Gak ada sad kok, tenang aja.
Met baca, jan lupa vote dan komen😾
.
.GITA menghela napas pelan, melihat rumah berantakan seperti ini kadang membuatnya capek sendiri.
"Gibraaaaaaaaaaaan!!" panggil Gita dengan nada panjang andalannya.
Tak lama terdengar langkah kecil dari arah belakang sofa, sesosok bayi berusia 2 tahun yang lucu dan imut, manis menggemaskan nampak muncul.
Bibirnya melengkung kebawah saat melihat wajah sang Mami yang sudah siap untuk marah.
"Gibran, apa mami bilang soal mainan?" tanya Gita tenang, masih tenang dia nih belum mengamuk dan keluar setannya.
Bahaya, tauk.
Bayi bernama Gibran Arlangka itu tampak menunduk, sedih dia.
Biasanya Mami sabar sama tingkah dia, sekarang mami marah teru.
"Gibran?"
"Maap..mami..Giblan calah..Giblan ndak belecin mainan cetelah celecai main.." jawab bocah itu bergetar, mau nangis.
"Oke, terus dimana mumu, dan empeng Papi?"
"Giblan nda tau..mami..Gadi cama Dio yam cembunyikan..hiks..mami janan malahin Giblaaan huaaaaaaaaaaa." dari kehamilan pertama yang ternyata kembar 3 itu, Gibran menuruni sifat Doni 100%.
Cengeng dan manja.
Gita segera menggendong Gibran dan mengelus bahunya pelan. "Dimana Dio dan Gadi sembunyi?." tanya Gita lebih lembut.
Gibran menunjuk ke belakang sofa tempat dia sembunyi. "Gadi, Dio." panggilan maut itu terdengar lagi, dua bayi itu langsung keluar dengan takut.
Walau mereka nakal, tetap saja kalau udah Mami yang bertindak maka semua akan tunduk.
"Dimana kalian sembunyikan barang papi?." tanya Gita datar.
Gadi, Dio, memandang Gita dengan tatapan sedih yang amat sangat, mereka benar-benar menunjukan tatapan memelasnya.
"Jangan berakting. Kalian menurunkan sifat tukang akting papi kalian apa gimana sih, jago bener aktingnya." cibir Gita seketika.
Gadi dan Dio merengut mendengar cibiran mami mereka. "Tadi Gadi taluh di dalam lubang wece mami." jawab Gadi santai sembari memeluk kaki kanan Gita.
Sementara Dio memeluk kaki kiri Gita.
"Ya Allah Ya Tuhanku, Kenapa kamu taruh disana Gadiiiiiiiiiii."
"Itu udah kotor mami, jadi kami cuci saja..hehe." sahut Dio polos.
Gita mengurut pangkal hidungnya pelan.
"GITAAAAAAA HUAAAAAAA EMPENG AKU ADA DI WC GITAAAAAAAAA HUAAAAAAAAA GITAAAAAAAAAAAAAAAAA!!"
Gita mendesah pelan, dia menurunkan Gibran dulu ke bawah.
"Ingat, kalian bakalan mami hukum! Gak ada nen selama 2 jam!" ucap Gita sebelum berlari ke kamar mereka, Doni ini memang gaberubah padahal udah 24 tahun.
Tetep aja kayak anak-anak.
Gibran sudah menangis jejeritan, dia memukuli kembarannya yang lain.
"Aduuuhh, aduuuhhh, cakit tai Giblan! GIBLAN NAKAL!" seru Dio yang gak terima dipukuli kembarannya.
Alhasil kembaran itu saling pukul-pukulan sementara Gadi hanya santai saja menonton perkelahian saudaranya.
....
Gita mengelus bahu bergetar Doni pelan, kasihan, Empeng legend yang selalu Doni pakai sudah mati alias dibuang.
Sudah kotor, mana bisa dipakai lagi.
"Sudah, jangan nangis lagi ah. Malu sama anak udah 3." bujuk Gita lembut.
Doni malah mendusel didada Gita dan masih menangis, sakit hatinya, dosa apa dia sampai anak-anaknya segitu dendam padanya.
Bahkan empeng yang gak bersalah pun dimasukan ke wc, sungguh kurang ajar.
"Mau mumuu..hiks.." rengek Doni.
Gita terdiam sejenak "Mumu nya dari punyaku aja ya." bujuk Gita lagi.
"Y-yang..hiks..lama mana?" tanda-tanda nih, kalau suaranya makin berat dan gemetar tandanya dia mau nangis lagi.
Gita menggaruk pelipisnya pelan.
"Dibuang Dio ke parit depan rumah."
"HUAAAAAAAAAA MUMU KESAYANGAN DONIIIIII HUAAAAAAAAAAAAAA."
Bicara soal Do, bocah itu tak pernah lagi keluar semenjak Gita melahirkan, nampaknya sindrom Little Space Doni sudah sembuh saat itu.
Tapi ya, kayaknya malah menyatu dalam diri sih, makin-makin manjanya Doni semakin hari.
Semakin parah.
Gita terus menenangkan Doni yang makin kejer nangisnya, sementara 3 anak mereka lagi nontonin dari luar kamar.
"Kacih mumu Giblan aja.." usul Gadi.
Gibran mendelik dengan bibir yang mengerucut sebal, alisnya menukik tajam tak setuju dengan usulan Gadi.
"Enak aja, ntal mumu Giblan dibuang Papi ke palit!."
"Giblan peliiiit."
"Enggak! Giblan ndak peliiit!"
"Peliiit woooo Giblan peliiiit."
Gibran yang diejek kedua kembarannya sontak menahan tangis yang mau pecah saat itu juga.
"Giblan nda pelit huaaaaaaaaaaa mamiiiiii Giblan nda pelit mamiiiii huaaaaaaa mamiiii abang nakal mamiiiiiiii!!"
Gibran langsung berlari masuk ke kamar dan melapor pada Gita.
Dan Gita, harap-harap bersabar atas apa yang sedang terjadi, tak apa.
Nanti kalau mereka udah besar, Gita balalan rindu dengan tangisan ini atau mungkin saja tangisan ini bakalan berlanjut sampai dewasa.
Sama seperti Papi mereka, cengeng dan manja sampai dewasa.
Dan kandidat terkuat yang akan menuruni kebiasaan itu adalah Gibran.
Tak apalah, dia ganteng plus imut but kampretlah bocil.
Bersambung😾
300 vote 150 komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Manja [End]
Teen FictionPreman kok masih minum susu di dot, preman apaan. Tapi emang itu rahasianya, Doni adalah preman yang dikenal selalu bermasalah di Sekolah, selalu mencari masalah bersama ke 5 temannya. Dan Doni, harus menikah muda karena kenakalannya yang sudah kele...