Met baca, jangan lupa vote dan komen.
Itu kata-kata diatas dibaca terus lakuin, terlebih buat yang gapernah vote dari awal sampai sekarang, tahu diri dulu tolong, jangan pura-pura bodoh nanti bodoh beneran, Aamiin.
.
.
GITA melupakan masalahnya dengan Doni, sekarang kesehariannya adalah pergi kerja, lalu berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk dan menjaga Adi.
Vino sudah dijaga orang tuanya, kasihan Adi yang sama sekali tak diperdulikan, terkadang Gita berganti tugas dengan Jeje dan Diara.
Mereka bersyukur, 2 hari setelahnya baik Vino dan Adi sadar dari koma mereka, sudah berhasil melewati masa koma.
Walau Adi didiagnosis mengalami geger otak dan patah tulang di kaki kirinya, masih untung dia selamat.
Adi saat diberitahu seperti itu santai saja, dia malahan bersyukur Tuhan belum menyuruhnya pulang ke Rahmatullah.
Perubahan banyak terjadi, teman-teman Doni menjauhinya, di sekolah hanya Arsa saja yang mau bicara pada Doni.
Cowok itu terlihat tertekan, Gita menjauhinya, teman-temannya juga seperti itu.
Doni merasa titik terendah dihidupnya adalah saat ini.
Bahkan ketika dia berkunjung dan ada Gita disana, dengan cepat Gita pergi tanpa mau mendengar permintaan maaf Doni.
Adi, terlihat lebih dekat dengan Gita.
Tidak, dia tak suka pada Gita, dia sayang pada wanita itu dan menganggapnya sebagai seorang ibu.
"Kak...Adi mau pipis.." ujarnya lemas pada Gita yang sedang mengupas pir ditangannya. Dengan siaga Gita berdiri, dia berjalan mendekati sudut ruangan.
Dia harus mengambil pispot dulu.
Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, hari ini jadwalnya Gita yang menginap disini untuk menjaga Adi.
Adi membiarkan Gita mempersiapkan pispot, dia belum bia bangun dan lebih bagus dia kencing di pispot.
Dia gak suka pakai pampers.
"Udah dek, keluarin aja sekarang." ujar Gita lembut sembari mengelus tangan kurus Adi.
Adi mengangguk, sebenarnya dia malu tapi yaudalah sekarang tumpuan dan sandarannya adalah Gita dan teman-temannya.
Dia harus kuat dan terbiasa.
Setelah selesai, Adi bernapas lega walau dadanya sakit. Sesak dan mual sering menghampirinya, itu semua efek dari benturan yang dia alami.
Bersyukur, Vino hanya lecet dibagian lengannya saja, Adi senang mengetahui kalau Vino tak terluka parah.
"Kamu tidur yah, udah minum obat, udah makan sekarang saatnya tidur." tutur Gita.
Adi mengangguk pelan, perlahan dia menormalkan napasnya dulu, baru memejamkan matanya. Sela bibirnya menggumamkan serentetan Surah pendek dan doa tidur.
Gita senang mengetahui Adi sudah berubah menjadi lebih baik.
Cklek.
Gita rasa itu Jeje, dia berbalik.
"Je-"
Deg!
Gita terdiam seketika, itu bukan Jeje, itu orang tua Adi yang datang. Raut wajah mereka terlihat sangat keras dan emosi.
"Maaf tapi-"
"MINGGIR KAU! BIAR AKU BUNUH ANAK SIAL ITU!!." tiba-tiba Ayah Adi berteriak emosi sambil mengacungkan parang dari balik jaketnya.
Gita pucat seketika, dia melotot tak percaya dan langsung berdiri melindungi Adi yang langsung terbangun.
"Pak! Sadar! Dia anak bapak jangan gila!." seru Gita shock.
Dia panik. Hanya ada dia disini.
Adi sendiri malah santai, dia menggeser tubuh Gita pelan lalu tersenyu. "Ayah sama Ibu akhirnya sadar akan keberadaan Adi. Adi senang Yah, Bu." ujarnya bahagia.
Setitik air mata turun dipipinya.
Ibu Adi nampak diam saja, tak menunjukan reaksi lebih. "Diam kau anak sial! Bagusan kau mati sekarang!!." jerit Ayah Adi berang.
Dia berjalan menuju Gita dengan cepat, Gita kalut. Dia mengangkat kursi besi yang dia duduki tadi.
"JALAN SELANGKAH LAGI!! INI SAYA LEMPAR KE MUKA BANYAK DOSA BAPAK!!." jerit Gita sengaja.
Agar orang di kamar sebelah, alias kamar Vino denger. Pasti ada kerabat Vino yang bisa membantu mereka.
Kemana para dokter dan suster!? Bagaimana psykopat seperti orang tua Adi sampai kemari!?.
"Ooh, kamu wanita yang Erdo maksud." celetuk Ibu Adi tiba-tiba.
Adi dan Gita terdiam, jadi memang benar semua ini ulah Erdo gila itu.
"Lebih baik, kau juga kubunuh sekalian!." seru Ayah Adi sembari berjalan semakin dekat.
Gita menggertakan giginya, dengan sekali lempar kursi besi itu sudah mendamprat muka banyak dosa Ayahnya Adi.
BRUGH!
"ARGGHH BAJINGAN!!." erang Ayah Adi saat wajahnya dihantam kursi kayu tadi.
Gita meraih piau buah di nakas lalu mengacungkannya ke depan. "Jangan macam-macam!!." geram Gita.
Saat Ayah Adi hendak bangun lagi, suara dobrakan pintu terdengar diselingi suara tembakan.
DOR!!
"ANGKAT TANGAN!!." Polisi datang, dengan Jeje, Diara dan Doni bersama mereka.
Ini semua berkat penglihatan tiba-tiba Jeje soal percobaan pembunuhan yang dilakukan orang tua Adi.
Polisi mulai meringkus orang tua Adi sementara mereka, meneriaki Gita yang sudah tak sadarkan diri tergeletak dilantai dengan luka tembak di perutnya.
Bersambung😾
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Manja [End]
Подростковая литератураPreman kok masih minum susu di dot, preman apaan. Tapi emang itu rahasianya, Doni adalah preman yang dikenal selalu bermasalah di Sekolah, selalu mencari masalah bersama ke 5 temannya. Dan Doni, harus menikah muda karena kenakalannya yang sudah kele...
![Preman Manja [End]](https://img.wattpad.com/cover/283019287-64-k794589.jpg)