20 •Nathan Jadian•

2.9K 133 12
                                    

'Terkadang ketidaktahuan lebih baik, daripada memenuhi rasa penasaran yang ujung-ujungnya menyakitkan'

☘️☘️☘️

Alvin dan Alina tengah berada di ruangan yang penuh dengan obat-obatan, dimana lagi kalau bukan UKS. Alvin duduk di ranjang UKS sembari menunggu Alina yang sedang mencari obat merah. Alvin sesekali meringis, memegangi sudut bibir bawahnya yang berdarah akibat pukulan dari Randika.

Tak lama kemudian, Alina datang membawa kotak P3K. Dia duduk disamping Alvin kemudian menuangkan sedikit obat merah dikapas. Alina menatap Alvin yang tidak menghadap kearahnya.

"Alvin, hadep sini!" perintah Alina dan dengan terpaksa Alvin menghadapkan badannya kearah Alina dan menatap Alina datar. Tangan kiri Alina, dia gunakan untuk memegang wajah Alvin sedangkan tangan kanannya, dia gunakan untuk mengobati luka Alvin dengan perlahan.

"Sshhhh..." ringis Alvin menahan perih dan sesekali wajahnya menghindari tangan Alina.

Alina berdecak sebal melihat tingkah Alvin seperti anak kecil yang tidak mau diobati. "Ih Alvin, jangan banyak gerak!!!" ucap Alina dan kembali fokus untuk mengobati luka Alvin.

Wajah mereka berdua begitu dekat, sehingga Alvin bisa merasakan hembusan nafas Alina yang menerpa wajahnya. Merasa diperhatikan oleh Alvin, Alina mendongak ke atas, alhasil mata mereka bertemu. Alina terpesona dengan mata Alvin yang berwarna hitam, penuh ketegasan dan kewibawaan. Alina masih tidak mengedipkan matanya, dia terus menatap mata Alvin sampai terbesit ide jahil dalam pikiran Alvin, kemudian dia tersenyum miring.

"Naksir yah sama mata gue? Hm?!" ucap Alvin sambil menaikkan sebelah alisnya. Alina terlonjak kaget kemudian mengerjap-ngerjapkan matanya dan melepaskan kapas dari bibir Alvin. Dia menjauh dari Alvin, namun ditahan oleh Alvin dengan memegang bahu Alina.

"Lo liat mata gue atau muka gue yang kelewat ganteng?!" tanya Alvin dengan sedikit godaan. Alina melepaskan tangan Alvin dari bahunya kemudian menggeser posisi duduknya agak menjauh dari Alvin.

"Pede amat lo!" jawab Alina gelagapan.

Alvin terkekeh pelan melihat wajah Alina yang bersemu merah. "Lo jatuh cinta kan sama gue?" tanya Alvin dengan tatapan curiga.

Alina membulatkan matanya kemudian menatap Alvin tajam. "Siapa juga sih yang jatuh cinta sama kulkas bernyawa kayak lo!" ucap Alina dengan ketus sambil mengerucutkan bibirnya. Alvin menghentikan tawanya tak berniat untuk membalas ucapan dari Alina.

Keheningan terjadi diantara mereka berdua sampai akhirnya Alina yang jengah membuka suaranya.

"Vin..." panggil Alina, namun tak ada jawaban sama sekali dari Alvin, Alina berdecak kemudian menghembuskan nafasnya pelan.

"Vin..." tetap saja tidak ada jawaban sama sekali. Alvin tuli atau pura-pura tuli sih, ganteng-ganteng kok budi. Alina masih sabar, dia akan memanggil Alvin sekali lagi, jika tidak digubris sama sekali oleh Alvin, fix Alina akan memakan Alvin hidup-hidup.

"Alvin...Kalo orang manggil itu di sahutin bukan di diemin!!" ucap Alina dengan suara yang lebih tinggi dari suaranya yang tadi.

Alvin akhirnya menolehkan kepalanya. "Apaan sih, Alina?"

Alina mendengus sebal kemudian menarik nafasnya, menahan emosinya agar tidak meledak-ledak didepan Alvin. "Lo kenapa sih marah-marah sama Randika?"

"Gue udah bilang sama lo, jauhin dia!"

Alina menghembuskan nafasnya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Kenapa sih lo keukeh banget nyuruh gue jauhin Randika?"

"Lo gak tau sifat aslinya dia!"

Alvin & AlinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang