‹•.•›PM-09‹•.•›

77.4K 7.9K 485
                                    

Oh ya, vote dan komen jangan lupa😾

.
.

2 HARI setelah acara bundir gagal Doni terjadi, kini hubungan keduanya mulai membaik.

Perjodohan tetap jalan dan minggu depan mereka akan menikah, betapa tidak sabarnya Doni, uuu~.

Saat ini Doni tengah sibuk membully seseorang di taman belakang sekolah, walau dia berlaku manja, tetap saja predikat preman tak hilang dari dirinya.

"CIUM KAKI GUE! CEPETAN!" bentaknya pada seorang siswa culun, gemuk dan berkacamata. Kali ini hanya Doni saja yang ngelakuin bullyan itu.

Jeje, Adi, Vino, Arsa dan Xeno hanya menonton dari bawah pohon besar yang ada di taman belakang sekolah.

Perlahan, Didi merangkak ke kaki Doni dan hendak menciumnya, tapi suara berintonasi dingin dan datar terdengar seketika.

"Kalian berulah lagi." ke 5 nya menoleh, terlebih Arsa.

Wajahnya pucat seketika, dia beringsut takut.

Doni memberikan senyum miringnya, dia gapernah takut sama Ketos atau Organisasi lain di Sekolah.

"Terus? Lo mau apa? Ngehukum gue di lapangan?." tantang Doni remeh.

Diara menggeleng pelan, dia meraih ponsel di kantong roknya lalu menelepon seseorang. Mereka jadi ikut menunggu apa yang hendak Diara lakukan.

Di dering ke 3, panggilan diangkat.

"Halo Diara, ada apa?."

Deg!

Jantung Doni serasa merosot sampai lambung, itu suara Gita!.

"Eh! Lo-"

"Kak Gita, Doni lagi ngebully siswa lain kak. Doni nyuruh siswa itu cium kaki di-"

"ENGGAK GITA! DIA BOHONG!!."

"Kak Gita percaya aku kan?."

Doni panik, dia berjalan mendekati Diara dan hendak merampas ponsel gadis itu, tapi dengan sigap Diara menjauh.

"Doni."

Doni jantungan, debar jantungnya berdegub semakin cepat saat suara dingin Gita menyapa pendengarannya, Doni menegak ludahnya kasar.

Kakinya lemas dan gemetar, dia persis seperti anak kecil yang ketahuan mencuri mangga tetangga.

"Y-ya..Gita.." sahutnya takut.

Helaan napas terdengar dari sambungan itu. "Tunggu hukuman mu nanti malam, makasih ya Diara. Ntar uangnya kakak transfer."

"Iya kakak, senang bekerja sama dengan kakak. Lain hari juga kan?." nada bicara Diara sangat semangat dan bahagia.

Diara mengklaim Gita sebagai panutannya, Gita itu keren banget dan Diara pengen jadi seperti Gita.

"Hahaha, iya tentu saja."

Percakapan mereka selesai, Diara segera menyimpan ponselnya lalu memandang ke 6 biang kerok itu.

Tapi dia tak menatap Arsa, dan itu membuat Arsa bersedih hati. "Untuk kalian ber 5, ini peringatan terakhir dari gue. Kalau masih berulah, tunggu aja gue laporin ke orang tua kalian masing-masing." peringat Diara.

Ke 5 nya hanya diam menurut, Diara melirik Doni yang masih mematung seperti emot batu.

"Palingan, lo di spaking 100 kali sama Kak Gita." gumam Diara tak acuh kemudian berlalu pergi.

Tapi lagi-lagi tertahan seseorang.

"Diara.."

Diara berdecak kesal, raut wajahnya menjadi datar dan dingin lagi, dia berbalik guna menatap lawan bicaranya.

"Apa?." tanya nya malas.

Arsa memilin ujung seragamnya pelan. "Lo..kenapa jauhin gue? Gue ada salah?." tanya Arsa lirih.

Diara berdecak semakin kesal. "Gue gamau berurusan sama lo, pacar-pacar lo terus gangguin gue karena deket sama lo!." sentak Diara emosi.

Gila apa ya, cuma gara-gara mijat badan dan pantat Arsa, Diara diserang habis-habisan sama ke 5 pacar Arsa.

Lagian sih, siapa suruh jadi cowok gampang horni, kayak kelinci aja.

Arsa memandang Diara sedih. "Gue bisa putusin mereka-"

"Gue gak perduli! Jauh-jauh lo dari gue!" sentak Diara kemudian berlalu dari taman belakang.

Meninggalkan Arsa yang mematung ditempat, cowok dengan tinggi 170 cm berkulit putih bersih itu menahan sesak didadanya.

Segitu tak maunya Diara berurusan dengan Arsa. "Sabar ya Sa, makannya kalau punya pacar jangan embat cewek lain. Diara buat gue ya? Gue kan-"

Bugh!

Xeno meringis pelan, tonjokan Arsa gak main-main woilah. "Anjing! Jangan sentuh Diara ya bangsat! Dia punya gue!." umpat Arsa emosi.

Xeno melebarkan senyumnya, dia suka kalau Arsa emosi muehehhe.

"Lah, lo kan dah punya cewek. Egois banget njir." pancingnya lagi.

Arsa mengepalkan kedua tangannya, pipinya sudah memerah karena emosi. Dengan cepat dia pergi dari taman belakang.

Ada yang mau dia lakukan dulu.

"Lo ada-ada aja sih Xeno." tegur Jeje lelah.

Xeno hanya terkekeh pelan dan berjalan mendekati Jeje. "Sekain Je." pintanya.

Jeje meraih sapu tangan dikantungnya lalu menyeka darah disudut bibir Xeno. "Makasih mak Jeje." ucap Xeno sembari menepuk bahu Jeje.

Jeje menghela napas lelah, lelah hayati kalau kata Jeje, ngurusin temen kayak ngurusin anak tau gak.

Kalau kalian mau tau, Jeje ini sepupunya Enyo. Jadi tak heran jika dia jadi cinamon roll dalam kelompok mereka.

Selain itu, Jeje itu Emak bagi mereka ber 5. Selain karena kemampuannya yang bisa melihat kejadian yang akan terjadi, Jeje juga emakable.

Untung ganteng, Jeje ini tingginya 175 cm, anak ekskul Basket.

Rambutnya hitam lebat, ada tahi lalat diujung hidungnya. Jeje ini jarang senyum, tapi sekalinya senyum cowok pun bisa belok.

Karena, jika Jeje tersenyum, matanya akan membentuk bulat sabit yang indah.

Jeje ada pawangnya gak? Gatau juga deh, ada yang mau daftar gak?

"Eh, gue ke kelas IPA dulu ya." pamit Jeje sembari pergi dari taman belakang.

Dia harus menemui Yara dulu, karena dipenglihatan yang baru dia dapat beberapa menit yang lalu.

Yara akan mengalami kejadian buruk nanti malam.

"Alamak...tapi gue gatau Yara kelas berapa.."

Jeje..untung ganteng anda.



























Bersambung😾


Preman Manja [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang