Preman Manja [End]

‹•.•›DIO SAKIT‹•.•›

Ini, buat yang minta Dio sakit, selanjutnya mau request yang gimana?

Met baca, vote dan komen tetap berlaku yaa💪😾
.
.

GITA tak bisa bergerak sama sekali, pasalnya putra paling kalem, paling santai diantara putranya yang lain lagi sakit.

Dan dipastikan Gita tak akan bisa bergerak kemanapun karena Dio sendiri akan menahannya.

Doni mendecih tak suka sama halnya dengan yang Gadi dan Gibran lakukan, kalau Dio sakit, mereka tak akan bisa bermanja bersama mami tersayang.

Karena Dio memonopolinya.

"Hiks..atit..hiks..Amiw idung Dio atit..hiks.." dan yang membuat jengkel adalah rengekan, tangisan serat kemanjaan Dio semakin gila.

Biasanya dia yang paling normal, tapi kalau sakit dia yang paling gila.

Gita mengelus dahi Dio lembut, semalam Dio kehujanan saat pulang dari les piano hariannya.

"Iya sayang iya, sini amiw elus.." bisik Gita lembut.

Btw posisi Gita saat ini tuh dipeluk sama Dio erat dikasur, remaja 17 tahun itu tak mau membiarkan Gita kemanapun.

"Hiks.."

"Hiks, nye. Jijik gue liatnya Dio." cibir Gadi megejek. Dia kesal, sebab tak mendapat perhatian Maminya selama seharian penuh.

Dio mendelik dengan mata merah ciri khas orang demam, wajahnya berkeringat dengan hidung yang memerah.

"Hiks..Amiw..hiks..usir Gadi jelek itu..hiks..mukanya kayak babi..hiks.." adu Dio sembari mendusel didada milik maminya.

Gita menghela lagi. "Kalian keluar dulu-"

"HUAAAAAAAAA MAMI USIR RAN DARI SINI!? MAMI LEBIH SAYANG DIO JELEK KAYAK MONYET ITU!? MAMI JAAT!..hiks..HUAAAAAA RAN GAK LAIK MAMI LAGI!"

Duh gusti, lihatlah setelah Gibran berteriak histeris dia langsung keluar disusul Gadi di belakangnya.

"Don, susul mere-"

"Mami jaat..hiks..MAMI LEBIH SAYANG DIO DARIPADA DONI!..hiks..HUAAAAAAAAAA."

Ampun dah, punya laki kok cengeng banget, padahal umur udah gak muda lagi hedeh.

"Mereka..hiks..belicik.." isak Dio yang sudah setengah tertidur, tapi masih memeluk Gita amat erat.

Gita mengangguk pelan kemudian menepuk punggung Dio lembut, berusaha menidurkan Dio agar Gita bisa keluar.

Harus membujuk 3 orang lagi soalnya nih.

"Huft, gini amat kalau Dio sakit.."

"Hiks..Amiw.."

"Bercanda nak, maaf ya.."

"Hiks.."

Memang keturunan Doni semua tukang nangis, Gita gatau gimana pasangan hidup anak-anaknya kelak kalau masih saja seperti ini.

...

Gita berhasil keluar, saat ini dia harus membujuk 3 orang kesayangannya yang saat ini gatau ada dimana.

Gita berjalan menuju dapur yang terhubung ke taman belakang, ada kolam renang dan Gazebo.

Perlahan Gita menggeser pintu kaca ke kanan, tatapan matanya berubah teduh saat melihat pemandangan tak jauh darinya.

"Astaga, anak sama ayah sama aja." gumamnya geli.

Dia berjalan mendekati Gazebo, melihat ke 3 lelaki kesayangannya tertidur lelap dengan empeng dibibir mereka masing-masing.

3 mumu yang masih terlihat bersisa susu dancow tergeletak tak jauh dari ke 3 nya.

Mereka sendiri hanya mengenakan kaus kendor sewarna, yaitu putih.

Kaus kendor sepaha, terus juga bawahannya menggunakan boxer.

Lucu sih, apalagi bibir Doni gerak-gerak pas nge nyot empengnya.

Berbeda dengam Gibran dan Gadi yang tenang dan anteng, Doni malah gabisa diam.

Gibran tidur dengan kepala diperut Gadi, Gibran memeluk perut Gadi erat sementara Gadi menjambak rambut Doni kuat.

Anehnya, Doni tak terbangun dan masih asik melanjutkan tidurnya.

"Hehe, pemandangan bagus." dengan cepat Gita memotret momen langka itu dan menyimpannya.

Lalu setelahnya dia masuk lagi guna menyiapkan makan malam, pasalnya ini sudah menjelang magrib.

Biar saja ke 3 nya tidur, toh ntar lagi juga masuk pas mbak kunti penunggu pohon taman belakang itu duduk dipinggir gazebo.

Tunggua aja beberapa saat, pasti nanti Doni ataupun Gibran bakalan teriak bagai orang gila karena takut.

Kalau Gadi mah gak takut, entahlah urat ketakutannya sudah putus bund.

"Akhh, melelahkan sekali. Untung Doni udah nyuci baju, nyuci piring, masak nasi, ngepel dan berbagai lainnya. Aku tinggal memasak saja."

Untuk pekerjaan, Gita masih punya 3 restoran, sementara Doni jadi CEO di perusahaannya sendiri.

Hidup mereka damai kok...sepertinya sebelum pelakor menyerang.

Bersambung?