12 IPS 1. Alvin sudah bersiap dengan baju basketnya bernomor punggung 05. Dia terlihat begitu santai dengan wajah yang datar dan tanpa ekspresi. Bagaimana tidak santai? Randika telah salah menantang seorang kapten basket SMA Garuda.
"Lo harus menang Vin!!" ucap Dicky sambil menepuk-nepuk bahu Alvin, sedangkan Alvin hanya mengangguk, menyetujui ucapan Dicky.
"Yoman bray. Nasib Alina ada di tangan lo!" timpal Wendry.
"Tapi lo harus hati-hati Vin sama si Randika! Bisa saja kan dia pake rencana licik yang mungkin gak kita tau" balas Haris memperingati sahabatnya itu.
"Kalian tenang aja. Gue bakal hati-hati!!" Alvin berucap dengan datar, kemudian bangkit dari duduknya untuk menuju kelapangan.
Disisi lain, Randika telah mengatur rencana dengan teman-temannya untuk menghancurkan musuhnya itu sejak kelas 10. Dia memperlihatkan senyuman smirknya kemudian menatap kedua sahabatnya.
"Gimana? Kalian udah siap?" tanyanya sembari menyeringai.
Kedua temannya, Noval dan Reynaldo saling bertatapan kemudian menatap Randika kembali. "Siap!" jawab mereka serempak.
"Laksanakan!"
Noval dan Reynaldo mengangguk kemudian tersenyum miring. Mereka beranjak dari duduknya, meninggalkan Randika yang tengah menyeringai kemudian memasuki lapangan yang sudah ada Alvin di sana.
☘️☘️☘️
Didalam kelas 11 IPA 2 sedang tenang-tenangnya. Mereka tengah mencatat pelajaran yang diberikan oleh buk Nita--guru Bahasa Indonesia. Beliau mencatat yang ada di dalam buku paket kepapan tulis. Semuanya sibuk menulis tanpa ada satupun yang tidak menulis.
Saat sedang menulis, tiba-tiba handphone Alina bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Dia berhenti menulis kemudian mengecek handphonenya yang berada di kolong meja. Alina mengernyit saat mengetahui pesannya dari aplikasi e-mail, kemudian dia membuka dan terkejut dengan isi pesannya:
Selamat,
Anda memenangkan juara 2 dalam kompetisi fotografi nasional. Juri sangat kagum dengan hasil fotografi anda, dan anda diharapkan untuk datang ke kantor kami hari ini untuk bertemu dengan para juri dan pengambilan hadiah. Atas perhatian saudara/i, kami ucapkan terimakasih. Info lebih lanjut hubungi nomor di bawah ini
Nia (08194978****)Panitia lomba,
FebriansyahAlina membulatkan matanya dan membungkam mulutnya dengan telapak tangannya, agar dirinya tidak berteriak. Dia bahkan geleng-geleng kepala tidak percaya. Dirinya berhasil. Berhasil. Berhasil.
Debi yang berada disamping Alina, menoleh kearah kiri, dia mengernyit dan menghentikan aktivitas menulisnya.
"Woi...Alina! Lo kenapa?" tanya Debi sambil menatap Alina heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin & Alina
Teen FictionAlvin Fernando Wirasetya, seorang badboy kelas kakap dan trouble maker banyak digilai para kaum hawa. Wajahnya yang tampan membuat nilai plus bagi seorang Alvin. Nathalina Faradilla, seorang siswi baru di SMA Garuda harus bertemu dan bermasalah deng...