‹•.•›PM-25‹•.•›

49.9K 5.6K 766
                                        

Kayaknya, chapter di book ini bisa tembus sampai 40+ aku takutnya kalian bosen kalau chap nya kebanyakan:(

Dahlah, met baca. Jan lupa vote dan komen😾
.
.

JEJE melipat Sajadah setelah dia selesai sholat Dhuha, teman-temannya sudah menunggu di luar.

Mereka sudah sampai di kaki gunung, Jeje dan Gita menumpang sholat Dhuha sebentar. "Kak Gita udah selesai?." tanya Jeje pelan saat hendak keluar.

Pasalnya dia melihat seorang wanita yang masih mengenakan mukena tengah berdoa. Tak dijawab dan hanya mengangguk saja.

Jeje melanjutkan langkahnya keluar, dia duduk dikursi kayu dan memakai kaus kaki dan sepatu.

Tas nya dititipkan pada Xeno sebentar. "Jeje udah selesai?." Jeje mendongak, Gita datang dari arah kedai yang tak jauh dari tempat Jeje duduk.

Jeje diam, dia melirik singkat pada jendela yang langsung tembus ke ruang tempat dia sholat tadi. Wanita tadi masih ada, tapi hanya diam saja.

"Jeje." cowok itu tersentak dan beralih pada Gita yang baru keluar dari rumah tadi.

"Kak? Kok dari dalam?." tanya Jeje shock.

Gita meneleng pelan. "Kan kakak baru selesai sholat Je." jawab Gita kalem.

Jeje meneguk ludahnya kasar, dia gatau kalau setan di sekitar Gunung ini lebih jahil dari yang dia kira.

Gita menepuk kepala Jeje pelan. "Kamu dijahilin ya?." tanya nya lembut.

Jeje mengangguk kaku, dan tertawa kikuk. "Biasa itu kok, namanya juga di sekitar gunung. Kuylah buruan, mereka dah nungguin." ajak Gita.

Dia sudah pakai kaus kaki, tinggal pakai sepatu aja.

Jeje mempercepat kegiatannya lalu bangkit dari duduknya, sebelum pergi Jeje kembali melirik jendela tadi.

DEG!

Jantungnya berdegup cepat, dia cuma kaget. Soalnya perempuan yang dia lihat pakai mukena tadi wajah dan tangannya nemplok di kaca jendela.

Jelas, pucat mengerikan tengah menyeringai pada Jeje.

Gita yang sadar itu sontak mengusap wajah Jeje pelan. "Jeee." tegurnya lembut.

Jeje meneguk ludahnya kasar, dia menggenggam ujung baju training Gita dan berusaha bernapas normal, penunggu Gunung itu mengerikan.

"Udah tenang?." tanya Gita lagi. Kasian dia liat cowok ini, nampak ketakutan walau tak terlalu kentara diwajahnya.

Jeje mengangguk lalu melepas genggamannya. "Jangan kasih tau mereka kak, nanti pada takut." cicit Jeje.

"Iya, santai aja."

Keduanya berjalan mendekati rombongan mereka yang sudah selesai mendengarkan arahan.

Doni segera berlari kearah Gita dan merangkul lengannya. "Kok lama?." tanya nya dengan bibir yang mengerucut sebal.

Dia sudah menceritakan tentang pernikahannya pada teman-temannya, mereka cuma memberikan 1 respon.

Preman Manja [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang